JAKARTA - Khalayak masyarakat di negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut dan pantai ini belum banyak memahami dan mengetahui adanya Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) atau kondang dijuluki Sea and Coast Guard Indonesia. Perannya acapkali baru diketahui kiprahnya oleh masyarakat di negeri ini saat terjadi kecelakaan atau terkait penegakan hukum di Kawasan laut nusantara.

Seperti halnya saat tim dari KPLP bersama Kapal Angkatan Laut (KAL) Mapor menyergap kapal SV Avatar Courage dari upaya perampokan dua orang tidak dikenal yang menggunakan senjata tajam di perairan Batu Ampar, Batam, yang santer dirilis beberapa media nasional beberapa waktu lalu.

Ihwal kasusnya, menurut Direktur KPLP Jon Kenedi, bermula pesan SOS pada dini hari pukul 00.40 WIB, Rabu, 5 Juni 2024. “Kepala Pangkalan PLP Kelas ll Tanjung Uban menerima informasi dari Batam VTS bahwa ada dua orang tidak dikenal membawa parang naik ke atas Kapal SV Avatar Courage pada posisi GPS 01 09' 505" N/103 58" 580" E seputaran perairan Batu Ampar Batam," demikian petikan pesan emergensi, berdasarkan rilis resmi Ditjen Hubla Kemenhub.

Operasi pengamanan pun segera dilaksanakan setelah Tim Boarding Officer KN Rantos P-210 dari Kantor Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Uban bersama Kapal Angkatan Laut (KAL) Mapor, menerima pesan mohon bantuan.

Selang beberapa waktu, rubber boat (kapal karet) KN Rantos P-210 dan KAL MAPOR sudah tiba di lokasi dan bersandar di lambung kiri SV. Avatar Courage.

"Tim gabungan KPLP dan KAL Mapor langsung melakukan penyisiran ke seluruh ruangan kapal SV Avatar namun kedua orang yang diduga perompak tidak ditemukan dan kemungkinan sudah kabur," ungkap Jon Kenedi.

Setelah Tim Boarding Officer KN Rantos P-210 memastikan kondisi kapal SV Avatar Courage sudah aman dan dilanjutkan dengan pengawalan serta patroli hingga pukul 03.38 WIB. Lantas, kapal karet KN Rantos P-210 dan KAL Mapor bertolak kembali ke Pelabuhan Bintang 99 Persada Batam.

Tim gabungan Rantos P-210 dan KAL Mapor berhasil mengamankan kapal SV Avatar Courage dan seluruh awak kapalnya. “Operasi penyergapan pun dianggap selesai. Kami mengapresiasi kerja cepat dan koordinasi efektif dari seluruh pihak yang terlibat dalam operasi ini," ucap Jon Kenedi.

Jon Kenedi melanjutkan operasi penyelamatan lain, yang juga berawal dari adanya informasi yang diterima dari Coast Guard Singapore. Isi pesannya ada 12 crew kapal tersebut, meliputi 11 WNI dan 1 warga Bangladesh telah meninggalkan kapalnya dan ditolong oleh Coast Guard Singapore. “Saat crew meninggalkan kapal tersebut, kapal masih dalam keadaan mesin induk hidup dan mengarah ke Tanjung Berakit dan kandas,” demikian petikan penting dari pesan tersebut.

Kepala Pangkalan KPLP Tanjung Uban langsung mengerahkan tim penyelamat untuk mengevakuasi Kapal MV. LAYAR ANGGUN 8 dan segera melakukan tindakan penyelamatan sejak pukul 04.30 WIB. “Kapal patroli yang dikerahkan meliputi kapal patroli KPLP KN. Rantos - P.210, KN. Sarotama - P.112, dan koordinasi bersama KRI Lepu 861 siaga untuk mengawasi dan mengamankan kapal yang terbakar," tutur Jon Kenedi.

Pemadaman api terus berlanjut hingga pukul 08.00 WIB, ketika rubber boat (kapal karet) KN.Rantos-P.210 dan KN.Sarotama-P.210 masih terus melakukan proses pemadaman bara api yang masih berkobar di kapal menggunakan Pompa Alcon.

Jon Kenedi menilai, upaya mematikan api dilakukan dengan sigap dan determinasi tinggi. Hingga pukul 11.00 WIB, baru bara api berhasil dipadamkan oleh rubber boat KN.Rantos-P.210 dan KN.Sarotama-P.112. "Berkat keberanian dan ketangguhan anggota KPLP sebagai sea and coast guard sehingga berhasil memadamkan bara api pada Kapal MV. Layar Anggun 8," sanjung Jon Kenedi. “Kehadiran KPLP mengisyaratkan komitmen kami untuk menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran di perairan Indonesia," ujarnya Direktur KPLP Jon Kenedi beberapa waktu lalu.

Penjaga Keselamatan dan Keamanan Pelayaran

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt. Antoni Arif Priadi mengungkapkan, peran dan kontribusi Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dalam menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran di Indonesia tidak perlu diragukan lagi.

KPLP, lanjut Capt Antoni, memiliki peran dalam menjaga keselamatan pelayaran, melakukan pengawasan intensif terhadap kapal asing maupun berbendera Indonesia sebelum beroperasi di perairan Indonesia.

Berkaitan dengan insiden kebakaran Kapal MV, Layar Anggun 8 yang terjadi beberapa waktu lalu, Dirjen Capt Antoni mengapresiasi kerja keras dan dedikasi pasukan KPLP serta unsur lain yang meliputi personil KRI Lepu 861, TNI AL Pos Tanjung Berakit, maupun para nelayan dalam menangani insiden tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan semboyan KPLP yaitu Dharma Jala Praja Tama - mengemban tugas menjaga laut Indonesia dari segala bentuk gangguan dan ancaman serta mencegah dan menangani kerusakan lingkungan laut. Keberadaan KPLP tentunya sangat penting dalam menjaga keutuhan NKRI yang merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia.

