24 Apr 2018
8790 View
Sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah kota
dalam membangun transportasi perkotaan tentu akan memberi dampak yang lebih
terasa oleh masyarakat. Kota Solo misalnya, berbagai moda transportasi sudah terintegrasi
satu sama lain sehingga semakin memudahkan masyarakat untuk menuju destinasi
baik dari maupun ke Solo.Kota dengan slogan
berseri (bersih, rapi dan indah) ini merupakan wilayah dengan luas tidak lebih dari
44 km2. Namun karena merupakan akses dari daerah-daerah di
sekitarnya seperti Sragen, Karanganyar maupun Jogjakarta, jumlah kendaraan yang
masuk dan keluar kota Solo terbilang cukup banyak. Ditambah lagi, Solo juga
merupakan salah satu destinasi wisata budasya di Jawa, sehingga semakin banyak orang
yang berdatangan ke kota ini.Transportasi umum
yang memadai diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, baik untuk warga Solo sendiri
maupun untuk para turis lokal maupun mancanegara. Saat ini, Solo telah memiliki
akses transportasi yang beragam. Beberapa di antaranya bahkan sudah
terintegrasi satu sama lain, seperti Stasiun Solo Balapan dan Terminal
Tirtonadi yang dihubungkan lewat sky bridge dan juga kereta bandara dari
Stasiun Solo Balapan menuju Bandara Adi Soemarmo Adi Soemarmo Solo yang
ditargetkan selesai pada Desember 2018. Bukan hanya itu,
Pemerintah Kota Solo juga sangat concern dalam
menciptakan transportasi perkotaan agar semakin terintegrasi. Di antara
transportasi tersebut adalah Batik Solo Trans (BST) yang terdiri dari bus dan
angkutan kota. BST ditargetkan akan melayani sampai dengan 15 koridor dengan 7
koridor bus BST dan 8 koridor dilayani angkutan kota sebagai feeder. Namun untuk saat ini bus BST
baru melayani tiga koridor, yakni Bandara Adi Soemarmo-Palur, Terminal
Kartasuro-Terminal Palur (Via Stasiun Solo Balapan) dan Jurug-Terminal
Kartosuro.Dalam kunjungannya ke
Solo beberapa waktu lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (Menhub) juga
menyempatkan diri untuk meninjau
beberapa infrastruktur transportasi seperti Terminal Tirtonadi, Stasiun
Solo Balapan, Sky Bridge dan proses pembangunan Kereta Bandara.“Saya ke Solo ingin
memastikan bahwasanya terminal, stasiun, serta proyek dari stasiun ke terminal (bandara)
itu berjalan dengan baik,” ujar Menhub pada kunjungannya ke Solo beberapa waktu
lalu.Infrastruktur Transportasi Unggulan
alah satu
infrastruktur transportasi yang manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat
adalah Terminal Tipe A Tirtonadi. Setelah kepemilikannya diserahkan kepada
Kementerian Perhubungan pada tahun 2016 lalu, terminal ini terus mengalami
peningkatan terutama dari segi pelayanan.Ami (25), salah satu
penumpang bus asal Solo yang ingin bepergian ke Jogja mengaku sangat terbantu
dengan sistem zonasi yang telah diterapkan oleh Terminal Tipe A Tirtonadi.
Meskipun sempat bingung saat awal memasuki area terminal karena perubahan yang
terjadi sangat signifikan, Ami mengaku saat ini terminal jauh lebih nyaman
dibanding sebelum direnovasi seperti sekarang.“Dulu kalau saya ke
sini, antara penumpang dan bus masih jadi satu. Belum ada ruang tunggu yang
bersih dan nyaman seperti sekarang,” ujarnya.Revitalisasi terminal
dengan sistem zonasi merupakan sebuah langkah positif agar pengujan kelaikan
kendaraan angkutan umum yang memasuki terminal dapat dilakukan secara terus-menerus.
Zona untuk uji keselamatan dan pengecekan bus diterapkan seperti halnya
kegiatan ramp check pesawat yang
parkir di bandara.Sesuai ketentuan
Peraturan Menteri (PM) No. 40 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan
Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan dan PM No. 132 Tahun 2015
tentang pembagian zonasi, maka pengelolaan terminal ipe A di seluruh Indonesia
harus menerapkan pembagian area terminal menjadi empat zona.Zona 1 adalah zona
keberangkatan, zona 2 merupakan zona untuk ticketing dan ruang tunggu
penumpang. Selanjutnya adalah zona 3 yang merupakan zona kedatangan dan zona 4
untuk zona pengendapan kendaraan.Pengelolaan Terminal
Tirtonadi Solo ini menjadi contoh terbaik bagi manajemen terminal tipe A di
Indonesia. Pemerintah Kota Solo bahkan menambah luas areal wilayah Terminal
Tirtonadi dan membangun terminal baru dengan pelayanan setara stasiun dan bandara.Untuk meningkatkan
konektivitas bagi penumpang, pemerintah pusat, pemerintah kota dan juga PT.
