JAKARTA – Ada tiga kemampuan penting yang harus dimiliki SDM sektor transportasi diantaranya adalah penguasaan teknologi terkini, kemampuan berinovasi, dan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing. Di sektor transportasi, pengembangan infastuktur dan penggunaan teknologi tinggi adalah hal yang penting namun tidak kalah penting melakukan pengembangan SDM yang memiliki skill, knowledge, dan behavior.
Demikian diungkapkan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins melalui kuliah umum daring di depan lebih dari 600 peserta, yang terdiri dari para taruna, dosen, serta unit kerja terkait di lingkungan Kementerian Perhubungan, pada Senin pekan lalu. (3/8).
Kuliah virtual bertajuk “UK Capability in Transportation” yang menghadirkan Owen Jenkins sebagai narasumber tersebut diselenggarakan oleh Badan pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) untuk meningkatkan wawasan para taruna tentang penyelenggaraan transportasi di negara-negara maju.
Kepala BPSDMP Sugihardjo saat menyampaikan kata sambutan pada kuliah umum tersebut menceritakan pertemuannya dengan Ambassador Jenkins pada Januari 2019 lalu, saat mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam sebuah courtesy call. Pada kesempatan itu, lanjut Sugihardjo disampaikan pentingnya meningkatkan SDM di semua sektor, termasuk dalam sektor transportasi. Menteri Perhubungan lalu menugaskannya untuk menindaklanjuti kerja sama bidang pengembangan SDM dengan perwakilan dari Inggris.
“Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, BPSDMP melakukan komunikasi dan koordinasi untuk menyelenggarakan kuliah umum sebagai trigger dalam menjajagi kemungkinan kerja sama di bidang pendidikan seperti program beasiswa, pertukaran pelajar, internship baik taruna maupun dosen, sharing informasi dan research," kata Sugihardjo.
Sugihardjo menuturkan, Inggris memiliki sistem transportasi yang maju, aman, andal, mudah diakses dan terintegrasi. Ini merupakan kesuksesan serta kemampuan Inggris dalam menghadapi perkembangan teknologi yang terjadi di sektor transportasi.
Sugihardjo menceritakan pengalamannya ketika menggunakan berbagai moda transportasi yang terintegrasi satu dengan lainnya di London dan juga kemajuan teknologi yang digunakan pada fasilitas transportasi di sana.
“Kuliah umum yang disampaikan Ambasador Owen Jenkins merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi kita semua untuk dapat mengetahui bagaimana pengelolaan transportasi di sana. Saya sendiri pernah berkesempatan melihat transportasi umum di sana tepat waktu, lancar, mudah diakses dan terintegrasi dalam sebuah sistem," tuturnya.
Kegiatan ini secara tidak langsung mengasah kemampuan para taruna berkomunikasi dengan dosen tamu asing serta menyerap informasi dan menumbuhkan rasa percaya diri saat ikut aktif berdiskusi. "Apa yang disampaikan pembicara tamu mitra internasional ini diharapkan mampu memberikan added value bagi para taruna untuk memasuki pasar industri transportasi," tutur Sugihardjo di Jakarta, Senin (3/8).
Link and Match
Duta Besar Owen menceritakan strategi transportasi Inggris dalam menciptakan link and match antara kompetensi yang diberikan kepada SDM bidang transportasi dengan kebutuhan industri, yakni melalui praktik magang dan pelatihan yang diharapkan nantinya mampu mengembangkan standar baru yang mencakup deskripsi keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang jelas ringkas sehingga menciptakan SDM sesuai kompetensi yang dibutuhkan pasar.
“Kami juga membangun centre of excellence untuk sektor transportasi darat dan udara yang merupakan kolaborasi antara academia dan industri. Center of excellence ini antara lain melakukan reserach dan pengembangan metode pembelajaran dengan kurikulum baru serta menciptakan inovasi-inovasi pada sektor transportasi,” ujarnya.
Terkait dengan manajemen transportasi di Inggris, dipaparkan Owen secara detil, milestone pengembangan dan inovasi transportasi dari masa ke masa. Kerja sama Inggris dan Indonesia dalam sektor transportasi di antaranya pada uji coba electric hydrogen car, capacity building bagi SDM pada MRT dan LRT serta feasibility study pada bandara-bandara di Indonesia.
