(Jakarta, 27/09/2012) Transportasi barang (logistik) di Indonesia masih didominasi oleh angkutan jalan, Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan meningkatknya kerusakan jalan. Selain itu, terlalu banyaknya angkutan barang melalui transportasi jalan tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga tidak ramah lingkungan akibat kemacetan dan yang dapat meningkatkan emisi gas buang.
Untuk itu bauran (sebaran) moda transportasi angkutan barang selain menggunakan angkutan jalan mutlak diperlukan untuk mewujudkan transportasi logistik yang lebih ramah lingkungan. Demikian hal yang mengemuka dalam Seminar Internasional “Green Freight Transport” di Jakarta Internatinal Expo kemayoran Jakarta, Kamis (27/9).
“Pemerintah saat ini terus berupaya untuk membangun sektor perkeretaapian di Pulau Sumatera dan Jawa sesuai MP3EI, “ demikian disampaikan dalam sambutan Menteri Perhubungan yang dibacakan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Iskandar Abubakar.
Menhub mengakui terdapat tantangan dan peluang untuk sektor angkutan barang ramah lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia. “Hal tersebut dapat dikembangkan dengan pembentukan forum logistik nasional yang beranggotakan tim lintas Departemen, menemukenali hambatan dalam menumbuhkan persaingan lingkungan bisnis untuk kemajuan teknologi yang ramah lingkungan, menciptakan pasar transportasi yang lebih kompetitif dan merangsang pertumbuhan sektor swasta di bidang infrastruktur dan jasa, serta meningkatkan keterpaduan jaringan transportasi yang efisien untuk melayani volume angkutan barang yang lebih besar, “lanjutnya.
Untuk itu Menhub berharap kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta, peran masyarakat, dan dukungan internasional dapat dilaksanakan dalam pengembangan transportasi angkutan barang ramah lingkungan.
Logistik menjadi prioritas tinggi di Indonesia karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk 240 juta orang sekitar 60% tinggal di Pulau Jawa dan 40% terpencar di 13.000 pulau berpenghuni. Di Indonesia, sektor transportasi menyumbang emisi gas buang sebesar 23% dari total emisi nasional. Khusus di daerah perkotaan, kondisi tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Emisi transportasi darat 89% dari emisi sektor transportasi secara total. Sektor transportasi di Indonesia mengkonsumsi minyak terbesar yaitu 51%. Hal ini dipicu oleh meningkatnya jumlah armada.
Beberapa hal yang menjadi perhatian angkutan barang melalui transportasi jalan antara lain kecelakaan lalu lintas dan kerusakan jalan meningkat antara lain dikarenakan : muatan truk berlebih, 70 % dari angkutan barang di jalan menggunakan truk yang sebagian besar sudah tua dan kurang terpelihara, masih adanya kendala bagi truk pada lamanya waktu parkir karena proses kepabeanan yang kurang efisien dalam proses pelayanan logistik perdagangan, dan transportasi logistik belum berbasis teknologi informasi yang meningkatkan biaya logistik di samping masih adanya pungutan liar.
Sementara itu Wakil Menteri perhubungan Bambang Susantono dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa saat ini Indonesia belum memiliki bauran moda transportasi kedepannya.
“Jika kita ingin sistem angkutan barang yang sehat maka harus ada pengukuran yang realistis dari tahun ke tahun,“ jelasnya.
Ia mencontohkan seharusnya ada perhitungan yang tepat mengenai berapa persen barang yang diangkut menggunakan transportasi jalan, kereta api, laut, dan udara. Bahkan Wamenhub menambahkan pada beberapa daerah di Indonesia terutama yang belum memiliki jembatan penghubung antara pulau perlu perhitungan berapa persen angkutan barang melalui moda transportasi sungai misalnya seperti kapal tongkang.
Bambang menjelaskan pentingnya green tracking dalam mewujudkan angkutan barang yang ramah lingkungan. Green tracking dapat dilihat dari tiga hal utama yaitu green vehicle (kendaraan ramah lingkungan), green fuel (bahan bakar ramah lingkungan), dan green behaviour (perilaku pengguna ramah lingkungan). “Perilaku pengguna angkutan barang merupakan kunci terpenting sehingga environtmental friendly lebih mudah dilakukan, “ jelas Bambang.
Seminar internasional Green Freight Transport bertujuan untuk memberikan pandangan tentang angkutan barang ramah lingkungan serta penerapannya di beberapa negara Asia dan dunia. Seminar tersebut juga mendiskusikan program pengembangan transportasi angkutan barang ramah lingkungan di Indonesia. Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini yaitu Sophie Punte (Executive Director of Clean Air Initiative for Asia Cities), Bambang Prihartono (Direktur transportasi BAPPENAS), Kevin Bennet (Green Freight Asia Network), Juwono Andrianto (Sekretaris Jenderal GAIKINDO), John Lee (Green Freight Transport Technologies & Strategies). Seminar ini dimoderatori oleh Elly A. Sinaga (Sekretaris Badan Litbang Perhubungan). (ARI)