Di  tengah gencarnya sosialisasi bahwa pemerintah akan mendorong program konversi bahan bakar kendaraan bermotor dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG), muncul berita tak sedap bahwa program konversi bakal molor dan tak berjalan sesuai harapan karena pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG)-nya tertunda.

Pertamina menyatakan bahwa rendahnya harga  BBG yang hanya Rp. 3.100 per liter setara premium (lsp) membuat mereka ragu mengucurkan dana pembangunan SPBG dengan model induk-anak (mother-daughter). PT Pertamina Gas (Pertagas) awalnya menargetkan penyelesaian satu induk SPBG dan empat anakan pada Juni tahun ini. Namun, karena  harga BBG tidak dinaikkan menjadi Rp. 4.100 per lsp sesuai usulan Pertamina, rencana itupun mundur. Dengan tidak adanya kenaikan harga BBG, berarti pada Juli mendatang Pertagas hanya bisa menyelesaikan pembangunan satu induk di Bitung dan dua anakan. Itu artinya, program tersebut tak akan berjalan sesuai harapan.

Jika harga BBG dipatok Rp. 4.100 per lsp, Pertagas berencana mengucurkan dana korporat untuk membiayai penyelesaian SPBG tersebut. Namun, pengucuran dana dibatalkan karena harga BBG masih Rp. 3.100 per lsp. Harga tersebut tidak ekonomis bagi Pertagas. Pertagas siap menyelesaikan satu mother dan empat daughter pada Juni nanti di Jakarta dengan catatan harga BBG sudah disepakati naik Rp. 4.100 per lsp. Sedangkan untuk seluruh Jawa, tahun ini Pertagas menargetkan merampungkan 4 mother dan 16 daughter.

Berdasarkan catatan Pertagas, harga BBG Rp. 4.100 per lsp tidak kompetitif jika harga  BBM tidak dinaikkan. Namun,  harga BBG Rp. 3.100 per lsp  tidak masuk dalam bottom line keekonomian. Itu sebabnya, banyak pelaku usaha BBG memilih menjual gas ke industri.  Harga Rp. 3.100 per lsp  setara US$ 9 per mmbtu. Penjualan ke industri bisa US$ 13 per mmbtu.

Belakangan muncul informasi bahwa pembangunan SPBG akan menggunakan dana APBN yang pembahasannya masih dilakukan antara pemerintah dan DPR dalam kerangka pembahasan RAPBN-P 2012 dan kenaikan harga BBM bersubsidi. Jika pembangunan SPBG didanai APBN, berarti Pertamina hanya akan berperan sebagai pengelola SPBG. Pertagas telah menunda pengumuman pemenang lelang proyek pembangunan satu mother dan dua daughter akibat perubahan rencana penggunaan sumber pembiayaan SPBG tersebut.

Berdasarkan target awal, pemerintah tahun ini akan membangun SPBG untuk BBG jenis compressed natural gas (CNG) sebanyak 54 unit di Jawa-Bali. Rinciannya, DKI Jakarta 26 unit, Jawa Barat 7 unit, Banten 4 unit, dan Jawa Timur 15 unit. April nanti ditargetkan sebanyak 15 SPBG sudah beroperasi. Saat ini, SPBG yang sudah mulai berjualan BBG sebanyak 11 unit. Pemerintah juga akan membagikan converter kit CNG sebanyak 143 ribu unit dan membangun bengkel 372 unit. Saat ini sudah tersedia converter kit  3.000 unit dan bengkel 9.000 unit.

Kementerian Perhubungan perlu menegaskan bahwa program konversi BBG akan tetap dilaksanakan dan diupayakan tetap sesuai jadwal. Kemenhub akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan,  dan Pertamina  agar program konversi BBM ke BBG tidak molor gara-gara tertundanya pembangunan SPBG.

Manfaat penggunaan BBG, selain murah, penggunaan BBG juga ramah lingkungan. Penggunaan BBG juga merupakan bentuk tanggung jawab penghematan energi dan demi menjaga kesinambungan sumber daya alam yang kita wariskan kepada generasi mendatang. Konsumsi BBM di Indonesia masih sangat besar, padahal Indonesia bergelimang gas yang harganya jauh lebih murah dan bersih (ramah lingkungan).

Usulan pembentukan tim terpadu dan diterbitkannya payung hukum, misalnya dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) untuk menyukseskan program konversi BBM ke BBG bagi kendaraan perlu terus didukung.

Target  pemerintah tahun ini akan membangun SPBG untuk BBG jenis compressed natural gas (CNG) sebanyak 54 unit di Jawa-Bali, di mana  pada April  nanti ditargetkan sebanyak 15 SPBG sudah beroperasi. Saat ini, SPBG yang sudah mulai berjualan BBG sebanyak 11 unit. Pemerintah juga akan membagikan converter kit CNG sebanyak 143 ribu unit dan membangun bengkel 372 unit. Saat ini  sudah tersedia  converter kit  sebanyak 3.000 unit dan bengkel 9.000 unit.

Kemenhub perlu menginformasikan kelanjutan rencana pemberian insentif bagi angkutan umum yang bersedia melakukan migrasi ke BBG. Berdasarkan informasi selama ini,  untuk tahap awal sebanyak 325 ribu unit angkutan umum atau 50% dari total angkutan umum di Indonesia siap melakukan program migrasi tersebut dengan insetif per angkutan umum Rp 15 juta atau total dana yang akan dialokasikan untuk keperluan itu sekitar Rp 4,87 triliun.

Isu ini bisa dikaitkan dengan energi ramah lingkungan lainnya bagi kendaraan bermotor. Presiden  SBY baru-baru ini menyatakan mendukung proyek mobil nasional (mobnas) bertenaga listrik yang digagas  Menteri BUMN Dahlan Iskan. Proyek ini ditargetkan akan terealisasi tahun 2014. (JAB)