(Jakarta, 1/3/2012) Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan keselamatan dan keamanan di bidang tranportasi baik darat, laut, maupun udara, Pemerintah Australia memberikan bantuan melalui pelatihan-pelatihan dan pembinaan baik di dalam negeri maupun di Australia.

Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan M. Ikhsan Tatang pemberian hibah senilai AS$39 juta ini diberikan multiyears yang dimulai sejak 2009 lalu hingga periode 2014 mendatang.

“Ini adalah periode kedua sejak kerja sama dilakukan dan setiap enam bulan dilakukan evaluasi,” ujarnya usai membuka The 10
th Project Review Group Meeting Indonesia Transport Safety Assistance Package (ITSAP) di Jakarta, Kamis (1/3).

Tatang mengemukakan, sejak digelontorkan bantuan asistensi ini, sudah lebih dari 500 orang memeroleh pelatihan dan pembinaan, salah satunya pelatihan untuk anggota Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) agar bisa membaca black box pesawat terbang, sehingga apabila terjadi kecelakaan pesawat, maka tidak perlu lagi membaca di Australia seperti yang biasanya dilakukan.

Untuk pelatihan ini, menurut Tatang dilakukan pada semua moda transportasi kecuali kereta api dengan porsi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing moda dalam meningkatkan keamanan dan keselamatan transportasi.

Di tahap kedua ini, ditambahkan Tatang diantara pelatihan dan pembinaan yang akan dilakukan, salah satunya adalah untuk di Papua terkait dengan standar landing pesawat di daerah yang banyak perbukitan dan perhubungan laut terkait dengan perbaikan prosedur dan software.

Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti S Gumay mengemukakan, pihaknya hanya mengusulkan pelatihan atau pembinaan apa yang akan dilaksanakan, tanpa mengetahui bugeting yang akan dikeluarkan pihak Australia.

“Kita mengikuti training-training di classrom baik di sini (Indonesia) maupun di Australia untuk untuk meningkatkan kemampuan dan pengembangan SDM. Pada April nanti, ada asistensi inspektorat penerbangan yang akan dilaksanakan melalui seminar di Bali,” kata Herry.

Sementara itu, Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengungkapkan bahwa dengan adanya bantuan dari Australia ini, pihaknya semakin berkembang pesat dalam melakukan investigasi suatu musibah kecelakaan.

Sebelum ada bantuan asistensi ITSAP, KNKT menurut Kurniadi
 mendapatkan 15 teguran dari International Civil Aviation Organization (ICAO) karena dinilai kurang memenuhi standar sebagai organisasi yang bergerak di bidang investigasi.

“Setelah mendapatkan asistensi dari ITSAP, KNKT terus berkembang dalam lima tahun terakhir ini, salah satunya kemampuan membaca
black box,” imbuh Kurniadi.

Seperti diketahui,PRG ITSAP merupakan bagian dari kerjasama bilateral antara Indonesia dan Australia, khusus dalam bidang keselamatan dan keamanan transportasi. Kerjasama dalam kerangka ITSAP ini telah dimulai sejak 31 Januari 2008 di Jakarta, diawali oleh penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Menteri Perhubungan RI dan Menteri Infrastruktur, Transportasi, Pembangunan Daerah dan Pemerintah Lokal Australia tentang Kerjasama Sektor Transportasi. (CHAN)