Masih terkait dengan isu kemacetan di penyeberangan Merak-Bakauheni, isu terkait yang muncul dan berkontribusi negatif adalah soal tarif penyeberangan di Merak-Bakauheni. Isu ini dilansir Bisnis Indonesia pada Senin (4/4), dan harian ini menjadi satu-satunya media yang melansir isu ini.

Bisnis Indonesia mengutip pernyataan Wakil Ketua Indonesia Ferry Companies Association (IFA) Bambang Harjo. Ia berpendapat kapal penyeberangan di lintasan Merak (Banten)-Bakauheni (Lampung) cepat rusak akibat kondisi iklim berusaha yang tidak kondusif dan tidak seimbangnya antara ketersediaan dermaga dan jumlah kapal.

Iklim usaha yang tidak kondusif itu terjadi akibat pengaturan tarif dari pemerintah yang tidak
memperhitungkan komponen biaya tarif berdasarkan perhitungan sebenarnya, sehingga tarif yang berlaku masih jauh di bawah biaya sebenarnya. Di sisi lain, jumlah dermaga yang sangat terbatas dipaksakan oleh regulator untuk melayani kapal-kapal dalam jumlah besar. Idealnya, setiap dermaga hanya melayani lima unit kapal, tetapi sekarang rata-rata melayani enam unit kapal.

Bambang menjelaskan tarif yang diberlakukan pemerintah di lintasan Merak-Bakauheni masih di bawah 60% dari biaya investasi atau BEP (break event point) yang harus dikeluarkan operator untuk membeli dan mengoperasikan kapal. Dalam kondisi tarif rendah, kapal yang beroperasi di lintasan penyeberangan terbesar di Indonesia tersebut dipaksa untuk beroperasi rata-rata 7,5 - 8 knot (13,90 - 14,8 km/jam), padahal sebagian besar kapal milik pengusaha nasional memiliki kecepatan di atas 15 knot (27,8 km per jam). Menurut dia, kapal yang dikonstruksi dengan kecepatan 15 knot, tetapi dipaksa untuk beroperasi 7,5 - 8,0 knot akan cepat rusak, terutama alat pendingin mesinnya. Dan jika pada saat padat dipaksa beroperasi 15 knot, kerusakannya tidak bisa terelakkan.

Pernyataan Bambang yang dikutip Bisnis Indonesia merupakan kritik atas kebijakan yang diterapkan pemerintah. Sehingga masukan dari pelaku usaha ini bisa menjadi bahan kajian dan evaluasi untuk perbaikan kebijakan ke depan. (JAB)