JAKARTA - Digulirkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo, Tol laut menjadi sarana penyediaan sistem distribusi logistik yang menggunakan kapal besar yang menghubungkan pelabuhan di jalur utama atau rute utama, dari wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. Sedangkan distribusi ke kepulauan lain menggunakan kapal-kapal lebih kecil dibanding dengan armada di jalur utama.

Setiap wilayah yang disandari kapal Tol Laut memberikan dampak signifikan bagi ketersediaan produk dan kestabilan harga dibanding belum adanya kapal Tol Laut. Di masa mendatang, Tol Laut akan diintegrasikan dengan jaringan moda transportasi lainnya yang lebih efisien dan efektif hingga ke pelosok negeri.

Kapal Khusus untuk Angkutan Ternak

Sejak dua dekade, produk daging sapi segar termasuk komoditas yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Daging sapi segar, termasuk salah satu komoditas pangan yang banyak menarik perhatian dan sensifitas masyarakat, khususnya berkaitan dengan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan sebaran ketersediaan di pasar.

Presiden Joko Widodo berupaya mengakhiri polemik tentang ketersediaan daging sapi segar dengan harga yang terjangkau di beberapa daerah dapat segera diurai dan program-program aksi dapat segera diimplementasikan oleh semua stakeholder dalam upaya mencapai target yang diinginkan Pemerintah.

Berdasarkan analisis potensi, seperti yang dilansir dari laman Kementerian Pertanian, wilayah bagian timur Indonesia, seperti Provinsi NTT dan NTB telah menjadi penyangga kebutuhan daging sapi segar di beberapa provinsi antara lain Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

Namun yang menjadi kendala adalah pengangkutan dan pengiriman sapi melalui jalur darat dan laut yang telah dilakukan selama ini belum sepenuhnya memenuhi syarat angkutan ternak yang memperhatikan prinsip animal welfare, agar terciptanya kondisi yang nyaman bagi ternak yang mengalami waktu pengangkutan dengan memperhatikan aspek-aspek logistik dan prosedur yang sesuai.

Pertajam Bisnis Proses Penyelenggaraan Angkutan Khusus Ternak

Sejak tahun 2015, Kementerian Perhubungan telah mengoperasikan kapal khusus angkutan ternak. Langkah ini merupakan bentuk komitmen dan penjabaran dari bisnis proses kapal ternak dalam mendorong swasembada pangan yaitu daging sapi dan kerbau dengan menjamin kelancaran distribusi menggunakan moda transportasi laut.

Dalam pernyataannya, Rabu (23/6) lalu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, Dr. Capt. Antoni Arif Priyadi mengungkapkan, selama hampir 6 (enam) tahun kapal khusus angkutan ternak beroperasi, telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun masih ada beberapa hal yang perlu dipertajam dalam bisnis proses penyelenggaraan angkutan khusus ternak tersebut.

"Penyelenggaraan angkutan khusus ternak mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai dari aspek armada, trayek, jumlah ternak yang diangkut hingga penambahan pelabuhan bongkar dan pelabuhan muat," ujarnya.

Dr. Capt. Antony saat hadir dalam acara Konsinyering Penyusunan Bisnis Proses Penyelenggaraan Angkutan Khusus Ternak, yang diselenggarakan Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ditjen Perhubungan Laut, akhir pekan lalu di Bali, menyampaikan harapannya agar konsinyering yang dilakukan dapat menghasilkan rumusan pemikiran yang inovatif dalam mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kapal khusus angkutan ternak yang lebih baik.

“Diharapkan kepada para pihak terkait untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan kapal angkutan khusus ternak secara menyeluruh agar pelayanan yang diberikan lebih baik di masa yang akan dating,”ujar Capt. Antony.

Ia berharap, ada solusi-solusi atas berbagai masalah dan kendala yang selama ini dihadapi pengoperasian pelaksanaan pengelolaan kapal angkutan khusus ternak. “Tidak selalu di setiap kegiatan berjalan mulus dan lancar, itu hal yang biasa, namun yang lebih penting bagaimana cara kita mencari solusi untuk menyelesaikan hal tersebut,” cetusnya.

Pengoperasian pelaksanaan pengelolaan kapal angkutan khusus ternak saat ini dilakukan oleh 6 Kapal Ternak, yaitu KM Camara Nusantara (1, 2, 3, 4, 5 dan 6) dengan spesifikasi panjang keseluruhan kapal (LOA) ±69.78 m, lebar ±13.6 m dan kapasitas ruang muat yang mencapai 150 Ton. Kapal Angkutan Khusus Ternak dapat mengangkut ternak dengan kapasitas sebanyak 550 ekor ternak sapi.

Jumlah Trayek Kapal Ternak Terus Bertambah

Kapal angkutan khusus ternak pada tahun 2015 awalnya hanya ada 1 trayek, dengan 4 pelabuhan muat dan 4 pelabuhan bongkar dengan realisasi muatan sebanyak 353 ekor. Selanjutnya, di tahun 2016 realisasi muatan ternak meningkat signfikan menjadi 8403 ekor dan sedikit menurun di tahun 2017 menjadi 7990 ekor.

Kemudian Tahun 2018 trayek Kapal Ternak bertambah menjadi 6 trayek dengan 10 pelabuhan muat dan 7 pelabuhan bongkar. Realisasi muatan pun meningkat tajam menjadi 34.134 ekor. Pada tahun 2019, pencapaian kinerja kapal khusus angkutan ternak telah meningkat secara signifikan dengan mengangkut 42.726 ekor sapi dan tahun berikutnya yaitu tahun 2020, meningkat tipis dengan mengangkut sebanyak 42.984 ekor sapi.

Tetap Optimis

Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ditjen Perhubungan Laut bertekad untuk dapat meningkatkan jumlah ternak yang dapat diangkut tahun ini meski kapal ternak tahun ini memasuki masa perlimbungan pertengahan (dock intermediate).

Saat ini Pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah ternak yang dihasilkan masyarakat untuk memenuhi jumlah permintaan yang terus meningkat melalui program 1.000 Desa Sapi di beberapa sentra peternakan sapi di Povinsi NTT dam NTB.

“Kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah serta operator kapal yang telah mendukung terselenggaranya program nasional 1000 desa sapi,” ujar Capt. Antony.

Fokus Muatan Balik

Pada tahun 2021, program Tol Laut baik angkutan ternak maupun barang lebih fokus pada muatan balik yang fungsinya disamping sebagai penyeimbang pambiayaan Distribusi Logistik juga pendorong geliat perekonomian di daerah terutama 3TP.

Penyediaan kapal khusus angkutan ternak akan difokuskan pada penyeimbangan pembiayaan distribusi logistik sehingga dapat mengurangi nilai subsidi yang dapat dimanfaatkan pada kebutuhan penting lainnya terutama dalam hal dukungan penanganan pandemi Covid-19 serta pemulihan ekonomi seperti yang terjadi saat ini. (IS/AS/HG/HT/JD)