Menimba Berbagai Ilmu Moda Transportasi di UK
Pakar Transportasi Ir. Resdiansyah Mansyur S.T., M.T., Ph.D menilai Inggris sudah melewati lebih dari 4 abad membangun transportasinya dan sudah mempunyai traffic behavior yang sangat baik dalam berlalu lintas dan berkendara. “Mulai dari kampanye yang luar biasa lama dan kontinyu. Diikuti pendidikan berlalu lintas ditanam sejak kecil bahkan dari taman kanak kanak, SDM transportasi bisa belajar ini, tidak hanya menyiapkan layanan angkutan umum yang baik mereka juga harus mendidik budaya lalu lintas masyarakat untuk menggunakan angkutan umum,” ujar Resdiansyah.
Lanjut Resdiansyah, di UK pembatasan kendaraan peribadi sangat berhasil dan warga Inggris sudah ke arah public transportation orientes dan jika dibandingkan Indonesia bukanlah berarti kita sangat buruk. Tetapi masyarakat kita masih mempunyai mindset private car oriented yang dihasilkan dari keterlambatan kita menyediakan angkutan umum yang lancar, efisien dan aman serta murah.
Namun untuk Indonesia, penilaian Wakil President Intelligent Transportation System Association of Indonesia itu, masih bisa dikejar. Kuncinya adalah bagaimana transportasi di negeri ini bisa terintegrasi dulu, memangkas rantai perjalanan dengan meningkatkan akses, dan membuat pengguna mudah berkendara dengan angkutan umum. Caranya, menurut Resdiansyah, dengan upaya memanjakan pengguna angkutan umum haruslah digaungkan/kampanyekan lagi.
“Kita bisa mengejar ketertinggalan kita dengan negara maju seperti Inggris. Tidak ada yang mustahil, Pemerintah sudah berinovasi cepat dengan meningkatkan angkutan umum yang aman.nyaman lancar dan tertib seperti MRT, Transjakarta, LRT,” jelasnya.
Direktur Pembangunan Jaya For Urban Studies Universitas Pembangunan Jaya itu menambahkan, kita bisa pemanfaatan teknologi seperti Intelligent Transportation System (ITS) akan memperhalus lagi perjalanan orang dan barang sehingga lebih cepat dan nyaman.
“Penggunaan teknologi ITS dalam angkutan umum dan transportasi tidak bisa ditunda lagi. Kita harus percepat ketertinggalan kita,” saran Resdiansyah.
Perbandingan Transportasi di Inggris dan di Indonesia
Resdiansyah mengungkapkan, pada dasarnya prinsip bertransportasi di seluruh dunia adalah sama, yaitu memudahkan orang dan barang berpindah, yang membedakan transportasi Inggris dan transportasi Indonesia adalah budaya berkendaranya. Sistem transportasi, menurut Resdiansyah juga sama. Sistem transportasi ini bisa terus diinovasikan dengan cara integrasi yang baik sehingga bisa menjadikan perjalanan lebih mudah dan aman.
Namun, ungkap Risdiansyah, strategi transportasi di negara maju dan negara berkembang pastinya berbeda, walaupun tujuannya akan sama. Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam transportasi massalnya dan pemanfaatan teknologi akan mempercepat Indonesia menuju transportasi yang efektif dan efesien.
Membandingkan transportasi di Indonesia dengan transportasi di Inggris tidak bisa apple to apple. Inggris sebagai negara maju, yang secara kondisi geografis dan pola perjalanan, serta behavior pengguna kendaraan jauh berbeda. “Tetapi perbandingan tetap bisa dilakukan, dengan melihat indikator sistem yang sama dan inovasi inovasi yang dilakukan untuk diadaptasi secara cepat. Tujuan perbandingan pastinya untuk peningkatan dan bukan menghukum kondisi transportasi kita,” ujarnya
Resdiansyah menyarankan, sebaiknya kita juga melakukan perbandingan bertransportasi dengan negara-negara yang kondisi geografisnya mirip tetapi mereka lebih maju, seperti Thailand, Malaysia, Singapura bahkan Vietnam. Transportasi sistem Vietnam, menurut Resdiansyah saat ini berkembang sangat pesat.
Selain melakukan benchmark teknologi dan sistem, Resdiansyah menambahkan, perlu juga dilakukan perbandingan dari tolak ukur perilaku masyarakatnya. “Bagaimana negara-negara tetangga mampu mengubah perilaku lalu lintas dan berkendara menuju masyarakat transportasi yang lebih beradab dan berkesinambungan (sustainable),” ujarnya mengakhiri. (IS/AS/HG/CH)