JAKARTA – Dari tahun ke tahun, setiap menjelang Hari Raya Idul Adha, selalu terjadi lonjakan permintaan hewan, utamanya hewan ternak sapi di berbagai daerah.
Kenaikan permintaan hewan sapi terutama terjadi di berbagai kota di Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan beberapa daerah lain. Sementara produksi hewan ternak sapi sebagian besar dihasilkan dari sentra-sentra peternakan rakyat yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur (Sumba, Rote dan Timor) serta dari daerah lain yang umumnya berupa sentra peternakan skala kecil sampai dengan skala menengah.
Kapal Khusus Ternak
Melihat sebaran yang tidak merata baik demand maupun supply terhadap kebutuhan hewan sapi sebagai sumber penyediaan daging di berbagai daerah, Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengantisipasi dengan menambah rute baru pengiriman menggunakan kapal ternak.
Hadirnya kapal khusus ternak tersebut turut membantu menjaga kualitas hewan hingga pelabuhan tujuan. Hal tersebut karena kapal telah dirancang dengan memperhatikan prinsip animal welfare yang dapat membantu meminimalkan penyusutan bobot ternak sebesar 8-10% serta mengurangi tingkat stres hewan selama masa pelayaran. Hal ini berbeda saat hewan ternak diangkut dengan menggunakan kapal kargo. Cara muat dan bongkar hewan ternak ke atas kapal dapat membuat hewan stres dan mempengaruhi bobot hewan hingga lebih dari 13 persen.
Salah satu pengiriman sapi dengan kapal ternak melalui rute baru yang dioperasikan adalah pelayaran kapal ternak rute Kupang, NTT – Dumai, Riau yang lepas jangkar pada Jumat (17/7) lalu.
Rute Baru
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) kelas III Kupang melepas Kapal Ternak KM. Camara Nusantara 2 dengan operator PT Pelayaran Wirayuda Maritim untuk rute perdana dari Pelabuhan Tenau, Kupang NTT langsung menuju Pelabuhan Dumai, Riau yang mengangkut 550 ekor sapi.
"Rute pelayaran Tenau - Dumai terbilang baru mengingat selama ini kapal ternak KM. Camara Nusantara 2 milik Kementerian Perhubungan tersebut mempunyai rute tetap yaitu Kupang - Tanjung Priok Jakarta," jelas Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko, Sabtu (18/7) pekan silam.
Perubahan rute, jelas Wisnu, memang sangat memungkinkan bila ada permintaan pemerintah daerah lain yang juga mempunyai kebutuhan untuk memperkuat ketahanan pangan di wilayahnya, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha.
Biasanya 3-4 minggu sebelum hari H Idul Adha menjadi peak season angkutan ternak. Hal ini dikarenakan volume permintaan daging sapi hidup meningkat tajam.
Trayek kapal ternak lazimnya untuk memasok ke Ibu kota Jakarta tetapi di era pandemi Covid-19 sebulan menjelang Lebaran Haji, ada permintaan pasokan ke daerah-daerah lain, antara lain Balikpapan, Riau dan Bengkulu. Tujuan tersebut tidak ada dalam trayek reguler yang diusulkan oleh pemerintah daerah.
Terkait permohonan penambahan serta perubahan rute pengoperasian kapal ternak, menurut Capt. Wisnu, pada prinsipnya semua kapal ternak bisa digunakan untuk mengangkut ternak sepanjang masih di wilayah dalam negeri Indonesia.
Menurut Capt Wisnu, saat ini ada enam unit kapal ternak yang siap mengangkut hewan sapi untuk memenuhi ketahanan pangan suatu wilayah jika dibutuhkan.
Di era Adaptasi Kebiasaan Baru (ABK), karena keterbatasan anggaran subsidi pemerintah, ungkap Capt Wisnu, maka rute kapal ternak diterapkan sesuai dengan trayek yang direncanakan pada tahun sebelumnya dengan rute perjalanan yang sudah ditetapkan sesuai usulan daerah pengirim dan penerima.
Apabila pada tahun berjalan ada permintaan deviasi rute di luar yang telah ditetapkan, Capt. Wisnu mengingatkan, harus ada usulan resmi dari daerah pengirim dan penerima dengan mendapat persetujuan dari Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut serta Direktorat PHH Ternak Kementerian Pertanian.
Capt. Wisnu menambahkan, apabila trayek baru yang diminta tersebut membutuhkan anggaran yang tidak cukup dibiayai dengan subsidi tahun berjalan. “Maka besarnya angaran tidak ter-cover subsidi akan dihitung bersama dengan para pihak terkait, lantas akan ditanggung oleh pihak pengirim ternak,” jelas Capt. Wisnu.
Pemberangkatan perdana kapal ternak dengan tujuan Dumai-Riau, jelas Kepala KSOP Kelas III Kupang, Aprianus Hangki telah dilaksanakan dengan membawa sapi ke atas Kapal Camara Nusantara 2. Kapal ternak tujuan Dumai mengarungi jarak tempuh 1631 mil laut dan kecepatan 10 knots yang diperkirakan tiba pada 24 Juli 2020 atau tujuh hari sebelum Hari Raya Idul Adha 1441 H.
