TANGERANG – Pandemi Corona Virus 2019 (Covid-19) telah mengubah tatanan kehidupan konvensional seketika ke arah era teknologi digital, dengan pemanfaatan teknologi Informasi, elektronika dan komunikasi. Akselerasi ini terjadi di semua sektor/aspek kehidupan, lebih cepat dari yang diperkirakan, termasuk sektor transportasi.
Terkait keadaan tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melalui Direktorat Angkutan Jalan menggelar Forum Intelligent Transportation System (ITS) Perkotaan, pada 22 sampai dengan 24 Juli 2020 di Hotel JHL, Gading Serpong, Tangerang.
Forum ITS yang baru pertama kali diadakan di era adaptasi kebiasaan baru itu bertujuan mengenali serta meninjau implementasi ITS dalam mendukung infrastruktur kota. Untuk mencapai transportasi perkotaan – jabodetabek yang saling bersinergi.
Membangun transportasi perkotaan yang saling bersinergi dengan perkembangan teknologi informasi, dengan tujuan untuk menghasilkan sistem transportasi cerdas yang dapat menjadi solusi buat mengatasi masalah kronis dari transportasi perkotaan. Misalnya, kemacetan yang mengakibatkan polusi udara, pemborosan BBM, terbuangnya waktu kerja di jalan, serta mempengaruhi kelancaran dunia usaha.
"Karena itu kita harus mulai berpikir mengenai pengembangan Sistem Manajemen Transportasi Cerdas (SMTC) dimana seluruh proses teknologi informasi, elektronika, serta telekomunikasi terintegrasi dalam penerapan manajemen transportasi sehingga pengelolaan layanan transportasi jalan menjadi lebih efektif dan efisien," urai Kasubdit Angkutan Perkotaan Direktorat Angkutan Jalan, B. Wahyu Hapsoro yang mewakili Direktur Angkutan Jalan Ahmad Yani.
Pengembangan SMTC, ungkap Wahyu, memiliki fungsi sebagai alat pengawasan, deteksi, komunikasi, pengumpulan dan pemrosesan data perencanaan dan pengaturan sistem transportasi juga sebagai informasi pengguna jalan secara real time.
Dia menegaskan, hal ini sangat penting karena pemerintah harus lebih konsen dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Dengan adanya SMTC ini diharapkan masyarakat menjadi lebih mudah, nyaman, aman dalam beraktivitas.
Sejalan dengan rencana pengembangan sistem manajeman transportasi cerdas, ke depannya juga angkutan massal perkotaan ini akan menjadi lebih berkembang didukung oleh teknologi serta adanya pengelolaan operasional kendaraan yang lebih profesional yaitu program Buy The Service (BTS).
Diakui Wahyu, di dalam program BTS ini juga sangat didukung oleh teknologi yang sangat mumpuni seperti penggunaan GPS, digitalisasi secara real time sehingga masyarakat mengetahui lokasi bus, cashless society, serta aplikasi “Teman Bus” yang dapat diunduh melalui smartphone.
"Diharapkan program ini bisa disinergikan pula dengan program SMTC," tutur dia.
Program ini, lanjut Wahyu, menjadi salah satu pengembangan atas angkutan massal perkotaan dengan menggunakan skema BTS di lima kota besar yaitu Palembang, Solo, Medan, Yogyakarta, dan Denpasar.
Trobosan dan Responsif Terhadap Program Bantuan Bus
Program ini pun merupakan bagian dari langkah intervensi pengembangan angkutan umum perkotaan di Indonesia sehingga muncul terobosan yang inovatif dan responsif terhadap program bantuan bus selama ini yang dinilai kurang berhasil.
Dalam acara tersebut, Kepala Seksi Angkutan Massal, Hadi Setyabudi Pramono saat menyampaikan laporannya menyatakan, untuk ke depannya, diharapkan program BTS ini dapat memacu daerah-daerah agar mampu mengelola dan mengembangkan sarana maupun prasarana yang sudah dimiliki serta melakukan pembinaan yang baik dan tepat sasaran khususnya dalam sektor transportasi di masing-masing daerah”.
Menambahkan penjelasan para pejabat Ditjen Hubdat pakar transportasi yang juga Wakil Presiden Intelligent Transportation System Association of Indonesia, Resdiansyah, mengatakan implementasi ITS harus didahulukan dengan integrasi sistem transportasi baik integrasi infrastruktur, integrasi Informasi dan integrasi pembayaran. Setelah ketiga ini terintegrasi akan lebih mudah dalam penerapan ITS.
“Semua negara maju di dunia sudah menerapkan Intelligent Transportation System ini cukup lama dan diyakini mampu membuat sistem transportasi lebih efektif dan efisien khususnya untuk lalu lintas dan jalan serta kinerja angkutan umum,” jelasnya.
Direktur Pembangunan Jaya Center for Urban Studies Universitas Pembangunan Jaya itu menambahkan ITS yang dimaksud adalah sebuah sistem yang diintegrasikan dengan teknologi bukan hanya di dalam bus (on board) tetapi juga off board (sistem yang dipasang pada infrastruktur) seperti pada lampu lalu lintas (smart traffic light).
Lanjut dia, sistem berbasis teknologi juga dipasang pada sarana dan prasarana transportasi seperti pada halte dengan sistem informasi berbasis passenger information system, pada stasiun dan terminal dengan sistem informasi penumpang yang digital.
Demikian pula, ungkapnya lagi, pada angkutan umum juga bakal dilengkapi dengan sistem yang diintegrasikan teknologi, antara lain seperti peralatan pendeteksi trayek, sistem informasi penumpang di dalam bus, peralatan terintegrasi dengan lampu lalu lintas untuk green wave teknologi
“Perlunya implementasi ITS dalam mendukung infrastruktur kota, untukmencapai transportasi perkotaan yang bersinergi dengan perkembangan teknologi informasi, agar menghasilkan SMTC,” jelasnya
Perlunya Payung Hukum Buat Sistem Transportasi Cerdas
Lanjut dia, agar penerapan SMTC dalam manajemen transportasi perkotaan bisa berjalan, Resdiansyah menganggap penting perlunya satu payung hukum yang jelas tentang sistem transportasi cerdas yang payung hukumnya harus setingkat peraturan menteri.
Langkah selanjutnya, kata dia lagi, SMTC harus diterjemahkan ke dalam sebuah Rencana Induk yang dibagi menjadi rencana strategi dan seperti grand design ITS untuk Indonesia yang berisikan standar penerapan ITS, desain arsitektur, serta teknologinya.
Pada pelaksanaannya di Jabodetabek, menurut pakar transportasi itu, sudah menerapkan sejak dikeluarkannya sebuah rencana induk (master plan) ITS Jabodetabek 2019. DKI Jakarta sudah memulainya terlebih dahulu sejak 2012 dengan Masterplan ITS DKI Jakarta dan dilanjutkan dengan perencanaan peningkatan dan pengembangan smart traffic control yang diterjemahkan dalam Quick Study ITS DKI Jakarta 2020.
Acara ini dihadiri oleh para pihak terkait transportasi perkotaan antara lain pihak Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Perwakilan Dinas Perhubungan Provinsi, Kota/Kabupaten, Para Kepala Bagian dan Kasubdit di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Para Kepala BPTD atau yang mewakili, serta dari kalangan Akademisi dan Para Mitra. (IS/AS/HG/CH)