"Mesin pesawatnya rusak karena ada kerikil yang tersedot masuk saat reverse (pengereman). Namanya FOD (foreign object damaged). Seharusnya, tidak sampai rusak seperti itu," jelas Tatang saat ditemui di Gedung Departemen Perhubungan, Senin (21/4). Tatang menambahkan, saat ini pihaknya masih menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan pesawat jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan SC 076 tersebut mengalami insiden. "Kami masih menunggu hasil pemeriksaan black box. Saat ini pesawatnya masih di-grounded di Depati Amir," imbuhnya.
Namun, Tatang mengatakan, dugaan sementara penyebab over run pesawat yang mengangkut 144 penumpang itu karena kecepatan saat mendarat yang tidak sesuai, sehingga melewati touch down point saat melakukan pendaratan. "Ada yang namanya glid sloop, aturan tentang kecepatan dan aturan-aturan lain yang harus dipenuhi saat melakukan pendaratan," paparnya. "Kalau runway-nya sih baik-baik saja. Cuaca juga sedang cerah," imbuh Tatang.
Di luar insiden itu sendiri, Tatang menambahkan, ada masalah lain yang terjadi dan harus menjadi perhatian serius semua pihak dalam penerbangan. "Ada penumpang yang mencolak-colek pramugari hingga beberapa kali pada penerbangan itu. Ini memang bukan wewenang KNKT untuk mengomentari. Tetapi, ini adalah masalah yang harus mendapat perhatian serius. Kepolisian bisa masuk ke wilayah ini untuk menyelidiki, karena sudah berbau tindak kriminalitas," lanjut Tatang serius. Kendati tidak menjadi kewenangan KNKT untuk menyikapi aksi jahil penumpang tersebut, Tatang menegaskan dirinya merasa perlu untuk mengungkapkannya. "Karena, itu bisa memengaruhi kenyamanan penumpang dan kalau terus didiamkan, bisa berpegaruh juga terhadap keselamatan," tandasnya.
Pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, Bangka Belitung, mengalami over run di landasan pacu 34 Bandara Depati Amir, Jumat (17/4) pukul 17.15. akibat insiden itu, roda depan pesawat menyelonong dari ujung landasan. Tidak ada korban serius dalam insiden tersebut, namun pihak otoritas bandara tetap mengeluarkan kebijakan untuk menutup sementara bandara tersebut hingga pesawat berhasil dievakuasi. (DIP)
Namun, Tatang mengatakan, dugaan sementara penyebab over run pesawat yang mengangkut 144 penumpang itu karena kecepatan saat mendarat yang tidak sesuai, sehingga melewati touch down point saat melakukan pendaratan. "Ada yang namanya glid sloop, aturan tentang kecepatan dan aturan-aturan lain yang harus dipenuhi saat melakukan pendaratan," paparnya. "Kalau runway-nya sih baik-baik saja. Cuaca juga sedang cerah," imbuh Tatang.
Di luar insiden itu sendiri, Tatang menambahkan, ada masalah lain yang terjadi dan harus menjadi perhatian serius semua pihak dalam penerbangan. "Ada penumpang yang mencolak-colek pramugari hingga beberapa kali pada penerbangan itu. Ini memang bukan wewenang KNKT untuk mengomentari. Tetapi, ini adalah masalah yang harus mendapat perhatian serius. Kepolisian bisa masuk ke wilayah ini untuk menyelidiki, karena sudah berbau tindak kriminalitas," lanjut Tatang serius. Kendati tidak menjadi kewenangan KNKT untuk menyikapi aksi jahil penumpang tersebut, Tatang menegaskan dirinya merasa perlu untuk mengungkapkannya. "Karena, itu bisa memengaruhi kenyamanan penumpang dan kalau terus didiamkan, bisa berpegaruh juga terhadap keselamatan," tandasnya.
Pesawat Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, Bangka Belitung, mengalami over run di landasan pacu 34 Bandara Depati Amir, Jumat (17/4) pukul 17.15. akibat insiden itu, roda depan pesawat menyelonong dari ujung landasan. Tidak ada korban serius dalam insiden tersebut, namun pihak otoritas bandara tetap mengeluarkan kebijakan untuk menutup sementara bandara tersebut hingga pesawat berhasil dievakuasi. (DIP)