JAKARTA – Cita-cita memiliki kereta loss driver yang berjalan di atas rel seperti melayang di atas deretan tiang pancang, disebut light rail transit (LRT) yang menghubungkan kota-kota Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) bakal segera menjadi kenyataan.

Tinggal menghitung hari operasinal perdana LRT yang digagas untuk mengurangi kepadatan dan mengurai kemacetan Jalan Tol Jakarta Cikampek, serta Jalan Tol Jagorawi, bakal diresmikan pada Juli 2023 nanti.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi beserta jajaran kabinet dan sejumlah pejabat terkait lainnya, sebelum grand launching melakukan uji coba LRT dari Harjamukti ke Taman Mini Indonesia Indonesia dengan jarak sembilan kilometer dengan durasi perjalanan 12 menit.

Usai uji coba LRT Jabodebek, Menhub Budi Karya sempat menjelaskan kepada awak media di Stasiun Manggarai, seperti yang dikutip dari sejumlah media masa nasional, bahwa kereta ringan - ‘lintas rel terpadu’ ini bisa melaju tanpa masinis dengan kecepatan 80 km/jam – digerakkan sama dengan KRL maupun MRT, menggunakan tenaga listrik secara otomatisasi.

Saat perjalanan di dalam KRL, penuturan Menhub, Pak Presiden sempat mengagumi kereta ringan buatan Indonesia dan dia berujar “Wah kereta ini enak juga ya, tidak goyang, tidak berisik, cepat lagi” lantas Presiden meminta pembangunan LRT ini segera diselesaikan.

Masih Perlu Singkronisasi Biar Lebih Aman dan Nyaman

Sejatinya, menurut Menhub, proyek LRT Jabodebek sudah selesai baik sarana maupun prasarana. Namun, untuk operasional masih dibutuhkan sinkronisasi dari sistem komputerisasi dan otomatisasi teknologi."Bayangkan saja dalam operasionalnya nanti LRT itu setiap 3 menit datang kereta baru. Tentu komunikasinya antar kereta harus diperhatikan, sampai ke titik pemberhentian itu harus pas dengan jadwal keberangkatan," ungkap Menhub.

Oleh karenanya, Budi Karya mengusulkan sinkronisasi dilanjuti hingga benar-benar tepat dwelling time-nya, antara waktu berangkat, waktu tiba, serta waktu naik turun penumpang LRT dan disetujui oleh Presiden, jadi peluncuran perdana LRT pada pertengahan hingga akhir Juli 2023.

Menhub melihat antusias Presiden Jokowi yang besar terhadap proyek LRT Jabodebek, selama mengikuti pengetesan langsung LRT dengan penuh perhatian atas penjelasan dari para pihak terkait persiapan operasional kereta ringan pertama di Indonesia."Kereta ini berjalan tanpa masinis, jadi digerakkan dari operational control center yang ada di Bekasi dan sekarang ini pengetesan di lintas pelayanan I, pada prinsipnya sudah selesai," kata Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo.

Selanjutnya, Didiek menjelaskan, akan dilakukan pengetesan lintas pelayanan Harjamukti sampai Dukuh Atas serta Cawang menuju Bekasi Timur.Sama dengan perkiraan Menhub, Dirut PT KAI itu juga optimis, di akhir Juni atau akhir Juli 2023, LRT sudah bisa dioperasionalkan.

Kado Buat Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia

Namun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dalam sebuah kesempatan mengungkapkan, bahwa LRT Jabodebek baru akan beroperasi penuh pada 18 Agustus 2023 “Akan diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi,” jelas Luhut.

LBP menjelaskan bahwa semula, LRT Jabodebek dijadwalkan akan beroperasi pada Juli tahun ini. Tapi, Pemerintah sengaja memilih Agustus untuk sekaligus memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia (RI)."Kita berharap tanggal 18 Agustus, Presiden sudah resmikan. Tapi, trial non komersial akan mulai bulan Mei. Seperti inikan trial. Kita mau bikin hadiah HUT RI ke 78. Jadi bukan mundur, kita mau bikin hadiah 17-an," ujar Luhut kepada awak media saat bersama rombongan di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta.

