(Jakarta, 24/02/10) Untuk memecahkan masalah transportasi perkotaan, seperti yang terjadi di dalam pola transportasi makro Jakarta, perlu adanya management dan perencanaan yang baik melalui koordinasi antar instansi. Demikian dinyatakan oleh Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Kemitraan, Iskandar Abubakar pada Roundtable Discussion dengan tema “Strategi dan Program Transport Demand Management (TDM) Dalam Rangka Mengurangi Kemacetan, Penghematan Bahan Bakar Dan Pemeliharaan Mutu Udara di Perkotaan” di kantor Badan Litbang Perhubungan, Rabu, 24 Februari 2010.

“Harus ada sinkronisasi program antar instansi. Ini yang kadang-kadang tidak kelihatan, seperti Kereta Api Jabodetabek dengan Pemerintah DKI,” kata Iskandar.

Iskandar menyatakan, permasalahan transportasi di kota besar sudah begitu kompleks. Permasalahan yang ada tumbuh lebih cepat dari pemecahan permasalahan transportasi. Keadaan ini diperburuk dengan perkembangan kota tanpa pengendalian tata ruang, serta jaringan yang tidak lengkap. Faktor berikutnya adalah pertumbuhan kendaraan yang tak terkendali, khususnya sepeda motor, yang acapkali menyebabkan kemacetan yang memprihatinkan. Selanjutnya, dengan adanya kemacetan itu, maka pertumbuhan kebutuhan energi khususnya sebagai akibat sistem yang tidak efisien itu, menjadi bertambah. Selain itu, supply untuk yang energi berwawasan lingkungan, seperti halnya BBG acapkali belum dapat terpenuhi.

Oleh karena itu, menurut Iskandar, permasalahan transportasi seperti yang terjadi di Jakarta tidak bisa dilakukan sendiri. Ada berbagai aspek dan peraturan yang perlu didukung pemerintah pusat dan pemerintah daerah tetangga. “Kalau kita melihat permasalahan di Jakarta, macetnya luar biasa. Berdasarkan kajian yang pernah dilakukan, pada tahun 2014 kalau tidak dilakukan langkah yang signifikan, akan macet total, dan impact-nya sistem transportasi di Jakarta menjadi sama sekali tidak efisien. Dan sistem yang tidak efisien mengakibatkan negative impact pada jakarta sendiri. Seperti di kota London, kotanya menjadi negative growth karena sistem kotanya tidak efisien. Permasalahan banyak, langkah yang sedang dipersiapkan banyak. Dan tentu untuk bisa melaksanakan ini perlu dukungan semua pihak,” jelas Iskandar. (YFA)