Topik mengenai peristiwa berulangnya antrean kendaraan truk di pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni menjadi leading pemberitaan media pekan ini. Tedapat sepuluh media yang melansir pemberitaan ini, yaitu Bisnis Indonesia, Jurnal Nasional,Kompas, Kontan, Republika, Seputar Indonesia, Suara Karya dan Then Jakarta Post. Mayoritas pemberitaan  media masih cenderung memuat sudut pandang kalangan stakeholders pengguna jasa angkutan laut yang mengeluhkan terjadinya antrean tersebut sehingga menyebabkan kemacetan yang mencapai tol Jakarta-Merak. Sementara pernyataan Humas PT. ASDP Indonesia Ferry Marioo S. Oetomo yang kembali berdalih bahwa kemacetan yang terjad disebabkan  oleh melonjaknya angkutan penumpang sehubungan dengan tibanya musim liburan  sekolah dan liburan akhir pekan menuai sorotan negatif dari sejumlah hkalangan.

Bisnis Indonesia (12/07) melansir pemberitaan mengenai kalangan operator angkutan darat yang mendesak Kementerian Perhubungan membangun infrastruktur baru di lintas penyeberangan Merak-Bakauheni menyusul sering terjadi stagnasi di lintasan itu. Harian ini melansir pernyataan dari Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti. Sementara spokeperson dari pihak Kemenhub menyatakan bahwa peningkatan mobilitas angkutan darat dari Jawa ke Sumatera turut dipicu oleh adanya pergeseran pola angkutan dari laut ke darat.

Pihak Kemenhub merespon persoalan tersebut, melalui pernyataan Menteri Perhubungan Freddy Numberi yang akan menambah tiga kapal baru untuk mengantisipasi antrean panjang selama libur Lebaran di Pelabuhan Merak, Banten serta menuntaskan pembangunan dermaga-dermaga baru. Menhub juga menyatakan bahwa saat ini dari 33 kapal yang tersedia di pelabuhan Merak, baru 26 kapal yang dioperasikan. Sementara Direktur Utama PT. ASDP Indonesia Ferry Danang S. Baskoro menyatakan akan membenahi persoalan kemacetan tersebut dengan mendatangkan 6 (enam) kapal roro (roll on roll off) bekas tahun ini. Namun hingga kini, Pihak ASDP masih belum bisa memastikan kapan antrean ribuan truk akan terurai, apalagi minimnya kapal roro yang beroperasi akibat mengalami kerusakan dan sedang menjalani docking (perawatan).

Ke depan, isu ini berpotensi kembali menguat dan mendapatkan perhatian luas dengan melibatkan kalangan opinion leaders yang berbeda, khususnya masih terkait dengan langkah serta kebijakan yang dilakukan oleh pihak Kemenhub seberta instansi terkait dalam menyelesaikan persoalan pelik tersebut. (JAB)