Pada layar monitor berukuran 40 x 40 cm itu terlihat banyak titik-titik hitam bergerak aktif. Begitu tampilan di perbesar, baru terlihat titik-titik hitam itu ternyata berbentuk bulatan-bulatan kecil yang diujungnya juga terlihat garis pendek.
Di sekitar bulatan-bulatan kecil terdapat kode dan angka-angka yang menunjukkan nomer penerbangan, jenis dan tipe pesawat, serta ketinggian dan kecepatan pesawat. Sedangkan garis menunjukkan kemana pesawat itu menuju.
Saat bulatan-bulatan kecil itu semakin mendekat Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, petugas air traffic controller (ATC) terus berbicara dengan pilot yang akan mendaratkan pesawatnya. Bahasanya jelas, namun nada bicaranya sangat tenang. Ia memandu pilot untuk melakukan landing. Demikian juga pada saat pesawat akan tinggal landas, petugas ATC memberikan panduan untuk take off.
Itulah suasana yang terekam saat www.dephub.go.id mengunjungi tower ATC di Makasar Air Traffic Service Centre (MATSC). Petugas ATC ini melayani pemanduan lalu lintas penerbangan untuk pesawat yang melakukan penerbangan dari dan ke bandara internasional Sultan Hasanuddin, Makasar.
Bukan hanya melayani pesawat yang akan take off dan landing saja, MATSC juga berfungsi sebagai penyedia layanan pemandu lalu lintas udara di wilayah Ujungpandang FIR, melipui dua per tiga wiayah udara Indonesia, untuk penerbangan en-route diatas FL 240 baik domestik maupun internasional. Bisa dikatakan MATSC adalah pengawal wilayah udara Timur Indonesia.
Peran ATC sangatlah penting. Dengan panduan navigasi yang di berikan akan mencegah tabrakan antar pesawat baik diudara maupun didarat, baik antar pesawat maupun tabrakan dengan dengan halangan lain seperti gunung, bangunan atau benda yang bergerak lainnya, dengan cara memberikan separasi yang aman.
Layanan pemanduan lalu lintas penerbangan ini juga bertugas memperlancar dan menertibkan arus lalu lintas penerbangan agar dicapai efisiensi bagi pengguna jasa, menyediakan informasi yang diperlukan oleh pesawat, semisal informasi cuaca, informasi kondisi traffic, informasi kondisi bandara (Notam/Notice to Airman), bahkan membantu kegiatan pencarian dan pertolongan kecelakaan pesawat udara dengan cara memberikan informasi kepada instansi yang terkait dengan adanya kondisi darurat maupun kecelakaan, baik di bandara maupun di luar bandara.
PTS. General Manager MATSC, Maskon Humawan menjelaskan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan dilakukan oleh petugas ATC pada unit layanan yang berbeda.
Untuk penerbangan di bandara dan sekitarnya, ditangani oleh ADC/Tower Controller. Petugas ini lah yang mengatur atau memandu pesawat yang akan datang atau meninggalkan bandara. Untuk penerbangan diwilayah kedatangan dan keberangkatan sekitar 100 NM atau sekitar di bawah 24.000 kaki ditangani oleh APP Controller, sedangkan untuk penerbangan jelajah (en route) dan lalu lintas di atas 24.000 kaki ditangani oleh petugas ACC.
‘’Untuk memandu pilot, dilakukan dengan bahasa penerbangan dan berbasis bahasa Inggris. Dalam melakukan panduan harus mengikuti strandar aturan yang di tetapkan pemerintah sebagai regulator dan organisasi penerbangan sipil internasional (ICAO). Demikian juga peralatan yang digunakan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan dan harus di kalibrasi secara periodik,’’ jelas Maskon.
Peralatan MATSC Sangat Modern
Peralatan yang ada di MATSC sangat modern, bahkan lebih modern dibandingkan yang dimiliki bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta saat ini. Misalnya fasilitas komunikasi dua arah antar pesawat dengan petugas ATC. Fasilitas yang dimaksud adalah VHF, HF Radio dan fasilitas komunikasi datalink dengan jaringan satelit.
Ada juga fasilitas frekuensi radio yang dipancarkan oleh suatu pemancar bernama VOR/DME, dimana dengan fasilitas ini pesawat dapat mengetahui posisinya, menentukan arah penerbangannya dan mengetahui jaraknya dengan point tertentu, misalnya posisi bandara, lokasi suatu tempat dan sebagainya.
Selain itu MATSC uga menyediakan fasilitas pendaratan bernama ILS (Instrument Landing System) yaitu alat yang pancarannya dapat ditangkap oleh pesawat yang akan mendarat, dengan memberikan arah pusat landasan dan sudut pendaratan. Biasanya instrumen ini digunakan pada malam hari atau konsidi cuaca buruk.
Fasilitas lain yang tidak kalah pentingnya yang dimiliki MATSC adalah fasilitas penginderaan, dimana petugas ATC dapat melihat posisi semua pesawat dalam wilayah sektornya melalui display yang ada di meja kerja ATC. Pengindraaan ini bisa berupa radar track (tampilan oleh radar), ADSC (Automatic Dependant Surveillance Contrack) track yaitu tampilan oleh bantuan satelit, ADSB (Automatic Dependant Surveillance Broadcast) track, yaitu tampilan yang dibantu oleh transponder di pesawat dengan bantuan satelit.
Ada pula tampilan berupa flight plan track, yaitu tampilan yang ditimbulkan oleh data penerbangan melalui oleh computer. Dengan tampilan-tampilan ini, ATC memberikan instruksi-instruksi untuk melakukan pergerakan atau manuver dalam rangka pesawat menuju tujuan.
