15 Nov 2018
17046 View
Indonesia merupakan negara bahari dengan wilayah lautan yang
lebih luas dibanding daratan. Laut sebagai warisan masa depan bangsa dan
memiliki peran penting dalam mendukung distribusi ekonomi. Lebih dari 90%
volume perdagangan dunia dilakukan melalui jalur transportasi laut dan sebesar 40%
dalam nilai perdagangan dunia juga dilakukan melewati laut. Belum lagi, sekitar
61% total produksi minyak dunia juga melintasi lautan. Nilai kekayaan laut
mencapai US$ 26 triliun. Hal tersebut
disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada pembukaan acara Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa
Dua, Bali, Senin (29/10).Selain itu, laut dianggap dekat dengan lokasi tinggal manusia.
Hal ini karena sejumlah kurang lebih 3,2 miliar manusia tinggal dalam radius
100 kilometer (km) dari laut. Oleh karena itu, Presiden
RI Joko Widodo bertekad untuk menjadikan laut Indonesia sebagai kekuatan
maritim dunia dengan berbagai kebijakan
dan langkah. "Selama 4 tahun terakhir, beberapa langkah telah dilakukan
termasuk meningkatkan konektivitas melalui tol laut dengan memperkuat armada
laut, membangun 477 pelabuhan, mitigasi polusi laut dengan mengurangi sampah
plastik sebesar 70% pada tahun 2025, dan tercapainya kawasan konservasi
perairan seluas 20 juta hektare pada tahun 2018 (dua tahun lebih cepat dari
target tahun 2020)," jelas Presiden Jokowi.Untuk menjadi poros maritim dunia, Indonesia aktif memajukan
kerja sama maritim. Salah satu cara untuk melakukan kerja sama tersebut adalah
dengan turut serta dalam Our Ocean Conference 2018. Our Ocean Conference merupakan pertemuan tahunan yang mengundang para pemimpin dunia
dalam upaya pengelolaan laut yang berkelanjutan.Negara Asia Pertama
Sebagai Tuan RumahOur Ocean Conference (OOC) 2018 adalah event tahunan yang mengundang para pemimpin dunia
dalam upaya pengelolaan laut yang berkelanjutan. OOC tahun ini diselenggarakan
di Nusa Dua Bali 29-30 Oktober 2018 dan merupakan penyelenggaraan yang ke lima
sejak tahun 2014. Indonesia juga merupakan negara pertama di Asia yang ditunjuk
sebagai tuan rumah penyelenggara OOC.Tema OCC 2018 adalah “Our Ocean,
Our Legacy”, yang mencerminkan pilihan dan tindakan kita bersama untuk
mempertahankan sumber daya laut yang berkelanjutan sekaligus menjaga kesehatan
laut, sebagai warisan yang diberikan kepada anak-anak dan cucu kita. OOC 2018
tersebut dihadiri oleh 2000 delegasi dari 143 negara. Presiden RI menambahkan
kerja sama yang aktif dilakukan Indonesia antara lain di Association of Southeast Asian Nations), IORA (Indian Ocean Rim Association (ASEAN), Forum Pasifik Selatan, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB),
dan berbagai forum-forum internasional lain. “Ke depan, Indonesia juga ingin
memajukan kerja sama maritim di kawasan Indo-Pasifik,” tutur Presiden Jokowi. Gelaran OOC 2018 ini dibuka oleh
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Selain Presiden, turut hadir
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dalam sambutan pembukaan Our
Ocean Conference Senin (29/10), Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia punya
komitmen yang kuat dalam upaya mendorong pelestarian laut, hal ini dibuktikan
dengan kebijakan terkait penetapan 20 juta hektar wilayah konservasi baru.
