Jakarta, 20/10/09) Upaya membangun kontruksi budaya transportasi yang aman dan selamat merupakan sebuah pekerjaan besar yang tidak ringan tetapi harus dilakukan. Hal tersebut dinyatakan Dr. Sunarto, Msi Ketua Panitia Dies Natalis Universitas Diponegoro (Undip) ke 52 baru baru ini. “Upaya untuk konstruksi budaya transportasi yang aman-selamat bukan perkara mudah untuk dilakukan. Ini pekerjaan besar yang belum tentu selesai dalam 1 (satu) generasi,” ujar Sunarto ketika ditemui di Semarang pekan lalu.

Sunarto memberikan contoh bahwa orang Jawa punya nilai “alon-alon waton kelakon” dan “sluman, slumun, slamet”. Nilai pertama mengandaikan tidak perlunya orang bertindak tergesa-gesa untuk mencapai tujuan. Yang penting kehendak tercapai. Menurut Sunarto nilai semacam ini barangkali dalam jaman yang mementingkan dimensi kecepatan sebagai konsekuensi globalisasi seperti sekarang ini mungkin tidak relevan. Akan tetapi tetap perlu dimunculkan dengan tafsir baru yang relevan dengan perkembangan jaman. Demikian halnya dengan nilai kedua yang  mengandaikan dimensi keselamatan menjadi faktor penting yang penting selamat. “Nah, kedua nilai tersebut mengandaikan perlunya aspek terlaksana (kelakon) dengan selamat (slamet). Nilai-nilai semacam ini perlu digali untuk dikembangkan lebih jauh lagi sesuai kepentingan transportasi aman-selamat,” jelas Sunarto.  Menurut Sunarto diperlukan sebuah strategi komunikasi yang efektif dan efisien untuk bisa mewujudkan arti penting berlaku aman-selamat selama bertransportasi dengan tafsir baru dari nilai-nilai yang selama ini berlaku tersebut.

Memanfaatkan momentum Dies Natalis Undip ke-52 yang berjalan pada bulan Oktober 2009 ini, Departemen Perhubungan menyelenggarakan serangkaian kegiatan sosialisasi undang-undang dan kampanye keselamatan di perguruan tinggi tersebut. Kegiatan sosialisasi undang-undang transportasi dilakukan melalui kegiatan seminar bertajuk “Peluang Kewirausahaan Transportasi Berbasis Keselamatan dan Keamanan,” yang dibuka oleh Menteri Perhubungan Rabu 7 Oktober 2009.

Selain Menteri Perhubungan yang bertindak sebagai keynote speaker, acara seminar menghadirkan pembicara Drs. A. Muqowam anggota DPR RI yang mengupas tentang perubahan mendasar pada undang-undang transportasi yang baru, Prof Dr. FX Sugianto dari Undip yang menyampaikan materi tentang tinjauan aspek peluang usaha sektor transportasi, serta Prof. Dr. Muhadjirin T, MA yang berbicara tentang konstruksi budaya transportasi berbasis keselamatan dan keamanan. Acara dihadiri peserta segenap pemangku kepentingan transportasi baik dari unsur pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM dalam lingkup Jawa Tengah.

Sementara itu kegiatan kampanye keselamatan dilakukan dalam bentuk kegiatan below the line berupa pentas musik yang diselingi dengan penyampaian pesan-pesan keselamatan dalam bentuk teatrikal. Acara yang diselenggarakan pada Rabu 14 Oktober 2009 dan Jum’at 16 Oktober 2009 mendapat respon yang cukup antusias dari penonton yang sebagian besar merupakan kalangan mahasiswa, pelajar, dosen serta masyarakat sekitar.

Kepada tim reporter www.dephub.go.id yang menemuinya Sunarto memaparkan bahwa pihaknya (Undip) cukup mendapatkan informasi berharga terkait problematika di bidang transportasi, melalui kegiatan yang diselenggarakan Departemen Perhubungan tersebut. Menurutnya  diantara persoalan teknis yang ada, persoalan sosial terkait isu transportasi layak mendapat perhatian khusus. “Artinya, kita tidak bisa bicara keselamatan dan keamanan transportasi dengan memadai dan meminta masyarakat patuh dengan prinsip-prinsip bertransportasi yang selamat dan aman apabila segenap stakeholders yang ada belum mendapatkan pengertian dan pemahaman yang baik tentang transportasi yang selamat dan aman,” ujar Sunarto. 

Lebih lanjut Sunarto berpendapat bahwa persoalan transportasi yang aman dan selamat ini tidak terkait dengan isu klas. Menurutnya tidak boleh hanya orang–orang dengan status sosial ekonomi (SSE) tinggi saja yang peduli dengan isu transportasi aman dan selamat. “Saya kira tidak, seandainya selama ini kesan yang muncul seperti itu adalah tugas dari Dephub bersama segenap stakeholder yang relevan untuk menjadikan isu klas tersebut lebur. Isu transportasi aman-selamat bukan isu klas, isu ini harus menjadi isu bersama untuk ditangani,” tegas Sunarto.

Sementara itu Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S. Ervan menjelaskan bahwa Departemen Perhubungan mencoba terus membuka diri dan beinteraksi dengan sebanyak-banyaknya pemangku kepentingan melalui berbagai kegiatan dengan tujuan agar mereka lebih memahami permasalahan-permasalahan transportasi. “Perguruan Tinggi merupakan salah satu komponen stakeholder yang kita harapkan semakin mengetahui dan memahami permasalahan transportasi, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan yang tepat,” kata Bambang. (BRD/TIM)