Jakarta – Moda transportasi kereta api Indonesia sudah dibangun besar-besaran sejak zaman Kolonial Hindia Belanda 150 tahun lalu. Dalam perjalanannya perkeretaapian nasional mengalami proses pasang surut saat melayani angkutan penumpang maupun barang.

Jawa Barat yang dijuluki Bumi Priangan dengan ibukota Cianjur semasa Kolonial Belanda, menjadi sentra pembangunan jalur–jalur kereta api untuk mengangkut hasil komoditi perkebunanan /pertanian seperti: teh, gula, gutta perca, karet, sawit dan kopi. Usai perang Jawa, Gubernur Jenderal Belanda memulai kembali membangun infrastruktur kereta api pada 1870-an yang dinilai sebagai sarana transportasi massal yang paling efektif untuk angkutan orang dan komoditi hasil perkebunan dan hasil bumi dari Bumi Priangan, ke Pelabuhan Batavia untuk dibawa ke pasar komoditi dunia di Bremen-Eropa.

Menghidupkan Kembali Perekonomian Daerah

Seiring dengan perkembangan zaman, moda transpotasi darat (bus dan truk) untuk jalur-jalur pendek di daerah mulai menjamur menyebabkan moda kereta api mulai banyak ditinggalkan, baik untuk angkutan penumpang maupun angkutan barang.

Berdasarkan data yang dihimpun, ada sekitar 3.343 KM jalur kereta yang sudah lama tidak digunakan di Jawa dan Sumatera dari total 8.159 KM. Akibat penghentian operasional dari 40% jalur kereta api di Jawa dan Sumatera, setidaknya menurut data asset PT KAI, ada 560 stasiun di Indonesia dari jumlah total stasiun tersebut 187 diantaranya sudah non aktif. Umumnya stasiun-stasiun kecil yang dihentikan operasionalnya dan sebagian besar sudah rusak, hilang, dan menjadi bangunan lain. Sedangkan bekas stasiun yang masih ada dan memiliki nilai sejarah dipugar, dijadikan tempat wisata.

Tiga tahun terakhir, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama PT KAI berusaha menghidupkan kembali (reaktivasi) jalur-jalur kereta api yang hilang di Jawa Barat, yaitu rute Cibatu-Garut-Cikajang (47,5km), Rancaekek-Tanjungsari (11,5km), Banjar-Pangandaran-Cijulang (82km), dan Bandung-Ciwidey (37,8 km). Upaya reaktivasi oleh Kemenhub bersama PT KAI dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan warga Jawa Barat atas layanan transportasi massal yang telah disetujui Presiden Joko Widodo.

Untuk tahap awal, Kemenhub bersama KAI akan memprioritaskan reaktivasi jalur Cibatu Garut. Jalur yang ditutup pada 1982 ini memiliki rute sepanjang 19,3 kilometer. Dengan reaktivasi, masalah kemacetan di jalan raya dapat dikurangi, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah yang dilalui kereta api dengan adanya kemudahan akses ke lokasi wisata dan hadirnya kepastian waktu dalam distribusi logistik, produk industri kecil di daerah yang berada di jalur tersebut.

Di wilayah Garut sendiri, terdapat potensi wisata seperti curug, pemandian air panas, Taman Gunung Papandayan dan Guntur, Candi Cangkuang, Kampung Naga, dan lainnya. Komoditas unggulan Garut yang dapat didistribusikan melalui kereta api meliputi olahan coklat, hasil pertanian, hasil perkebunan, serta produk kerajinan kulit, dan sebagainya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah meresmikan Stasiun Garut dan Reaktivasi Jalur Kereta Api lintas Garut-Cibatu, pada Kamis 24 Maret 2022 lalu.

Menhub Budi Karya menjelaskan dengan reaktivasi jalur kereta api lintas Garut-Cibatu, saat ini masyarakat di Garut dan sekitarnya dapat menikmati layanan kereta api yang terjangkau.

"Masyarakat Garut harus lebih giat dalam menggulirkan usaha daerah dengan reaktivasi ini, sejalan dengan obsesi Presiden Jokowi dalam mewujudkan konektivitas kereta api," tukas Budi Karya saat usai acara peresmian yang dikutip oleh media nasional.

Lebih lanjut Menhub menjelaskan, reaktivasi jalur yang selama 40 tahun tidak beroperasi lagi, diharapkan dapat mendorong masyarakat agar dapat memanfaatkan kereta api dari dan menuju Garut.

Seiring peresmian jalur kereta api, Menhub Budi Karya juga meresmikan KA Cikuray dan KA Garut Cibatu. Kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian turut memberikan dukungan berupa subsidi PSO yang nantinya dapat menekan harga tiket kereta api jalur Pasar Senen-Garut sehingga lebih terjangkau dengan harapan dapat menarik minat masyarakat.

Melecut Kemajuan Sektor Pariwisata

Presiden Jokowi pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 telah tegas memberikan arahan untuk fokus memajukan dan melecut sektor pariwisata. Oleh karena itu, Menhub Budi Karya berharap potensi pariwisata di Garut dapat terangkat dengan adanya reaktivasi jalur dan kereta api tersebut.

Kaena itu, Budi Karya berobsesi, "Bulat tekad kami di Kemenhub untuk terus mewujudkan konektivitas melalui berbagai moda transportasi di seluruh Tanah Air," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Mnteri BUMN Erick Thohir yang ikut hadir di peresmian jalur kereta api Garut-Cibatu mengatakan kolaborasi menjadi kunci kesuksesan dalam rangka menghidupkan jalur kereta api yang selama empat decade tahun tidak beroperasi.

Kolaboratif dengan Lembaga/Instansi Lain

Erick mengakui memiliki kesamaan pandangan dengan seluruh pemangku kepentingan, antara lain Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, hingga masyarakat untuk menghidupkan sektor pariwisata daerah yang belakangan ini lesu terdampak pandemi COVID-19.

Erick optimis dengan adanya reaktivasi ini akan memacu perkonomian masyarakat di daerah dan membuka lapangan kerja. Reaktivasi jalur ini, menurut Erick, akan mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) Garut.

Konektivitas masyarakat dari dan ke stasiun-stasiun KA di Cibatu hingga Garut menjadi salah satu hal penting untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di kawasan tersebut. "Saya dan Pak Menhub akan terus melanjutkan untuk berkolaborasi di daerah lain," ujarnya. (AS/IS/RY/HG)