Tangis haru dan bahagia pecah mengisi bilik kamar kos putri, ruang makan berukuran 3 x 3 meter, koridor bus yang sunyi senyap, halaman belakang rumah tua nan sederhana, dan tanah lapang yang begitu luas serta banyak ditumbuhi pohon kamboja, sesaat setelah hasil seleksi CPNS Kementerian Perhubungan Tahun 2021 diumumkan. Mereka terpisahkan oleh ruang dan waktu, namun mereka merasakan bahagia yang sama dengan tujuan yang satu, menjadi seorang ASN kebanggaan Negeri.

Apakah perjuangan mereka terhenti sampai disini? Tentu saja tidak. Berbagai stigma telah melekat di masyarakat bahwa mengabdi pada Negara dengan menjadi ASN tidak serta merta berasal dari panggilan jiwa, melainkan karena ingin kerja santai dengan jam fleksibel namun dengan tunjangan yang menyilaukan mata atau karena sekadar mencari aman di hari tua. Berkaca dari pola pikir yang mengakar lama tersebut membuat para ASN muda ini harus berupaya lebih untuk membuktikan apa yang kerap luput dalam pandangan masyarakat, tentang bagaimana realita yang ada itu sebenarnya.

Berbekal dengan doa ibu, keyakinan hati, dan ilmu yang dimiliki, mereka berangkat untuk menjalankan tugas yang telah dipilih untuk diembannya. Salah seorang diantara mereka ditempatkan di Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan yang sekarang telah bertransformasi menjadi Badan Kebijakan Transportasi, tepatnya pada Bagian Data, Humas, dan Publikasi. Pranata Humas, itulah jabatan yang tengah dipikulnya sampai dengan hari ini. Menjadi seorang Pranata Humas membuat sosok gadis muda berusia 20-an yang kerap disapa Dian itu lebih dekat dengan masyarakat, mengingat bahwa Humas disini juga berperan sebagai gatekeeper, yaitu sebagai gerbang awal sebuah pesan dan informasi khususnya di bidang transportasi diterima dan disebarkan.

Kendati demikian, Dian mencoba dengan seluruh daya serta kemampuannya untuk dapat mengaplikasikan apa yang digaungkan oleh MenPAN RB terkait dengan tujuh nilai BerAKHLAK ASN melalui pekerjaannya tersebut. Ia berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat melalui cara dan keahliannya sendiri, yaitu dengan menulis dan memotret, dimana melalui dua kegiatan itu ia bisa membantu penyampaian informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal itu juga menjadi bentuk akuntabilitas kerja baginya.

Tidak hanya sampai disitu, ia masih terus ingin belajar dan mencoba hal yang baru untuk mengembangkan kapabilitas diri melalui berbagai pelatihan yang ada, seperti halnya pelatihan analisis media sosial, Master of Ceremony (MC), fotografi, dan digital public relations. Selain mengisi keahlian hard skill, ia juga turut membangun komunikasi dan budaya kerja yang saling mendukung dan menghargai. Tentunya semua itu akan berjalan dengan baik karena ada suatu loyalitas yang dimiliki. Jarak tempuh 122 kilometer pulang pergi yang ia lalui setiap harinya tidak menyurutkan setiap jengkal langkahnya untuk tiba di kantor tepat waktu dan menjalankan tiap tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Lalu bagaimana cara Dian mengimbangi suatu perubahan? Tidak dapat dipungkiri bahwa era percepatan digitalisasi turut mengambil andil dalam dunia kerja ASN dan kehumasan pada khususnya yang ditandai dengan berbagai macam kemajuan teknologi komunikasi yang digunakan sebagai alat vital pekerjaan sehari-hari. Hal ini membuat Dian dituntut juga untuk memiliki sikap adaptif dan kolaboratif, agar dapat terus bersinergi dengan perubahan-perubahan.

“Menyikapi perubahan dengan perubahan,” gumamnya. Untuk dapat menyesuaikan diri di tengah perubahan, menurut Dian yang perlu dilakukan adalah juga melakukan perubahan. Tidak harus selalu perubahan-perubahan yang besar, yang seluruh dunia harus tahu, tapi cukup perubahan dari hal terkecil, yang paling dekat, dan senantiasa luput, yaitu perubahan dari diri sendiri yang dapat dituangkan dalam kegiatan dan pekerjaan sehari-hari, yang bisa ditandai dengan mengubah kebiasaan menunda suatu pekerjaan, mengubah pola kerja yang terburu-buru tanpa melihat kualitas dan mutu yang dihasilkan, mengubah mindset bahwa menjadi berbeda bukan suatu kesalahan dan berpikir out of the box justru diperlukan, serta mengubah pandangan bahwa setiap yang dilakukan tidak semata- mata untuk diri sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak sehingga akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu tindakan dan menumbuhkan keikhlasan dalam bekerja. Kalau sudah ikhlas, pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan dilakukan.

Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Presiden Jokowi dalam pidato visi Indonesia, “tidak ada pola pikir lama! Tidak ada lagi kerja linier, tidak ada lagi kerja rutinitas, tidak ada lagi kerja monoton, tidak ada lagi kerja di zona nyaman, harus berubah”.

Dian percaya bahwa semua itu ada prosesnya dan pasti ada jalannya, asal ada kemauan yang besar dari hati. Terkadang perubahan kecil itu lah yang menuntun pada pencapaian besar. Seperti pesan yang ia sampaikan, “tidak begitu penting apapun bentuk dan berapapun nilainya, tapi bermanfaatkah bagi diri sendiri dan orang banyak”

Dian bisa jadi siapa saja. Sosok Dian bisa jadi adalah rekan kerja kita yang senantiasa ingin bertukar pikiran dengan kita, Dian bisa jadi adalah representasi dari pengharapan-pengharapan akan hari esok yang lebih baik lagi, atau Dian bisa jadi adalah kita, yang jauh dalam lubuk hati sebenarnya memiliki keyakinan bahwa perubahan-perubahan kecil itu sangat lah berarti, dan bahwa transformasi birokrasi nyata adanya dan bukan hanya sekadar bayangan ilusi. Lantas, tunggu apa lagi?

(Asti Dian Hapsari – Sekretariat Badan Kebijakan Transportasi)