Untuk terus meningkatkan kemampuan anggota/personil KPLP sebagai Sea and Coast Guard NKRI, KPLP sangat antusias menjalin kerjasama dengan Coast Guard negara lain. Awal Juni 2024 lalu, misalnya KPLP menerima kunjungan delegasi Penjaga Pantai Amerika Serikat (US Coast Guard/USCG) membahas pelatihan dan kerja sama teknologi di bidang penjagaan laut dan pantai. Kerjasama ini jika direalisasikan berguna untuk meningkatkan kapabilitas personel KPLP. Pihak US Cost Guard, seperti yang diungkapkan Direktur KPLP, telah menjajaki bantuan pelatihan bagi Indonesia Coast Guard, khususnya terkait kemampuan pasukan khusus yang sangat dibutuhkan oleh KPLP.

Kekuatan dan kemampuan KPLP Saat Ini

Sebagai bagian dari kekuatan nasional penjaga maritim nusantara, KPLP, seperti yang diungkapkan Jon Kenedi di hadapan para delegasi USCG yang berkunjung, memiliki fasilitas dan sumber daya pendukung.

KPLP saat ini mempunyai personel kurang lebih 9.000 personel dengan total aset kapal patroli sebanyak 369 unit yang terdiri dari 7 unit kapal kelas I (60 meter), 15 unit kelas II (42 meter), 51 unit kelas III (28 meter), 53 unit kelas IV (17 meter). ), dan 243 unit kelas V (12 meter), termasuk di dalamnya 35 (tiga puluh lima) kapal yang berada di 5 (lima) Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) yang tersebar di seluruh tanah air, yaitu PLP Kelas I Tanjung Priok, PLP Kelas II Tanjung Uban, PLP Kelas II Surabaya, PLP Kelas II Bitung dan PLP Kelas II Tual.

Jon Kenedi sempat ditanya oleh delegasi USCG, perihal TuPokSi KPLP saat ini. Menurut Jon, pada dasarnya ada banyak kesamaan tugas-tugas USCG dengan KPLP, namun menurut Jon, terdapat perbedaan utama yang terletak pada fokus pengawasan dan kewenangan terhadap penyelundupan narkoba dan manusia yang menjadi prioritas USCG. “USCG memiliki kewenangan lebih luas terkait penanganan penyelundupan narkoba dan perdagangan manusia, sedangkan KPLP lebih fokus pada regulasi pelayaran sesuai UU Nomor 17 Tahun 2008,” ungkapnya.

Direktur KPLP itu juga menjelaskan keberadaan KPLP sesuai dengan landasan hukum yaitu Peraturan Pelayaran (Scheepvaart Reglement) LN 1882 No. 115 junto LN 1911 No. 399 (polisi di laut). Undang-Undang Pelayaran (Scheepvaart Ordonantie) 1936 (Stb. 1936 No 700), Peraturan Pelayaran 1936 Pasal 4, dan Ordonansi Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim 1939 Pasal 13. “Kami juga membahas terkait penanganan kapal-kapal yang berada di perairan Indonesia untuk wajib menyalakan AIS dan penegakan hukumnya," imbuhnya.

Topik lain yang dibahas, lanjut dia, adalah mengenai Starlink, teknologi yang dibawa oleh Elon Musk yang baru-baru ini mengunjungi Indonesia. Delegasi USCG akan membuka peluang kerja sama dalam pengembangan teknologi ini yang disambut baik oleh Direktorat KPLP Ditjen Hubla Kemenhub, yang diharapkan akan dapat mendukung tugas dan fungsi kesatuan penjagaan laut dan pantai. Juga dibahas mengenai peluang hibah kapal patroli dari USCG kepada KPLP. Peluang ini didasarkan pada hibah serupa yang telah dilakukan Amerika Serikat kepada Coast Guard Filipina dan Vietnam serta pengalaman hibah pesawat tempur kepada TNI.

Selain kerjasama pelatihan dengan USCG, KPLP Ditjen Hubla Kemenhub sejak beberapa waktu lalu juga telah bergabung dalam Regional Marine Pollution Exercise (Marpolex). Marpolex adalah latihan gabungan antara Indonesia, Filipina, dan Jepang yang fokus pada penanggulangan tumpahan minyak di laut. Untuk latihan gabungan yang akan datang, akan diadakan di Bacolod City, Filipina, pada 24-29 Juni 2024. Direktorat KPLP mengirim satu Kapal Patroli KN Trisula P-111 di Jakarta mewakil armada kapal Sea and Coast Guard Indonesia

Latihan bersama ini, menurut Jon Kenedi, merupakan langkah penting dalam penanggulangan tumpahan minyak dan melibatkan partisipasi aktif dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Japan Coast Guard.

Jon Kenedi menekankan pentingnya peran Indonesia dalam latihan gabungan lingkup internasional ini karena latihan ini bukan saja yang mewakili instansi KPLP dan Kemenhub pada umumnya, tetapi membawa nama Indonesia di kancah internasional.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan apresiasi kepada seluruh personel KPLP yang telah bekerja sepenuh hati menjunjung motto Dharma Jala Prajatama. “Motto hendaknya menjadi pedoman untuk selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi bangsa dan negara,” pesannya. (IS/AS/RY/ME)