Palu – Pasca musibah bencana alam yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu, tiga pelabuhan di Palu yaitu Pelabuhan Pantoloan, Donggala, dan Wani, yang sempat rusak karena terdampak gempa saat ini tengah dikembangkan.

Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Laut berkomitmen untuk segera memperbaiki kondisi pelabuhan pascabencana, agar pelabuhan tersebut dapat kembali melayani kegiatan kepelabuhanan baik mobilitas masyarakat maupun distribusi logistik di Kota Palu dan sekitarnya.

“Keberadaan tiga pelabuhan ini di Teluk Palu sangat penting, tetutama untuk mengerakkan roda perekonomian di wilayah Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu dan Kabupaten Donggala serta daerah kabupaten lainnya sebagai penyangga ibukota Provinsi Sulawesi Tengah,”demikian disampaikan Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Palu Mursidi, Jumat (11/3), di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulteng.

Sesuai amanat Presiden melalui Inpres Nomor 10 Tahun 2018 tentang percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Provinsi Sulteng, termasuk fasilitas transportasi di bandara dan pelabuhan, pemerintah telah menjalin kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk membenahi kerusakan infrastruktur dan fasilitas akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan sekitarnya, yang beberapa diantaranya yaitu perbaikan fasilitas pelabuhan.

Pemerintah mendapatkan bantuan pinjaman luar negeri dari ADB sebesar USD 70 juta atau sekitar Rp 900 miliar untuk membenahi ketiga pelabuhan tersebut, melalui program Emergency Assistance for Rehabilitation and Reconstruction (EARR). Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2019 hingga 2023 mendatang.

Pada Oktober 2021, telah dilakukan penandatanganan kontrak Package Civil Works (CW) Sea Port 3: Works for Reconstruction of Pantoloan Port antara Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub dengan PT Amarta Karya - Setia Mulia Abadi, KSO selaku penyedia jasa konstruksi untuk paket pekerjaan. Penandatanganan kontrak ini, menjadi awal proses pekerjaan fisik Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Teluk Palu, yaitu Terminal Pantoloan.

Adapun Pekerjaan Rekonstruksi Terminal Pantoloan mencakup pekerjaan rehabilitasi fasilitas laut, termasuk didalamnya melanjutkan extension upperstructure dermaga, serta pekerjaan fasilitas sisi darat seperti area kantor dan pelayanan umum. Untuk proses pembangunan fasilitas Pelabuhan Pantoloan direncanakan akan berlangsung selama 10 bulan.

Kemudian pada 12 Februari 2022, dilakukannya Penandatanganan Kontrak Package Civil Works (CW) Sea Port 1: Works for Reconstruction of Donggala Port antara Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Penandatanganan kontrak ini merupakan salah satu agenda pemenuhan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi ini yang menjadi awal proses pekerjaan konstruksi Terminal Donggala. Untuk proses pembangunan fasilitas Pelabuhan Donggala direncanakan akan berlangsung selama 16 bulan.

Terminal Donggala sebagai pelabuhan pengumpul (PP) menjadi gerbang ekonomi dan mendukung perekonomian di daerah hinterland Kabupaten Donggala dan Sulawesi Tengah. Saat ini, Terminal Donggala masih beroperasi aktif dan melayani logistik masyarakat. Terminal Donggala akan lebih difokuskan pada market pelayanan kargo multipurpose dengan kapasitas 170.000 ton per tahun, pelayanan curah kering (dry bulk cargo), dan pelayanan untuk kapal penumpang baik PELNI, tol laut, maupun perintis.

Sementara, untuk Pelabuhan Wani yang difokuskan untuk pelayanan Terminal Multipurpose (Agrikultur, Pelayanan Angkutan Ternak, dan Kapal Negara), pembangunannya direncanakan akan dimulai pada Maret 2022 dan akan berlangsung selama 12 bulan. Adapun pembangunan yang dilakukan meliputi: pekerjaan dermaga, trestle, causeway, reklamasi, dan pembangunan sisi darat seperti, area parkir, drainase, dan fasilitas penunjang lainnya. (EK/RDL/LA/HS)