Kereta Api Indonesia juga telah bekerja sama membangun sky bridge yang sudah beroperasi sejak Juni 2017 lalu. Jembatan
sepanjang 653 meter inimenghubungkan
Terminal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan. Dengan adanya jembatan ini,
pemerintah berharap dapat semakin memudahkan pengguna transportasi umum untuk
berpindah dari satu moda ke moda lainnya.Tujuan lain dari
dibangunnya sky bridge ini adalah untuk meningkatkan minat masyarakat untuk
menggunakan transportasi umum, terutama bus. Menhub dalam kunjungannya ke Solo
beberapa waktu lalu menyatakan bahwa harus ada peningkatan pelayanan dan
keselamatan yang dilaksanakan di Terminal Tirtonadi, sehingga pengguna bus
dapat terus bertambah dan sky bridge bisa
dimaksimalkan penggunaannya oleh masyarakat.Menhub juga sempat ngobrol dengan salah satu pengguna sky bridge asal Jogjakarta yang mengaku
terbantu dengan adanya jembatan ini. Pemuda tersebut akan menuju Sukoharjo,
sehingga perlu naik bus setelah turun dari kereta Prambanan Ekspress (Prameks).“Saya apresiasi pak
Walikota yang sudah memberikan kemudahan bagi masyarakat. Memaksimal sky bridge adalah bagaimana
memaksimalkan penggunaan bus secara maksimal. Jadi (kualitas) busnya harus
bagus, pembelian tiket online-nya
juga harus bagus, kalau (kualitas) busnya meningkat, otomatis penggunaan sky bridge akan meningkat pula,” ujar
Menhub.Akses
transportasi dari dan ke Solo juga dapat ditempuh menggunakan kereta api. Salah
satunya adalah kereta perintis Batara Kresna yang beroperasi
di jalur Solo-Wonogiri. Uniknya, Batara Kresna dapat melintasi rel yang sejajar
dengan jalan protokol di Solo dengan laju kecepatan maksimal 30 km/jam. Hal ini
membuat Batara Kresna menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun
mancanegara yang ingin merasakan naik kereta di tengah jalan kota Solo.Resmi beroperasi sejak 11 Maret 2015, kereta ini memiliki tiga
rangkaian gerbong dengan kapasitas penumpang sebanyak 117 orang. Harga tiket
untuk sekali perjalanan sebesar Rp 4 ribu per orang. Kereta ini akan berangkat
dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri dan akan berhenti di Stasiun Solo
Kota, Sukoharjo dan Pasarnguter.Batara Kresna Purwosari-Wonogiri akan berangkat pada pukul 6 dan
10 pagi dari stasiun pertama yakni Stasiun Purwosari. Sedangkan keberangkatan
dari arah sebaliknya yakni Wonogiri-Purwosari akan berangkat pada pukul 8 pagi
dan 12 siang dari Stasiun Wonogiri.Penyediaan jasa layanan transportasi kereta api perintis dilaksanakan
untuk meningkatkan pelayanan angkutan kereta api dalam menunjang perkembangan
ekonomi serta membantu mobilisasi masyarakat. Subsidi angkutan perintis merupakan
bentuk tanggung jawab pemerintah yang merupakan selisih antara biaya yang
dikeluarkan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian (Biaya Operasi) dengan
pendapatan yang diperoleh berdasarkan tarif yang ditetapkan pemerintah.Selain Batara Kresna, terdapat pula kereta Prambanan Ekspress yang
melayani rute Solo-Jogjakarta. Harga tiket kereta yang disingkat dengan nama
rameks ini sebesar Rp 8 ribu untuk sekali perjalanan. Kereta ini selalu ramai
penumpang , sehingga jika ingin mendapatkan tempat duduk harus naik dari
stasiun awal yakni Stasiun Solo Balapan dan hadir palingtidak tiga puluh menit
sebelum kereta berangkat.“Meskipun tempat duduknya terbatas, adanya kereta Prameks ini
sangat membantu dan fasilitas yang diberikan juga sudah cukup baik,” ujar Andhani
salah satu penumpang Prameks.Warga Solo Segera
Nikmati Kereta Bandara
embangunan jalur kereta api dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun
Bandara Adi Soemarmo sepanjang 13,5 km ditargetkan sudah mulai beroperasi pada
awal 2019. Kereta
api bandara ini nantinya dapat menempuh Stasiun Solo Balapan-Bandara Adi
Soemarmo dengan waktu selama 15 menit. Saat ini yang masih menjadi kendala adalah masalah pembebasan
lahan. Menhub berjanji segera melakukan penyelesaian dengan stakeholder
pemilik-pemilik tanah dengan total luas 2,5 hektar atau sekitar 20 persen dari
luas keseluruhan. Bekerja sama dengan Walikota Solo FX Rudyatama, Menhub
berharap pembebasan lahan ini dapat memenuhi kebutuhan dua belah pihak. Menurut Rudy paling tidak saat
ini pembebasan lahannya sudah mencapai di atas 50 persen. “Sekarang tugas kami adalah
memastikan pekerjaan rel sarana prasarana untuk kereta api menuju bandara harus
bisa diselesaikan segera. Kereta bandara harusnya akhir tahun, Desember 2018
ini selesai. Ditargetkan awal 2019 ini harus beroperasi,” ucap Menhub.Progres pembangunan lintasannya saat ini baru mencapai 2-5 persen
dari panjang keseluruhan jalur 13,5 km. Sementara itu untuk stasiun kereta
bandara telah mencapai 30 persen.
-
Biro Komunikasi dan Informasi Publik