Secara teknologi sarana transportasi ini sebenarnya tidak lah terlalu baru karena telah dikembangkan sejak tahun 60-an dan mulai digunakan sebagai sarana transportasi sejak tahun 70-an. Di Indonesia belum begitu dikenal karena memang tidak begitu dikembangkan secara serius, hanya beberapa perguruan tinggi yang sempat membuat dan sedikit mengembangkannya seperti mahasiswa jurusan Teknik Mesin UI dan Unit Kegiatan Mahasiswa Aerokreasi ITB. Di UI sekarang ini tidak begitu terdengar lagi, sedang UKM Aerokreasi ITB sekarang ini tidak aktif lagi.

Melihat kemampuan para mahasiswa dalam memanfaat teknologi hovercraft ini sebenarnya SDM Indonesia dapat diandalkan, namun karena belum adanya dana pendukung yang memadai jadilah proyek pengembangan sarana transportasi ini tersendat-sendat, bahkan sekarang ini boleh dikatakan terhenti sama sekali.

Dengan kelebihan sarana transportasi ini sebenarnya hovercraft sangatlah bermanfaat untuk pembangunan di daerah Indonesia bagian Timur, karena sarana pelabuhan tidak diperlukan lagi untuk pendaratan sebuah hovercraft dan ini tentunya sangat membantu memperlancar transportasi di wilayah yang belum tersedia sarana pelabuhan yang memadai. Cukup dengan adanya pantai yang landai, hovercraft dapat mendarat. Bandingkan dengan sebuah kapal laut dan jetfoil yang memerlukan sarana pelabuhan yang memerlukan biaya pembangunan yang tidak murah.

Secara teknologi hovercraft tidak lah terlalu rumit seperti teknologi pesawat terbang. Kita hanya perlu ingat lagi pelajaran SMP tentang prinsip gaya sama dengan tekanan dikalikan luas area penekanan atau F = P x A itu adalah sebuah rumus sederhana untuk menghitung gaya angkat sebuah hovercraft. Jadi bila ada sebuah hovercraft yang mempunyai luas area angkat A dan berat total hovercraft ditambah muatan totalnya W, diperlukan tekanan udara dibawah hovercraft sebesar P = W / F, dan untuk menghasilkan tekanan sebesar P ini sebuah hovercraft memanfaatkan baling-baling FAN untuk menghasilkan aliran udara yang akan dijebak di bawah permukaan hovercraft, aliran udara yang terjebak ini akan menghasilkan peningkatan tekanan udara, kurang lebih sama halnya bila kita meniup sebuah balon, udara yang terjebak di dalam balon tekanan udarannya juga meningkat untuk mengembungkan balon itu. Bedanya aliran udara yang terjebak di bawah hovercraft akan meningkat tekanannya. Dan bila tekanan telah melampaui P maka hovercraft akan terangkat sedikit dan udara yang terjebak akan keluar dari bawah permukaan hovercraft, dan begitu seterusnya hovercraft terbang sekitar 1 � 5 cm dari permukaan tanah / air. Karena terbang inilah hovercraft bisa beroperasi di permukaan tanah maupun air (ampibi).

Sebagai sebuah kendaraan ampibi tentunya sangat bermanfaat sekali bila diterapkan di Indonesia yang notabene negara kepulauan.