(Bali, 23/4/2013) Paradigma baru dan pembangunan pemahaman tentang pengembangan Transportasi Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan di negara-negara Asia menjadi tujuan utama dalam pembahasan The 7th Regional Environmentally Sustainable Transport Forum In Asia. Demikian dinyatakan oleh Menteri Perhubungan, EE Mangindaan, ketika membuka The 7th Regional Environmentally Sustainable Transport Forum In Asia di Bali pada Selasa pagi (23/4).
Pertemuan The 7th Regional Environmentally Sustainable Transport Forum In Asia – selanjutnya disebut EST Asia – yang berlangsung mulai 23-25 April 2013 ini diadakan oleh Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan United Nations Center For Regional Development (UNCRD), Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.
Menhub mengemukakan bahwa saat ini wilayah Asia telah mengalami pembangunan sosial dan ekonomi yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini dan sektor transportasi sebagai salah satu faktor pendukung utama dalam pembangunan ini telah pula berkembang dengan pesat. Akibat dari kemajuan tersebut, negara-negara Asia juga menghadapi banyak tantangan dalam hal kerusakan lingkungan.
Saat ini sektor transportasi bertanggung jawab terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global. Berdasarkan data, sektor transportasi di dunia menghasilkan emisi sebesar 68 Juta Ton CO2 equivalent (MtCO2-eq) pada tahun 2005 atau sebesar 23% dari emisi yang dihasilkan oleh sektor energi. Kontributor terbesar dari emisi transportasi ini adalah sektor transportasi darat sebesar 89%, disusul oleh transportasi laut sebesar 6%, transportasi udara 4%, dan kereta api sebesar 1%.
Untuk itulah melalui kegiatan ini, lebih lanjut Menhub menyatakan bahwa negara-negara Asia perlu untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan, program-program dan langkah-langkah dalam bidang transportasi yang menjaga kelestarian lingkungan, efisien secara ekonomis, dan menjaga keterlibatan sosial yang mengarah kepada sistem dan pelayanan transportasi orang dan barang yang lebih berkelanjutan.
Bagi Indonesia hal ini sejalan dengan pertemuan Rio +20 pada Juni 2012 lalu di Brazil bahwa Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berjanji akan menekan emisi karbon di sektor transportasi hingga 26% pada tahun 2020.
“Tema yang diusung dalam pertemuan The 7th Regional Environmentally Sustainable Transport Forum In Asia, di Bali yaitu “Zero Congestion, Zero Pollution, and Zero Accidents”. Visi tersebut menekankan pada tidak adanya toleransi pada kemacetan, polusi dan kecelakaan lalu lintas,” ujar Menhub.
Menhub berharap melalui forum ini, dapat menjadi sarana yang tepat bagi untuk saling berbagi pengalaman dan ide-ide antar Negara peserta dalam mewujudkan sistem transportasi yang aman, efisien, efektif dan ramah lingkungan.
“Saya harap Forum ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada kita dan dengan partisipasi Anda semua, Forum ini akan memberikan hasil-hasil yang sangat penting bagi usaha kita dalam mewujudkan masa depan transportasi yang ramah lingkungan,” tandas Menhub.
Forum EST Regional Asia ini sudah dilakukan secara rutin setiap tahunnya sejak tahun 2005, yang digagas oleh UNCRD dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang. Forum ini diikuti sebanyak 24 negara diantaranya : Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Cambodia, People's Republic of China, Indonesia, India,Japan, Republic of Korea, Lao PDR, Malaysia, Maldives, Mongolia, Myanmar, Nepal, the Philippines, Pakistan, Russian Federation, Singapore, Sri Lanka, Thailand, Timor†Leste and VietNam. Forum ini biasanya diikuti oleh perwakilan pemerintahan di bidang Transportasi, Lingkungan Hidup, Kesehatan dan Pengembangan perkotaan.
Bersamaan dengan acara pertemuan EST Forum Asia ini, juga diadakan deklarasi “Bali Declaration on Vision Three ZEROs For Next Generation Transport Systems : Zero Congestion, Zero Pollution, and Zero Deaths (3Zs)” yang akan tercatat di PBB dan menjadi referensi penerapan transportasi berkelanjutan yang ramah lingkungan (EST) di Indonesia dan dunia. (RDH)