GORONTALO - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan terminal Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo, fasilitas Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo dan Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Gorontalo, di terminal baru Bandara Djalaluddin Gorontalo, Minggu (1/5).
Dalam laporannya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo mengatakan bahwa seiring dengan peningkatan jumlah penumpang baik yang datang dan pergi di bandara ini, Kemenhub melakukan perbaikan serta pembenahan-pembenahan. Hal tersebut sejalan dengan fokus kerja kementerian untuk terus meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana jasa transportasi serta meningkatkan kualitas pelayanan jasa transportasi kepada masyarakat.
Sebelumnya Menhub yang didampingi Dirjen
Perhubungan Udara Suprasetyo, Dirjen Perhubungan Darat Pudji Hartanto dan Plt
Dirjen Perhubungan Laut Umar Aris meninjau Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo
yang baru saja direhab serta meninjau kantor Kantor Syahbandar dan Otoritas
Pelabuhan (KSOP) Gorontalo.
Bandara Djalaludin Gorontalo merupakan Bandar Udara kelas 1
(satu) yang terletak di Kabupaten Gorontalo, 18 km dari Ibu Kota Kabupaten
Limboto, Provinsi Gorontalo. Beberapa waktu lalu, Kementerian Perhubungan telah
selesai mengembangkan sisi udara dan sisi darat Bandara Djalaluddin Gorontalo.
Pengembangan sisi udara yaitu pengembangan apron yang semula hanya berukuran 230 x
80 M dan hanya mampu menampung 2 unit pesawat sejenis 737-800 serta 1 unit
sejenis ATR, menjadi 130 x 291 M dan mampu menampung 3 unit pesawat sejenis
737-800 serta 2 unit sejenis ATR.
Landasan pacu Bandara
Djalaluddin yang saat ini berukuran 2.500 meter x 45 meter dan akan
diperpanjang menjadi 3.000 meter x 400 meter pada tahun 2019, sehingga Bandara
Djalaludin Gorontalo nantinya mampu didarati Pesawat Boeing 737-900 ER.
Maskapai yang sudah beroperasi diantaranya Garuda Indonesia, Lion Air,
Sriwijaya Air, Batik Air, Wings Air dan Avia Star yang dalam satu harinya
terdapat 20 pergerakan pesawat.
Pengembangan juga dilakukan pada sisi darat berupa
pembangunan gedung terminal baru dan area parkir bandara. Gedung terminal baru
yang terdiri dari 2 (dua) lantai dengan luas 11.865 M2 tersebut mampu menampung
2.500 penumpang dan menggantikan gedung terminal lama yang hanya cukup untuk
250 penumpang. Gedung terminal baru Bandara Gorontalo ini dibangun sejak tahun
2013 sampai dengan tahun 2015 yang dibiayai APBN. Setelah terminal baru
dioperasikan, terminal lama akan dijadikan embarkasi haji bersifat reguler dan
akan menampung 250 jamaah.
Lantai dasar berfungsi sebagai tempat check in, drop off, baggage claim, serta area publik dan karyawan. Sementara untuk lantai dua, berfungsi sebagai ruang tunggu penumpang. Fasilitas lain yang telah disiapkan adalah x-ray sebanyak empat unit, tiga untuk penumpang dan satu untuk kargo. Ruangan musholla yang berada di lantai bawah dan lantai atas, ruang laktasi, eskalator, lift, toilet, kursi roda untuk penumpang sakit atau penyandang disabilitas. Juga terdapat dua lounge yang berukuran sedang dan luas, dan ruang merokok.
Bandara Djalaludin Gorontalo juga mengembangkan area parkir bandara yang semula hanya seluas 3.902 M2 untuk 150 mobil, sekarang menjadi 46.411 M2 dan mampu menampung 1.000 mobil.
Pembangunan Bandara Djalaluddin dilakukan sejak tahun 2013 ini melalui 3 tahap yaitu pada tahap pertama, dibangun struktur bawah fondasi pancang, tie beam dan pile cap dengan anggaran sebesar Rp. 21 miliar. Pada tahap kedua berupa pekerjaan struktur atas, penutup atap, finishing dinding bata, finishing lantai dasar dan instalasi MEP dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 51 miliar. Selanjutnya pada tahap ketiga terdiri dari pekerjaan elektrikal mekanikal, arsitektur, interior dan finishing dengan anggaran sebesar Rp. 70 miliar. Selain itu juga ada pekerjaan finalisasi berupa area parkir dan GSE dengan anggaran Rp. 27 miliar dan pekerjaan dua unit garbarata dengan anggaran Rp. 15 miliar.
