JAKARTA – Pemerintah di bawah kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin terus memprioritaskan pembangunan infrastruktur transportasi massal. Revitalisasi dan pembangunan transportasi massal dikebut sebagai upaya menekan angka kemacetan transportasi perkotaan, meningkatkan kenyamanan dan keamanan transportasi, menghubungkan dan meningkatkan konektiviitas dan mobilitas manusia dan barang dari kota satu ke kota lainnya, serta menekan kerugian dan pemborosan yang disebabkan oleh kemacetan lalu -lintas yang terus mengalami tren kenaikan.

Sejumlah ahli transportasi mencatat, Jakarta dan kota-kota penyangga lainnya seperti kota Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor, mengalami pemborosan yang disebabkan oleh kemacetan lalu-lintas yang parah. Kerugiannya ditaksir mencapai Rp100 triliun per tahun.

Kota-kota seperti Semarang, Surabaya, Bandung, Medan, Makasar, dan kota-kota besar lainnya juga mengalami hal serupa. Jika kemacetan lalu-lintas masih terus terjadi, dan tidak ada upaya yang serius untuk membendung laju pemborosan yang terjadi dari kemacetan lalu-lintas, maka kerugian besar akan ditanggung bangsa.

Presiden Joko Widodo menegaskan, harus ada langkah cepat dan terstruktur untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di perkotaan-perkotaan di Indonesia, dan dengan langkah yang sama mengurangi pemborosan energi yang disebabkan oleh kemacetan lalu-lintas.

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengembangkan moda transportasi massal modern, seperti MRT, LRT, dan kereta cepat, juga melakukan modernisasi dan merevitalisasi infrastruktur perkeretaapian, mengembangkan infrastruktur penunjang moda transportasi massal konvensional untuk angkutan umum dan bus AKAP/AKDP dengan merevitalisasi terminal-terminal bus dan membangun baru Terminal Tipe A.

Genjot Pembangunan Terminal Tipe A

Setidaknya pada tahun 2022-2023, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah membangun beberapa terminal tipe A, antara lain 2 terminal berada di Sumatera Utara, 4 terminal berlokasi di Jawa Tengah, juga merevitalisasi pembangunan 2 Terminal Tipe A di Sumatera Utara (Terminal Amplas di Medan dan Terminal Tanjung Pinggir di Pematang Siantar), serta merevitalisasi 2 terminal menjadi Terminal Bus Tipe A, yaitu Terminal Leuwipanjang dan Terminal Banjar di Jawa Barat, yang baru diresmikan beberapa pekan lalu.

Pembangunan/revitalisasi Terminal Tipe A diharapkan dapat menarik serta meningkatkan budaya masyarakat untuk kembali menggunakan transportasi massal, khususnya bus untuk bepergian. Selain lebih hemat, juga mengurangi kemacetan parah di jalanan.

Pemerintah telah merancang Terminal Tipe A bukan hanya sekadar sebagai terminal bus, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi tempat pusat kegiatan masyarakat yang berkelanjutan, multi fungsi dan mengusung konsep mix use, yaitu menjadikan terminal sebagai tempat naik turun penumpang bus, sebagai tempat penggerak perekonomian daerah dan juga sebagai pusat kegiatan sosial, seni dan budaya. Terminal Tipe A dilengkapi dengan fasilitas area komersial bagi UMKM, sentra kuliner, sentra pelayanan publik, hotel, tempat belanja, ruang serbaguna, dan lainnya, yang nyaman, aman. Dari segi kualitas, kemanan dan kenyamanan tempat Terminal Tipe A memiliki kualitas/fasilitas serupa standar bandara.

Saat ini tercatat ada 125 Terminal Bus Tipe A tersebar di perkotaan/kabupaten di Indonesia, namun pengelolaan terminal tersebut masih terbagi oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Kemenhub merencanakan 38 Terminal Tipe A yang akan diprioritaskan untuk dibangun/direvitalisasi agar memiliki fasilitas sesuai standar bandara, khususnya yang berada di kabupaten/kota sepanjang Pantai Utara (Pantura), mulai dari Merak, Banten, hingga Banyuwangi - Jawa Timur.

Adapun yang di luar Pulau Jawa diprioritaskan untuk direvitalisasi yang ada di Kota Padang, Lampung, Pare-Pare, dan beberapa di Sulawesi Selatan.

"Untuk Kota Padang akan kita bangun baru karena Padang belum punya Terminal Tipe A, sedangkan di kota/kabupaten lain yang sudah memiliki Terminal Tipe A hanya akan diperbaharui/direvitalisasi," ujar Menhub Budi Karya Sumadi, beberapa waktu lalu.

Terminal Bus, Bukan Lagi Tempat Nongkrong Preman

Pada saat meresmikan revitalisasi Terminal Leuwipanjang di Kota Bandung,menjadi Terminal Tipe A, Presiden Jokowi menyampaikan, revitalisasi terminal dilakukan untuk mengubah kesan terminal dari kumuh, tidak rapi, kotor dan banyak preman menjadi rapi dan bersih.

Kondisi terminal yang semakin baik ini diharapkan mendorong masyarakat kembali menggunakan transportasi umum sehingga mengurangi tingkat kemacetan.

"Kita lihat pada hari ini Terminal Leuwipanjang di Kota Bandung yang dibangun keren banget. Semoga terminal Leuwipanjang dan Terminal Banjar di Provinsi Jawa Barat ini nanti bisa mempercepat mobilitas orang dari satu kota ke kota lain atau di dalam kota," ujar Presiden Jokowi, awal pekan lalu.

Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mendapingi Presiden Jokowi berharap terminal-terminal yang telah direvitalisasi selain untuk menarik minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum, juga sekaligus dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat dan mendorong perekonomian setempat.

"Dua terminal ini (Terminal Leuwipanjang dan Terminal Banjar) adalah contoh terminal yang berfungsi dengan baik dan produktif. Oleh karenanya kami lakukan revitalisasi dimana memberikan suatu manfaat yang banyak. Penumpang semakin yakin karena apa yang kita kelola lebih baik dari sebelumnya," ujar Menhub.

Revitalisasi terminal dengan konsep mixed use merupakan sebuah upaya mengubah konsep terminal yang dahulu hanya untuk naik turun penumpang dan kedatangan keberangkatan bus, saat ini menjadi simpul transportasi, pendorong dan pergerak perekonomian serta sebagai wadah kegiatan sosial dan seni budaya.

Selain itu, melalui revitalisasi akan meningkatkan keselamatan, keamanan dan pelayanan sehingga masyarakat semakin nyaman menggunakan bus sebagai angkutan umum.

Terminal Tipe A Leuwipanjang dengan total luas lahan 30.768 m2, saat ini 637 bus per hari dengan rata-rata penumpang 5.260 orang per hari. Sementara terminal Banjar dengan total luas lahan terminal sebesar 22.206 m2 melayani 243 bus per hari dengan total penumpang 3170 orang per hari.

Jawa Barat memiliki 10 Terminal Tipe A yaitu Terminal sumedang, Terminal Tasikmalaya, Terminal Garut, Terminal Banjar, Terminal Kuningan, Terminal Sukabumi, Terminal Karawang, Terminal Leuwipanjang, Terminal Subang, Terminal Cirebon. (IS/AS/SHL/HG)