20 Dec 2017
22285 View
Rumah
Kita merupakan bagian dari program Tol Laut. Rumah Kita digunakan sebagai
tempat untuk menampung komoditas sehingga dapat didistribusikan ke
wilayah-wilayah lain dan menjaga harga dipasar tetap stabil. Selain itu, juga
agar ada muatan balik yang dibawa dari daerah asal. Rumah Kita terdapat di
beberapa daerah salah satunya di Pulau Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bupati
Kabupaten Rote Ndao Drs. Lens Haning, MM mengatakan Rumah Kita dapat memberikan
manfaat dan dampak bagi kehidupan juga kesejahteraan masyarakat terkait dengan
program tol laut. Oleh karena itu, bukan hanya Kementerian Perhubungan saja
yang memiliki andil dalam program tersebut.“Tidak
hanya perhubungan, (Kementerian) perdagangan, tetapi sektor lain pun harus
disertakan. Pertanian menghasilkan apa, begitu pula dengan peternakan. Oleh
karena itu, sektor-sektor lain pun menentukkan dan mengisi Rumah Kita,” ungkap
Lens Haning.Pulau
Rote terletak di bagian paling selatan Indonesia.Pulau Rote pun termasuk ke
dalam rute (T3) yang melayani rute Tanjung
Perak-Calabai(Dompu)-Maumere-Larantuka-Lewoleba-Rote-Sabu-Waingapu-Sabu-Rote-Lewoleba-Larantuka-Maumere-Calabai(Dompu)-Tanjung
Perak. Kapal-kapal tol laut yang membawa komoditas berupa semen, pupuk organik,
dan pakan ternak ini bersandar setiap sebulan sekali di Pelabuhan Ba’a. Kepala
Kantor Unit Pelakasana Pelabuhan Kelas III Ba’a Welhelmus D. Dami menyatakan
mendukung terselenggaranya program Rumah Kita. Tak hanya itu, mereka juga
selalu berkoordinasi dengan pengelola Rumah Kita agar masyarakat dapat
merasakan manfaat program tersebut.“Rumah
Kita sebagai tempat masyarakat untuk mendapatkan barang dengan harga yang
terjangkau. Kami berharap masyarakat yang berada di sekeliling Pulau Rote bisa
merasakan manfaat program Tol Laut terutama dengan kehadiran Rumah Kita
sehingga apa yang sudah diprogramkan benar-benar dinikmati dan dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat apalagi ini merupakan daerah terluar, terbelakang,
dan terpencil,” kata Welhemus D. Dami. Semen tol laut hanya
untuk masyarakatSaat
ini, komoditas tol laut berupa semen didistribusikan ke Toko Tujuh Jaya sebagai
gerai Rumah Kita. Untuk mekanisme pengambilan, Toko Tujuh Jaya menjemput
menggunakan mobil ke Pelabuhan Ba’a lalu diletakkan di gudang kemudian dibawa
ke toko. Pemberitahuan
jadwal tol laut diinformasikan tiga atau empat hari sebelum kedatangan kapal.
Toko Tujuh Jaya hanya perlu menunggu informasi tersebut untuk mengambil container yang berisikan semen Gresik. Pemilik
Toko Tujuh Jaya Fictor mengatakan ia menjual semen Gresik tol laut seharga Rp.
47.500 kepada masyarakat. Tokonya juga menjual semen lain yang bukan dari tol
laut seharga Rp. 55.000. Ia meyakini dari segi kualitas semen Gresik tol laut
lebih baik dibandingkan semen lainnya. Sebelum
ada tol laut, satu sak semen Gresik dibandrol harga Rp 55.000. Perbedaan harga
ini membuktikan tol laut membantu menurunkan harga sehingga masyarakat dapat
menikmati semen dengan harga terjangkau. Fictor
memiliki kebijakan sendiri ketika akan menjual semen Gresik tol laut tersebut
kepada masyarakat. Ia hanya menjual semen Gresik tol laut untuk perseorangan,
tidak untuk keperluan proyek. Masyarakat sangat antusias dan berminat untuk
membeli semen Gresik tol laut ini. Semen tersebut sekali datang membawa tiga
kontainer dan langsung terjual habis dalam waktu 2 minggu saja. “Saya
menjual lebih kepada masyarakat seperti yang membeli eceran di bawah 10 sak. Jadi,
biar bisa terbagi rata dan lebih banyak yang dapat. Untuk proyek, saya berikan
pilihan yang lainnya, bukan semen tol laut,” ujar Fictor. Beralih ke koperasi
karyawanToko
Tujuh Jaya menjadi satu-satunya gerai Rumah Kita di Rote. Oleh karena itu,
Welhelmus Dami mengusulkan Rumah Kita beralih ke koperasi karyawan Pelabuhan
Ba’a. Penjajakan kerjasama tersebut sudah dilaksanakan ketika rapat dengan PT.
Pelindo III, Bulog, dan operator di Surabaya beberapa waktu lalu. “Kami
katakan kalau bisa jangan hanya di satu tempat saja. Kami tawarkan koperasi
Pelabuhan Ba’a. Kami juga sudah menyiapkan dokumen lengkap. Kalau boleh
kerjasama dengan koperasi, nantinya akan membantu distribusi juga. Paling
tidak, tahu siapa yang memang pantas mendapatkan barang-barang tol laut
tersebut,” jelasnya. Ia
menambahkan masyarakat kurang mampu yang seharusnya dapat menikmati barang tol
laut. Di sisi lain ini juga dapat menjadi alat bantu promosi mengenai tol laut.
Ketika masyarakat sudah merasakan terjangkaunya harga beli barang tol laut,
maka mereka dapat menceritakannya kepada orang lain. Hal ini tentu dapat
menarik minat masyarakat untuk semakin memanfaatkan tol laut. Koperasi
tersebut hanya akan menjual barang tol laut saja, tidak akan dicampur dengan
barang lainnya. Dalam masa penjajakan ini, koperasi sudah mendapatkan satu container dari tiga container semen yang datang. Pada permulaan ini dimulai dengan satu
container terlebih dahulu untuk
melihat bagaimana antusiasme masyarakat. Semen tersebut disimpan di gudang yang
letaknya tak jauh dari Pelabuhan. Nantinya
diharapkan koperasi dan PT. Pelindo III akan membuat kesepakatan tertulis untuk
mengetahui batasan-batasan seperti apa tugas koperasi, manajemen pengelolaan
koperasi serta Rumah Kita, sistem pembayaran, dan pengirimannya. Tak hanya
dapat memperjelas cara kerja, hal ini juga dapat memudahkan evaluasi Rumah
Kita. Setiap
kali kapan tol laut bersandar diharapkan akan membawa barang dari Rote. Untuk
mengisi muatan balik kapal tol laut tersebut, para karyawan koperasi akan
dikerahkan untuk mencari barang dari pengusaha lokal yang dapat dijual ke
Surabaya. Mereka mempunyai waktu selama 21 hari untuk melaksanakan tugas
tersebut sebelum kapal tol laut datang. “Sekarang
ini Rumah Kita tidak memiliki sumber daya manusia, lalu siapa yang akan mencari
barang? Apakah dari Pelindo III ditugaskan seperti itu tidak? Atau hanya
menampung barang saja? Kalau ada kesepakatan pasti akan berjalan karena harus
ditaati bersama,”lanjut pria yang biasa dipanggil Pak Mus ini.
-
Biro Komunikasi dan Informasi Publik