Presiden lebih jauh menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah bahkan lebih cepat
dari target pada tahun 2020. Sementara itu Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa setidaknya ada 633 komitmen
terkait pelestarian laut yang ditandatangani para peserta OCC 2018. “Kita sudah
tanda-tangani sebanyak 633 komitmen. Melalui konferensi ini, ia berharap “kita
dapat membuat laut lebih sehat, produktif dan kita akan melakukannya bersama,”
ujar Susi dalam Pembukaan OOC 2018 tersebut.Kemenhub Dukung Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran Laut Lintas Batas Pemerintah
melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan
dan Pemerintah Australia melalui Australian Maritime
Safety Authority (AMSA) menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran Laut Lintas Batas atau Memorandum of Understanding (MoU) on Transboundary Marine Pollution Preparedness and Response, pada
sela - sela pertemuan OOC, Senin (29/10) di Nusa Dua Bali. Penandatanganan
dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo mewakili
Pemerintah Indonesia dengan Chief
Executive Officer Australian Maritime Safety Authority, Mr. Mick Kinley
mewakili Pemerintah Australia.Pada
forum tersebut, Ditjen Perhubungan Laut diminta untuk mengajukan kegiatan yang
akan diajukan sebagai komitmen pemerintah Indonesia terkait Marine Protected Area di OOC 2018. "Pada
forum OOC, pemerintah mengajukan program Particularly
Sensitive Sea Area (PSSA) untuk perlindungan lingkungan di Pulau Nusa
Penida ke International Maritime
Organization (IMO), di mana proses pengajuan ini dimulai sejak tahun 2016
dan direncanakan pengajuan penuh akan disampaikan pada sidang Marine Environment Protection Committee
(MEPC) 74 pada tahun 2019," jelas Agus. Di sela-sela
acara, dilakukan juga beberapa kegiatan lain di antaranya Bilateral Lunch Meeting antara Indonesia-Australia yang membahas
mengenai perkembangan MoU ke depan dan isu pengajuan submisi Indonesia di IMO
tentang Traffic Seperate Scheme (TSS)
Selat Sunda, GHG dan Pembatasan Sulfur, reformasi IMO dan Indonesia Transport Safety Assistance Package (ITSAP).Pembahasan MoU
ini telah dibahas sejak tahun 2016 untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
kuat antara kedua negara di bidang kesiapsiagaan, pencegahan, tanggapan dan
mitigasi untuk memerangi polusi laut. MoU yang akan berlaku selama 5 tahun ini
mengatur cara penanganan penanggulangan pencemaran di laut jika kejadian
pencemaran memiliki resiko untuk lintas batas negara Indonesia dan Australia yang
dapat berpotensi merusak lingkungan laut Indonesia atau Australia. MoU ini
sekaligus menggantikan dan memperbarui MoU tahun 1996 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran Minyak."Indonesia
dan Australia sebagai negara tetangga yang saling berbagi sumber daya dan
peluang maritim menghadapi tantangan yang sama," kata Agus. Agus
melanjutkan tantangan yang dihadapi dengan semakin meningkatnya
pengelolaan lautan dan wilayah pesisir yang berpotensi mengalami kerusakan
lingkungan, pencemaran dari aktivitas pelayaran dan eksploitasi minyak harus
dicegah, dikurangi dan dikendalikan. Indonesia dan
Australia menyepakati bahwa salah satu negara dapat meminta Operasi
Penanggulangan Pencemaran Bersama untuk ancaman atau kejadian pencemaran
lingkungan di laut yang dapat menimbulkan kerusakan serius pada wilayah laut
dan di luar kemampuan penanggulangan pencemaran salah satu negara.Pemerintah
Indonesia juga menyampaikan penghargaan kepada Pemerintah Australia, khususnya
kepada Australian Maritime Safety
Authority (AMSA) dan Kedutaan Besar Australia atas kerja sama dan
dukungannya selama ini kepada Indonesia. "Hari ini akan ditandai
sebagai hari penting bagi kedua negara yang telah menyatakan kesediaan dan
mengharapkan kerja sama maritim yang positif di masa depan," imbuh Agus.Selain dengan
Australia, Indonesia juga memiliki beberapa regulasi dan kerjasama internasional
di bidang penanggulangan pencemaran. Di antara berbagai MoU tersebut yaitu MoU among the Government of Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysian, Philippines, Singapore, and Thailand on Oil Spill
Response Action Plan 1992; MoU among
Governent of Indonesia, Malaysia and Philippines on Sulawesi Sea Oil Spill Network Response Plan; MoU
amoing Governent of Indonesia, Malaysia
and Singapore on Standard Operationg
Procedure (SOP) for combating oil spill in the Straits of Malacca and Singapore;
MoU on ASEAN Coorperation Mechanism for
Joint Oil Spil Preparedness and Response 2014.Adapun kedua negara sepakat memilih Bali sebagai
tempat acara penandatanganan MoU yang juga bertepatan dengan kegiatan Our Ocean Conference 2018 adalah karena
dapat menunjukkan pada dunia akan kesungguhan Indonesia dan Australia dalam
kegiatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan laut, dimana marine pollution adalah salah satu dari
6 (enam) topik utama/areas of action kegiatan
OCC 2018.
-
Biro Komunikasi dan Informasi Publik