JAKARTA - Penyelenggaraan mudik gratis bersama yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan ternyata berhasil merubah perilaku pemudik.Masyarakat yang mengikuti program mudik gratis ini bukan lagi dari kalangan masyarakat ekonomi kelas bawah yang ingin mudik tapi tidak mampu membeli tiket, tapi lebih karena kesadaran bahwa mudik gratis bersama ternyata lebih aman dan nyaman dibandingkan harus membawa kendaraan sendiri.

Padahal tujuan utama dari penyelenggaraan mudik gratis oleh Kementerian Perhubungan adalah untuk memindahkan pemudik yang semula menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor, ke transportasi lain yang lebih nyaman seperti menggunakan kereta, kapal laut maupun bus.

Berdasarkan evaluasi penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2014, tingkat kecelakaan maupun korban yang meninggal dunia masih cukup tinggi, terutama pemudik yang menggunakan sepeda motor. Itulah yang menjadikan alasan penyelenggaraan mudik gratis oleh Kemenhub.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko Sasono mengatakan, kesadaran masyarakat akan keselamatan selama pemudik kian membaik. Hal itu dibuktikan dengan semakin banyaknya peserta mudik sepeda motor dan berkurangnya pemudik yang menggunakan sepeda motor dari jakarta ke daerah tujuan.

Jika pada tahun 2013 peserta mudik gratis hanya 5.202 sepeda motor pada tahun 2014 naik menjadi 16.672 sepeda motor atau naik 320 persen. Sementara itu jumlah orangnya, jika pada tahun 2013 baru 9.736 orang, pada tahun 2014 melonjak 215 persen menjadi 20.937 orang.

Direktur Bina Sarana Transportasi Perkotaan (BSTP) Ditjen Perhubungan Darat Wahyuningrum mengatakan, dari wawancara dengan calon peserta mudik gratis, ada juga dari mereka yang merupakan golongan ekonomi menengah ke atas dan memiliki kendaraan pribadi. Jumlahnya sekitar 2-3 persen.

‘’Mereka ikut program mudik gratis yang diselenggarakan Kemenhub bukan dengan maksud ngirit (menghemat). Namun lebih karena ingin efisien, aman dan nyaman. Ini perubahan perilaku yang positif,’’ kata Yuyun panggilan akrab Wahyuningrum.

Ada satu persoalan yang dihadapi pemudik, yaitu tidak tersedianya angkutan mudik pada malam hari (Amari). Karena di titik-titik tertentu, mereka sampai di kota tujuan pada tengah malam. Sedangkan di daerah tersebut tidak tersedia angkutan umum pada malam hari. Kalau harus menggunakan mobil carteran biayanya lumayan besar. Padahal dari Jakarta sampai kota tujuan gratis.

Untuk itu, pemerintah pusat berharap peran pemerintah daerah untuk menyiapkan angkutan bagi pemudik yang tiba di kota tujuan tengah malam . Selama ini, hal itu tidak pernah di temukan atau dirasakan pemudik. ‘’Ini masih terus di evaluasi, sehinga tujuan pemerintah agar pemudik sampai rumah dengan aman dan nyaman tercapai,’’ kata Yuyun. (JO)