(Jakarta, 14/2/2012) Untuk memeringati peristiwa “Merah Putih” di Manado, Sulawesi Utara 66 tahun silam, diadakan upacara peringatannya yang dilaksanakan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (14/2). Menteri Perhubungan EE Mangindaan bertindak selaku inspektur upacara yang dilanjutkan dengan dengan tabur bunga di beberapa makam pahlawan yang gugur dalam perjuangan mengusir penjajah pada saat itu yakni Belanda.
Menurut Menhub, peringatan yang dilakukan dengan serangkaian upacara, doa, dan tabur bunga memiiliki tujuan untuk mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.
“Saya terenyuh dan sangat berterima kasih atas perjuangan dan pengorbanan para pejuang negeri kita dengan mengheningkan cipta, berdoa untuk para pahlawan,” ujar Menhub.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa 14 Februari merupakan hari bersejarah peringatan peristiwa “Merah Putih” atas keberhasilan putra bangsa dalam keberhasilannya memperjuangkan kemerdekaan hingga terjadi pertumpahan darah terhadap 176 pahlawan.
Menhub mengungkapkan kebanggaannya juga terhadap salah seorang pahlawan dari Manado yang rela berjuang pada saat usianya masih dini , Rontonuwu (14 tahun). Walau apapun yang dilakukannya, perjuangan pahlawan tidak ada yang sia-sia.
“Dengan memperingati peristiwa ini setiap tahunnya, diharapkan semangat pengorbanan dan perjuangan yang telah ditorehkan pejuang kita untuk mendapatkan kemerdekaan di Manado bisa terus dikenang dan menjadi teladan,” kata Menhub.
Tak hanya itu saja, momentum peristiwa “Merah Putih” yang menjadi salah satu momentum ke arah terbentuknya suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang utuh dari Sabang Sampai Merauke ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk mengisi kemerdekaan dan memajukan pembangunan di negeri tercinta.
Peristiwa “Merah Putih” merupakan bukti komitmen masyarakat Minahasa terhadap Republik Indonesia yang pada saat itu dianggap pro terhadap penjajah Belanda. Pada saat itulah, Sersan Knil Taulu dan kawan-kawan mendirikan tentara di Sulawesi Utara yang disebut Tri-Su dan melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Pada akhirnya mereka mampu memaksa Komandan Belanda untuk Sulut (Letkol de Vries) menyerah tanpa syarat. (CHAN)