(Jakarta, 07/10/2010) Konsep Green Productivity diharapkan menjadi perhatian utama untuk peningkatan efisiensi dalam produktivitas. Hal ini diperlukan sebagai bahan masukan pada Sidang APO tahun 2011 di India terkait isu lingkungan dan sektor transportasi dalam meningkatkan daya saing dan produktivitas nasional dari para pemangku kepentingan sektor transportasi. Demikian disampaikan Kepala Badan Litbang Perhubungan Denny Siahaan dalam Round Table Discussion (RTD) dengan tema “Kebijakan Peningkatan Kinerja Transportasi Ramah Lingkungan dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Nasional” di Kantor Badan Litbang, Jl. Medan Merdeka Timur Jakarta, Kamis (7/10).
Konferensi Internasional APO yang terakhir diadakan pada tahun 2010 di Jakarta dengan tema ”Green Productivity dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing” telah menghasilkan rekomendasi Jakarta sebagai kunci untuk pembangunan berkelanjutan dan dapat membantu negara anggota dalam meningkatkan eco-compettiveness dan memerangi perubahan iklim. Terdapat 4 hal yang menjadi isu pokok untuk ditindaklanjuti yaitu Global Warming, Green Productivity, Eco-Finance, Urban Transportation.
Lebih lanjut Denny menyebutkan Konferensi ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen pada tahun 2009, Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon 26% pada tahun 2020 dengan program mitigasi. Dalam kaitan tersebut, selain implementasi program pengurangan emisi karbon dari sektor terkait diperlukan dukungan sektor industri untuk pencapaiannya. Salah satu pendorong peningkatan daya saing industri nasional adalah melalui pengembangan produk berbasis ramah lingkungan (eco-product) dan penerapan teknologi hijau (green technology).
Dalam paparannya, Wendy Aritenang (Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Lingkungan) menjelaskan target penurunan emisi karbon 26% tersebut akan dicapai dari tiga sektor yaitu kehutanan 14%,limbah 6%, dan energi 6% (power plant, industri, transportasi,rumah tangga). Sektor transportasi sendiri menyumbang 3% dari total emisi di Indonesia (sumber : Mc.Kinsey).
Diskusi ini menghasilkan kesimpulan perbaikan sistem transportasi yang telah ada. Sebagai contoh ecoport dan eco airport harus ditinjau dari sektor di hulu. Dalam transportasi jalan dipandang perlu pengembangan angkutan umum melalui desligasi angkutan umum, implementasi ITS (Inteligent Transport System), penggunaan local content yang lebih banyak dalam industri kendaraan bermotor, mengurangi pelanggaran lalu lintas, dan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor. Dalam sektor perkeretaapian dipandang perlu menentukan share transportasi MRT pada kota-kota besar di Indonesia serta penambahan rel kereta api.
Selain itu penerapan manajemen dan public policy yang holistik dipandang sebagai keharusan dalam kaitan dengan visi yang sama. Para pembahas juga memandang perlunya meninjau kembali rencana induk tata ruang kota dan rencana angkutan umum yang nyaman seperti Izin pembangunan mal dan toko yang dikaitkan dengan pertimbangan kemacetan lalu lintas. Dalam formulasi kebijakan energi diperlukan perspektif holistik (bersama) dalam rangka sinergi sektor seperti peningkatan kualitas bahan bakar, revitalisasi penggunaan BBG, serta efisiensi penggunaan bahan bakar fosil.
Acara RTD ini turut menghadirkan pembicara yaitu Ir. Wendy Aritenang (Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan); Dr. Agus Edy Susilo,SE.,MSc (Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi); Ir. Jamal Sebastian (mewakili Ditjen Darat BSTP); Ir. Supriyanto , MM (Kementerian Perindustrian). Para pembahas yang hadir dalam diskusi ini yaitu Ir. Bastian, MBA (Bappenas); Ir. Arif Wibowo (Kementerian Lingkungan Hidup); Amanda Katili (Dewan Nasional Perubahan Iklim/DNPI); Dr. Bomer Pasaribu,SH.,ME (Mantan Menteri Depnaker/Lembaga Produktivitas Nasional); Sindunata (KADIN), dan Prof. Dr. Reinaldi Dalini (Universitas Indonesia). Diskusi ini dimoderatori oleh Ir. Panal Sitorus (Peneliti Senior Badan Litbang). (HST/ARI)