Fasilitas lain yang ada di MATSC adalah ATC Automation System, yaitu sebuah sistem komputer yang dapat memproses data rencana penerbangan (flight plan data) dan data radar, dimana hasil processingnya dapat ditampilkan di display ATC. ATC Automation System juga dapat memproses data yang diperlukan sebagai safety net, yaitu warning system yang memberi peringatan dini kepada controller apabila pesawat dalam posisi membahayakan, misalnya jarak antar pesawat terlalu dekat dengan pesawat lain atau gunung dan dataran tinggi.
“MATSC mengintegrasikan semua fasilitas komunikasi, fasilitas frekuensi radio dan fasilitas pengindraan yang diantaranya berada di luar Makasar serta ATC Automation System, dengan menggunakan Extended Range (ER) yang dihubungkan dengan jaringan V-SAT,” jelas Maskon.
Apakah MATSC
MATSC adalah suatu organisasi cabang di bawah PT Angkasa Pura Airport yang memiliki fungsi sebagai penyedia layanan pemanduan lalu lintas udara di wilayah udara bagian timur Indonesia yang dipersiapkan untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan lalu lintas udara yang berbasis teknologi satelit dengan fasilitas komunikasi data dan sistem automatisasi ATC sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh organisasi penerbangan sipil internasional (ICAO) dalam rangka implementasi CNS/ATM pada masa kini dan untuk masa mendatang.
Rencana pembangunan MATSC dimulai sejak tahun 1995 lalu dan telah dituangkan dalam ATC Master Plan Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 1997. Rencananya MATSC ini dapat dioperasikan pada tahun 2000. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah memaksa pemerintah untuk menunda proyek ini.
Kemudian diusulkan rencana pembangunan MATSC ini berada dalam paket pengembangan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makasar. Namun kemudian dipisahkan untuk dilanjutkan sendiri, tanpa harus dipaketkan dengan pembangunan terminal dan landasan pacu.
MATSC mulai beroperasi pada tahun 2005. Sebelumnya MATSC merupakan bagian atau divisi dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Tapi pada tahun 2008, MATSC dterpisah dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menjadi cabang tersendiri dari PT Angkasa Pura Airport. MATSC menghasilkan pendapatan dari PJP (Pelayanan Jasa Penerbangan) atau air navigation charge yang dipungut dari pengguna jasa.
Markon menjelaskan, keberadaan MATSC ini sangat diperlukan untuk mendalam mengantisipasi kebutuhan pelayanan lalu lintas udara dimana kini dan masa mendatang. Karena peningkatan pertumbuhan jumlah pergerakan pesawat udara dengan jenis pesawat yang beragam, pertumbuhan penumpang dan cargo udara.
Jumlah pergerakan pesawat yang ditangani MATSC setiap harinya rata-rata sekitar 2.000 pergerakan. Sekitar 200 pesawat yang ditangani MATSC yang melakukan penerbangan dari dan ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, sedangkan sisanya rute internasional di 32 rute lintasan yang melintasi wilayah kerja MATSC.
Karena itulah peralatan yang ada di MATSC ini harus disesuaikan dengan peralatan ATS negara tetangga seperti Australia, Malaysia, Singapura, Philipina, Brunei dan tentu saja Jakarta. Apalagi perkembanga teknologi komunikasi, sistem navigasi pesawat udara yang dimiliki oleh pesawat udara, terutama penerbangan lintas internasional sudah demikian maju.
Markon berharap, dengan modernisasi peralatan ATC di Bandara Internasional Soekarno Hatta, maka akan terbangun New ATS Center (Jakarta dan Makasar) yang keduanya saling memback up satu sama lainnya jika terjadi kegagalan (failure system), tanpa memerlukan lagi negara tetangga.
Fungsi Otoritas Bandara
Seluruh operasional Makasar Air Traffic Service Centre (MATSC) dibawah pengawasan Otoritas Bandara selaku kepanjangan tangan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Sebagaimana Peraturan Menteri Perhubungan No 41 tahun 2011, Otoritas Bandara bertugas melakukan pengaturan, pengendalian dan pengawasan kegiatan penerbangan di bandar udara.
Kepala Kantor Otoritas Bandara Udara Wilayah V Makassar Drs. M. Sidabutar, MM kepada www.dephub.go.id menjelaskan, cakupan kerja Wilayah V Makasar, membawahi 34 bandara meliputi bandara-bandara di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan bandara-bandara lain yang masuk dalam Wilayah V sesuai peraturan Menhub yang berlaku.
Fungsi pengawasan, dalam hal ini terhadap petugas ATC, lanjut Sidabutar adalah melakukan pemeriksaan terhadap sertifikasi atau lisensi yang dimiliki oleh para ATC, yang ditugasi oleh PT Angkasa Pura Airport. ‘’Kita cek sertifikat atau lisensinya, apakah masih berlaku, apakah sudah memenuhi standar yang di tetapkan regulator. Kalau tidak bermasalah kita akan mengizinkan mereka melakukan tugasnya,’’ jelas Sidabutar.
Biasanya pihak PT Angkasa Pura II sudah mengetahui persyaratan minimal yang telah ditetapkan oleh regulator, seperti kesehatan calon petugas ATC, kemampuan bahasanya. Jadi mereka yang akan bertugas sebagai ATC biasanya sudah hampir dipastikan memenuhi seluruh persyaratan yang di tetapkan.
Untuk memperlancar komunikasi antara Otoritas Bandara sebagai regulator dengan para stakeholder seperti pihak maskapai, cargo, ATC, pengelola bandara, polisi bandara bahkan dengan organisasi masa setempat, melakukan pertemuan berupa coffee morning. Dalam pertemuan tersebut dapat disampaikan berbagai keluhan atau persoalan, dan dicari penyelesaiannya. Dengan demikian setiap masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan segera. (TIM)