Rencana ke depan Bandara
Djalaluddin akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU). Skema BLU bertujuan
mempercepat perputaran keuangan, sehingga hasil dari pendapatan bisa
dipergunakan secara langsung untuk penambahan fasilitas bandara dalam rangka
meningkatkan pelayanan terhadap penumpang. Selain itu dengan skema BLU, Bandara
Djalaludin Gorontalo dapat dikelola dengan lebih profesional.
Menhub juga berkesempatan meninjau UPT Pelabuhan Penyeberangan
Gorontalo yang telah direvitalisasi, yakni gedung terminal penumpang senilai Rp
2,350 miliar, rehab gapura pintu masuk pelabuhan senilai Rp 2 miliar, overly area prkir senilai Rp 3 miliar
dan pembangunan dermaga II plengsengan senilai Rp 7,442 miliar, dengan
mengunakan anggaran Relokasi APBN Tahun Anggran 2014 dan 2015.
Pada kesempatan tersebut,
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Pudji Hartanto melaporkan bahwa pelabuhan
penyeberangan Gorontalo melayani 2 lintas penyeberangan antar provinsi, yaitu
Lintas Penyeberangan Gorontalo (Gorontalo) - Pagimana (Sulawesi Tengah) yang
merupakan Lintas Penyeberangan Komersil dan Lintas Penyeberangan Gorontalo
(Gorontalo) - Wakai (Sulawesi Tengah) yang merupakan Lintas Penyeberangan
Perintis.
Lintas Penyeberangan Gorontalo-Pagimana merupakan lintas
penyeberangan komersial sedangkan lintas penyeberangan Gorontalo-Wakai
merupakan lintas penyeberangan perintis. Dari Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo
dilayani oleh 3 kapal motor penumpang yaitu KMP Baronang 526 GT, KMP Jembatan
Musi I 406 GT dan KMP Tuna Tomini 546 GT.
Selanjutnya dalam kesempatan yang sama, Plt. Dirjen Perhubungan Laut Dr. Umar Aris juga turut menegaskan bahwa dalam rangka intermoda dan multimoda, Ditjen Hubla ikut serta pula dalam Peresmian Kantor KSOP Kelas IV Gorontalo. Berdasarkan UU No. 17 Tentang Pelayaran Pelabuhan dibagi menjadi 2 yaitu pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak diusahakan, Gorontalo termasuk pelabuhan yang diusahakan oleh karena itu maka terdiri dari regulator dan operator. Fungsi Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan melaksanakan fungsi regulator. Dengan adanya Kantor KSOP kelas IV Gorontalo maka menimbulkan kegairahan dalam melaksanakan fungsi fungsi regulator dimana kantor KSOP dapat melaksanakan fungsi kewibawaan regulator seperti diatur dalam UU No. 17 tahun 2009 tentang Pelayaran.
Dalam sambutannya, Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie menyampaikan terima kasih atas kehadiran Menhub dan jajaran pejabat Kemenhub yang telah hadir. "Perjuangan kita akhirnya tercapai dengan pembangunan bandara baru Gorontalo ini, semua ini merupakan komitmen Kemenhub dalam hal ini Bapak Menhub Ignasius untuk membangun bandara baru di Gorontalo ini" ungkap Rusli. Gubernur Rusli berharap selain Bandara Gorontalo, Kemenhub juga dapat segera membangun Bandara Pahuwato dan menambah atau memperluas Dermaga Pelabuhan Anggrek di Gorontalo Utara.
Dalam sambutannya, Menhub menyatakan setelah meninjau Pelabuhan Penyeberangan sebelum diresmikan, saat ini Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo sudah lebih baik pelayanannya begitu juga dengan Kantor KSOP Kelas IV. Terkait dengan terminal baru Bandara Djalaludin Gorontalo Menhub mengatakan bahwa akan dioperasikan 2 minggu lagi. "Terkait penggunaan terminal lama setelah adanya terminal baru ini, setelah berdiskusi dengan Bapak Gubernur kemungkinan terminal lama akan digunakan untuk terminal kargo dan sebagai Embarkasi antara Haji untuk keberangkatan dan kedatangan". Ujar Menhub Jonan.
Fokus kerja Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan dalam membangun fasilitas sarana dan prasarana transportasi adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini sejalan dengan program Nawa Cita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; dan meningkatkan kualitas hidup manusia, serta meningkatkan produktivitas rakyat. (JO)