JAKARTA - Direktorat Sarana Perkeretaapian, Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dalam melakukan pengujian sarana kereta api tetap bertindak profesional, independen dan obyektif, meski pengujian dan pemeriksaan prasarana dilakukan di Balai Yasa, bengkel milik PT Kereta Api Indonesia.

‘’Independensi dalam pengujian kereta api tetap kami jaga. Kami tetap bertindak profesional sesuai dengan sumpah jabatan,’’ kata Direktur Sarana Dwi Budi Sutrisno kepada wartawan di Jakarta, rabu (12/11).

Keselamatan transportasi kereta api merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh ditawar. Untuk itu kelaikan operasional sarana perkeretaapian juga menjadi hal yang mutlak. Untuk menjamin kelaikan operasi sarana perkeretaapian, maka wajib dilakukan pengujian, pemeriksaan dan perawatan.

Untuk pengujian dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat Sarana Ditjen Perkeretaapian, sedangkan untuk pemeriksaan dan perawatan dilakukan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia.

Saat ini, Ditjen Perkeretaapian memiliki tenaga penguji Sarana Perkeretaapian hanya 31 orang. Adapun jumlah sarana perkeretaapian yang sata ini beroperasi di Pulau Jawa dan Sumatera terdiri dari 484 lokomotif, 974 kereta dengan penggerak, 1.642 kereta tidak dengan penggerak, 6.075 gerbong dan 125 peralatan khusus.

Menjawab pertanyaan www.dephub.go.id, Dwi mengakui bahwa untuk melakukan pengujian sarana perkeretaapian miliki PT Kereta Api Indonesia, masih dilakukan di rel atau jalur dan di bengkel milik PT Kereta Api Indonesia.

Alasan pertama, pemeriksaan kereta harus di jalur atau rel sehingga tidak mudah untuk di pindahkan ke tempat lain seperti halnya mobil. Kedua, Ditjen perkeretaapian belum memiliki tempat pengujian sendiri seperti halnya Dinas Perhubungan yang memiliki Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Bermotor.

Tapi, Ditjen Perkeretaapian kini telah memiliki lahan yang nantinya akan digunakan sebagai balai pengujuan sarana perkeretaapian. Lokasinya di Citeras, Rangkas Bitung, Jabar. Di balai pengujian yang diperkirakan akan menelan investasi Rp 500 miliar itu akan dibangun jalur pengujian yang memiliki panjang sekitar 10 kilometer. Jalur itu memiliki tanjakan, tikungan, dan kemiringan tertentu.

Selama ini untuk pengujian rem misalnya, harus dilakukan pada malam hari, karena jika siang hari lintasannya sibuk, digunakan oleh kereta yang beroperasi. Balai pengujian ini rencananya akan dimulai pembangunannya pada awal tahun 2015 dan akan selesai pada awal 2017. (JO)