JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan apresiasi terhadap instansi terkait yang telah bekerja sama dalam memberikan penanganan pasca erupsi Gunung Agung. Menhub juga meminta semua pihak untuk menyampaikan informasi dengan benar dan akurat terkait erupsi tersebut. Hal ini disampaikan Menhub Budi saat mengadakan Video Conference langsung dari London dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta pada Selasa (28/11).
“Saya apresiasi kepada semua instansi terkait yang turut membantu dalam penanganan erupsi Gunung Agung. Kita selalu berkomunikasi setiap 1 hingga 3 jam untuk memantau keadaan di lapangan. Saya sampaikan kita juga harus berhati-hati dalam menyampaikan informasi, hindari informasi yang spekulatif karena dapat menimbulkan ketakutan,” jelas Menhub Budi.
Hal senada juga disampaikan Menko Maritim Luhut, menanggapi berita yang beredar pasca erupsi Gunung Agung. Luhut menjelaskan tidak ada hujan batu yang keluar dari erupsi gunung tersebut.
“Laporan terakhir dari lapangan, tidak ada lemparan batu-batuan dari dalam gunung sampai dengan saat ini. Jadi kalau ada informasi hujan batu itu informasi yang menyesatkan. Kemenhub sendiri juga melakukan rapat evaluasi setiap enam jam membahas status bandara, apakah bisa dibuka atau ditutup, serta informasi dari BMKG terkait dimana araha angin. Jadi semua terintegrasi,” ujar Luhut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenhub Sugihardjo mengatakan kemungkinan selama 2 hingga 3 hari kedepan bandara Ngurah Rai masih akan ditutup sampai dengan perubahan Siklon Tropis Cempaka. Namun, Jojo panggilan akrabnya menjelaskan buka dan tutup bandara terus dievaluasi setiap 6 jam berdasarkan beberapa sumber data diantaranya Satelit BMKG Himawari, Satelit Australia di Darwin, Paper Test di bandara serta informasi dari pilot.
“Kemungkinan selama 2 hari kedepan (bandara Ngurah Rai) ditutup tapi evaluasi buka tutup tidak bisa memakai perencanaan, setiap 6 jam kita terus evaluasi. Jika Siklon Tropis Cempaka sudah hilang maka akan berlaku arus normal,” ujar Jojo.
Lebih lanjut, Jojo menjelaskan beberapa alasan mengapa buka tutup bandara tergantung kepada sebaran debu vulkanik karena debu tersebut dapat menganggu penerbangan.
“Jadi kalau debunya terlalu tinggi berbahaya pada engine pesawat. Jika tersedot ke mesin akan menganggu sehingga menyebabkan (mesin) tidak berfungsi akan berakibat fatal. Kedua disamping menganggu visual juga kalau terkena ke kaca cockpit bisa menimbulkan flek dan menganggu pandangan. Ketiga jika jatuhnya debu ke landasan, akan menimbulkan efek slippery (licin) dan itu harus dibersihkan dulu baru didarati (pesawat),” terang Jojo.
Jojo juga menyebutkan sepuluh bandara yang disiapkan untuk pengalihan rute penerbangan saat bandara Ngurah Rai ditutup.
“Sepuluh bandara untuk divert (pengalihan) yaitu, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Lombok, Makassar, Balikpapan, Ambon, Manado dan Kupang.
Dalam video conference tersebut, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika juga melaporkan keadaan gunung yang masih mengeluarkan abu vulkanik. Made menjelaskan saat ini pengungsi Gunung Agung sudah mencapai 40.000 ribu orang di 217 titik pengungsian.
“Tidak ada hujan batu, sampai saat ini kondisi gunung masih mengeluarkan abu vulkanik setinggi 4000 meter dan angin bertiup ke barat daya sehingga menyebabkan bandara masih harus ditutup. Untuk para penduduk di 22 desa terdampak erupsi sudah berada di titik-titik pengungsian, jumlahnya mencapai 40.000 ribu orang di 217 titik pengungsian disemua Kabupaten,” jelas Made.
Turut serta dalam Video Conference Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Andi Eka Sakya, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri, Sekretaris Ditjen Perhubungan Udara Pramintohadi Sukarno, Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Maria Kristi, serta perwakilan dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP), dan Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok. (LFH/TH/AL/BI)