JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemenhub Sugihardjo mengatakan arus balik pada lebaran tahun 2016 ini khususnya lalu lintas jalan relatif lebih lancar dibandingkan dengan arus mudik. Hal tersebut karena adanya koordinasi yang lebih baik antar semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan angkutan lebaran 2016.
“Salah satu penyebabnya adalah pendistribusian beban jalan yang relatif lebih merata,” kata Sugihardjo saat memberikan penjelasan kepada sejumlah media di Posko Monitoring Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2016 di Jakarta, Senin (11/7).
Menurut Sugihardjo, pada arus balik ini, beban jalan terdistribusi lebih merata. Masyarakat banyak yang melewati jalur selatan sehingga jalur selatan lebih padat dibandingkan dengan arus mudik. “Jalur selatan memang jadi lebih padat tapi kan tetap bergerak bila dibandingkan dengan ketika arus mudik, kapasitas ruas jalan Kota Brebes dan Tegal tidak dapat menampung semua kendaraan,” jelasnya.
Faktor lainnya, menurut Sugihardjo, di Kota Brebes, ketika arus mudik, arus kendaraan yang besar masuk ke kapasitas jalan yang kecil sehingga mengakibatkan kemacetan. Namun, ketika arus balik, arus kendaraan dari jalan arteri masuk ke jalan tol yang berkapasitas besar sehingga dapat mengurai kemacetan.
Sugihardjo sendiri melakukan pengecekan langsung ke Brebes pada Minggu (10/7) pagi melalui Palimanan dan sampai ke Jakarta dengan menempuh sekitar 5 jam perjalanan. “Memang Minggu sore dan Minggu malam lebih padat,” tambah Sugihardjo.
Sementara itu untuk moda angkutan udara, Sugihardjo menjelaskan bahwa pada tahun ini, hingga Minggu (10/7) atau H+3, jumlah penumpang yang menggunakan pesawat udara mengalami kenaikan sebesar 14,52%. “Kenaikannya luar biasa karena daya beli masyarakat meningkat, biaya angkutan udara yang semakin terjangkau, dengan dibarengi pelayanan yang lebih baik,” papar Sugihardjo.
Sedangkan untuk moda laut, Sugihardjo menjelaskan, memang dari jumlah penumpang terhitung kecil. Namun demikian, angkutan laut mempunyai peran yang sangat strategis karena menghubungkan daerah-daerah yang tidak terjangkau dengan moda transportasi lainnya.
Sugihardjo kembali menegaskan bahwa aspek keselamatan pada semua moda transportasi adalah yang utama dan tidak bisa ditawar. “Termasuk di moda laut. Di moda laut, ada tiga penyebab kapal tidak berangkat yaitu cuaca ekstrim, masalah kelaikan kapal, dan muatan berlebih,” tegasnya.
Untuk mengatasi muatan berlebih tersebut, operator kapal dapat meminta dispensasi berdasarkan perhitungan fasilitas keselamatan misalnya sekoci dan pelampung. Selain itu, Sugihardjo menambahkan, dispensasi diberikan dengan menghitung aspek mobilitas dan standar ruang bebas di kapal.
Pelayanan transportasi yang bagus pun terjadi di moda kereta api dengan sistem reservasi dan layanan yang sudah semakin bagus. “Hal tersebut dapat dicontoh moda transportasi lain khususnya moda bus. Jujur saya akui, yang paling harus dibina itu adalah moda bus,” jelas Sugihardjo.
Dari sekian terminal yang ada, yang menurut Sugihardjo sudah bagus dan sesuai standar yaitu Terminal Tirtonadi, Solo dan Terminal Bungurasih, Surabaya. Namun kedua terminal tersebut masih harus terus dibenahi misalnya pada sistem e-ticketing.
Pemerintah, lanjut Sugihardjo, harus terus mendorong peningkatan kualitas pelayanan moda bus karena kalau tidak dilakukan, masyarakat akan terus memilih kendaraan pribadi untuk melakukan mudik lebaran. “Apabila angkutan umum moda busnya tidak jalan, masyarakat akan terus naik kendaraan pribadi dan akhirnya kapasitas jalan arteri dan jalan tol yang dibangun pemerintah tidak akan pernah cukup,” pungkas Sugihardjo. (RY/BU/SR/HP)