Seraya Luhut menjeleskan uji coba yang baru selesai dilaksanakan menggunakan 24 kereta api LRT yang sudah diatur – dari operational control centre/OCC di Bekasi tanpa masinis, jadwal berangkat dan tiba LRT di statsiun sesuai dwelling time sudah diatur secara otomatis tanpa masinis. “Saya kira proggress LRT sudah mencapai 96 persen lah, masih ada beberapa perbaikan kecil-kecil, seperti software-nya masih perlu diperbaiki. Tapi overall kita sangat puas," ungkap Luhut.

Menko Marinvest juga mengingatkan hal yang terpenting dalam pengerjaan proyek LRT Jabodebek, seluruhnya hampir menggunakan Produk Dalam Negeri. Karena itu, Luhut mengajak masyarakat luas yang bakal menjadi pengguna moda transportasi LRT agar mengapresiasi karya anak bangsa. "LRT Jabodebek ini perlu kita apresiasi sebagai produk dalam negeri. Kalau ada kurang-kurangnya saya pikir dalam proses penyempurnaan, ” tandas LBP.

Terkoneksi dengan Simpul Transportasi Lainnya

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wassal menambahkan, kalau LRT Jabodebek bakal terkoneksi dengan Stasiun Halim (Stasiun KCJB Halim, Red). "Pastinya di Stasiun Halim LRT akan terintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)," imbuhnya.

Bila nanti LRT Jabodebek terkoneksi dengan KCJB, maka tarifnya akan kembali menyesuaikan. "Kereta cepat lebih mahal lah dibanding LRT, apa nanti cukup satu tiket, kita masih kaji," kata Risal.

Kendati tarif LRT maupun KCJB belum ditentukan dan masih dalam pembahasan, tetapi karena kedua moda transportasi KA modern itu adalah publik transportasi tidak profit oriented – sebagai public service yang diberikan Pemerintah, harga tiket akan dibuat semurah mungkin agar terjangkau masyarakat luas, tetapi tidak melanggar atau mengabaikan faktor-faktor kenyamanan keamanan, ketepatan waktu, dan keselamatan penumpang dengan cost yang ditetapkan.

Dalam pengoperasian KRL Kabodebek KAI (Persero) akan berkolaborasi dengan berbagai pihak (Pemda dan swasta) dengan terus mempersiapkan konektivitas dengan moda transportasi lain di seluruh stasiun LRT Jabodebek. Konektivitas merupakan aspek penting dan menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih transportasi umum.

Situs resmi PT KAI menginformasikan, konektivitas dengan moda transportasi lain bakal hadir di seluruh stasiun LRT Jabodebek yang berjumlah 18 stasiun. Adapun stasiun yang terkoneksi dengan moda lain, yaitu Stasiun Dukuh Atas yang terkoneksi dengan Commuter Line MRT Jakarta, KA Bandara, serta Transjakarta BRT, Stasiun Setiabudi, Stasiun Rasuna Said, Stasiun Kuningan, Stasiun Pancoran, Stasiun Ciliwung, Stasiun Cawang, dan Stasiun TMII yang terkoneksi dengan Transjakarta BRT. Stasiun Cikoko yang terkoneksi dengan Commuter Line, Transjakarta BRT, dan Mikrotrans. Stasiun Halim yang terkoneksi dengan Kereta Cepat Jakarta Bandung. Stasiun Kampung Rambutan dimana terdapat koneksi dengan Terminal Kampung Rambutan, Transjakarta BRT, dan Mikrotrans. Stasiun Ciracas dan Stasiun Jatibening Baru yang terkoneksi dengan Mikrotrans. Stasiun Cikunir 1 dan Stasiun Cikunir 2 yang terkoneksi dengan Angkutan Kota. Stasiun Bekasi Barat dan Stasiun Jati Mulya yang terhubung dengan Transjakarta BRT, Trans Patriot, dan Angkutan Kota. Stasiun Harjamukti yang terkoneksi dengan Transjakarta BRT dan Mikrotrans.

Adanya konektivitas antar moda tersebut, seperti pendapat para pemangku kebijakan moda transportasi merupakan kolaborasi baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta pihak swasta.

Terjadinya konektivitas transportasi antar moda akan memudahkan masyarakat mencapai tujuan tempat yang akan dicapai lebih singkat, lebih nyaman, lebih efeisien, dan diharapkan revolusi transportasi ini akan mengurangi secara signifikan kemacetan yang sering menjadi keluhan masyarakat. (IS/AS/RY/HG)