Pemenuhan Kebutuhan Daging Sapi Secara Nasional
Ketua Seknas Badan Usaha Milik Petani Indonesia BUMP, Sugeng Edi Waluyo menjelaskan, permohonan kepada Dirjen Perhubungan Laut sebulan lalu agar program Tol Laut angkutan khusus ternak dapat memfasilitasi pengiriman sapi asal peternak Kupang ke Dumai Kepulauan Riau dalam rangka memenuhi kebutuhan hewan kurban di wilayah tersebut.
“Trayek ini merupakan jalur pengiriman ternak untuk pertama kalinya dari provinsi NTT ke Kepulauan Riau,” ujar Sugeng.
Pengiriman 550 ekor sapi ini memenuhi permintaan pengapalan dari CV. Bina Taruna dan Consignee BUMP Provinsi Riau, PT. Trans Argo Lestari dan PT. Apkarkusi Mutiara Nagori. Perdagangan perdana ternak diharapkan menjadi awal yang baik dalam mensukseskan program swasembada daging di seluruh pelosok tanah air.
Ditjen Perhubungan Laut terus mendorong swasembada pangan khususnya daging sapi nasional agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Dengan mengoperasikan enam kapal ternak yang sudah beroperasi sejak tahun 2018 lalu.
Keenam kapal ternak tersebut adalah KM. Camara Nusantara 1 yang dioperasikan oleh PT. PELNI, KM. Camara Nusantara 2 yang dioperasikan oleh PT. Pelayaran Wirayuda Maritim, KM. Camara Nusantara 3 dan KM. Cemara 4 yang dioperasikan oleh PT Subsea Lintas Globalindo, KM. Camara Nusantara 5 yang dioperasikan oleh PT Luas Line. Kelima kapal ini beroperasi dengan pelabuhan pangkal di Kupang, NTT. Sedang satu kapal lagi yaitu KM. Camara Nusantara 6 yang dioperasikan oleh PT ASDP beroperasi dengan pelabuhan pangkal di Kwandang Gorontalo.
Dari total enam unit kapal ternak tersebut, lima unit diantaranya adalah generasi ke 2 dengan desain yang lebih ideal untuk menjamin animal welfare atau kelayakan perlakuan kesejahteraan hewan yang dikirim dengan kapal.
Kapal Ternak, Implementasi Tol Laut
Berdasarkan data, hingga bulan Juni 2020 sebanyak 13.163 ekor sapi, 24 ekor kambing dan 24 ekor kuda telah diangkut oleh ke enam kapal tersebut guna mendukung pemenuhan kebutuhan daging di seluruh wilayah Indonesia, terutama wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Program pengoperasian kapal khusus angkutan ternak yang disediakan merupakan salah satu implementasi dari program Tol Laut dalam mendukung pemenuhan ternak dari daerah sentra produksi ternak ke wilayah konsumen sehingga biaya pengoperasiannya masih mendapatkan subsidi dari Pemerintah dalam hal ini melalui Anggaran Ditjen Hubla.
Muatan Kapal Ternak Terus Meningkat
Pihak PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) yang dikonfirmasi membenarkan bahwa muatan hewan ternak sapi pada KM Camara Nusantara 1 yang dioperasikannya terus meningkat. Terhitung hingga pertengahan Juli, muatan hewan ternak sapi telah mencapai 2.968 ekor.
Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT PELNI, Yahya Kuncoro mengungkapkan, pekan kedua bulan Juli ini, KM Camara Nusantara 1 telah membawa 548 ekor sapi menuju Jakarta. Dari jumlah tersebut, 398 ekor sapi dibawa dari Kupang dan 150 ekor dibawa dari Waingapu.
Yahya memprediksi, pada periode Agustus sampai dengan akhir tahun 2020, Manajemen PT PELNI menargetkan KM Camara Nusantara 1 mampu mengangkut hingga 3.850 ekor sapi. Target tersebut naik sebesar 24% dari realisasi pada periode yang sama di tahun 2019 yang yang berjumlah 2.891 ekor sapi. "Kami terus berusaha untuk memaksimalkan kapal ini guna memenuhi kebutuhan hewan ternak sapi di Indonesia," jelas Yahya.
Distribusi Sapi Terus Meningkat
Kebutuhan daging sapi secara nasional terus meningkat setiap tahun. Kebutuhan daging sapi dalam negeri sebagian dipasok dari produk peternakan sapi dalam negeri sisanya masih dipasok dari impor. Jumlah sapi yang diperlukan untuk pemenuhan daging diperkirakan mencapai sekitar 2,75 juta ekor sapi. Uniknya di Indonesia produksi hewan ternak sapi tersebar di berbagai daerah dan sebagian diperoleh dari peternakan sapi yang di lepas di lahan/padang rumput seperti di sentra-sentra peternakan sapi Indonesia di Provinsi NTT.
Kapal ternak yang dioperasikan ini merupakan bagian dari upaya penyebaran distribusi hewan ternak sapi ke beberapa daerah yang membutuhkan. Jumlahnya terus meningkat, khususnya menjelang Hari Raya Idul Adha tahun ini. (IS/AS/HG/CH)