JAKARTA – Kementerian Perhubungan terus gencar mengambil langkah cepat penanganan pasca gempa di Palu dan Donggala dengan melakukan inventarisasi infrastruktur transportasi yang terdampak bencana. Beberapa langkah nyata telah dilakukan, utamanya dalam upaya rekonstruksi bandara dan pelabuhan. Seperti pada Bandara Mutiara Sis Al-Jufri yang pada 2 minggu kedepan diharapkan perbaikan runway yang mengalami kerusakan dapat diselesaikan sehingga dapat kembali didarati pesawat Boeing serta Airbus.
“Kita sudah berhasil memberikan suatu upaya perbaikan konektivitas yang dimulai dari udara. Dalam hal konstruksi, landasan yang efektif sekarang 2000 m. Penanganan perbaikan runway juga kita lakukan, pada sisi 15 sepanjang 250 m sedang dikonstruksi dan insya Allah kita akan selesaikan dalam dua minggu ini. Sehingga nantinya landasan yang bisa dipakai sepanjang 2250 m dan semua jenis pesawat mulai dari Boeing hingga airbus bisa mendarat di Palu sehingga akan lebih leluasa,” jelas Menhub saat Konferensi Pers di Kemenhub, Rabu (3/10).
Lebih lanjut Menhub menjelaskan bahwa pada salah satu sisi landasan pacu mengalami kerusakan cukup parah karena mengalami keretakan yang dalam dan harus dilakukan rekonstruksi ulang. Pergerakan pada Bandara Mutiara Sis Al-Jufri diperuntukkan komersial dan kegiatan militer atau kemanusiaan. Selain itu, Kemenhub juga akan bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk tetap menjaga legitimasi bandara.
“Di sisi 33 ada sepanjang 300 m memang ada crack dan membutuhkan rekonstruksi ulang. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama yakni 1-2 bulan. Presiden meminta ini untuk dipercepat dan maka dari itu kami mempercepat di sisi 15. Movement bandara itu 40, jadi 20 untuk take off dan 20 landing. Jadi slot tersebut digunakan untuk komersial dan kegiatan militer atau kemanusiaan. Selain itu, kami juga mengutamakan unsur safety jadi TNI dan Polri. Kami akan menjaga legitimasi bandara agar tidak ada pihak-pihak yang tidak yang tidak berkepentingan di Airsec,” imbuh Menhub.
Terkait kebutuhan biaya penanganan bandara di Palu, Menhub menuturkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan sisi 33, kira-kira akan menghabiskan biaya Rp 60 milyar sementara untuk perbaikan terminal membutuhkan sekitar Rp 10-20 milyar. Upaya penanganan ini terus dilakukan agar konektivitas segera pulih dan dapat membantu masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Bandar Udara Polana Banguningsih menyebut bahwa beberapa lokasi di bandara mengalami kerusakan yang cukup parah seperti di terminal, tower, dan landasan. Adapula fasilitas lain yang perlu perbaikan seperti PKPPK dan Gedung penunjang lainnya. Namun, Polana menuturkan bahwa meskipun hingga saat ini masih terjadi gempa susulan, namun tidak ada penambahan kerusakan.
“Terminal saat ini mengalami kerusakan cukup parah karena ada pergerakan tanah namun saat ini dibantu oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR untuk melakukan assessment bangunan. Saat ini operasional penumpang tetap dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas yang dianggap aman oleh kami dimana pelayanan mulai dari check in, ruang tunggu, screening, dan kedatangan bisa dilakukan secara temporary. Tower juga mengalami kerusakan yang cukup parah. AIRNAV pun akan melakukan rekonstruksi membangun tower baru dan sementara dalam masa pembangunan akan ada mobile tower yang akan digunakan untuk melayani navigasi penerbangan,” tutup Polana Banguningsih. (BNK/RDL/YS/BI)