07 Dec 2012
17214 View
“Sepanjang
nyaman, saya akan tetap menggunakan Trans Bandar Lampung.” Hal tersebut
tercetus dari seorang ibu yang sedang melakukan perjalanan menuju
wilayah Bambu Kuning di Kota Bandar Lampung di dalam Bus Trans Bandar
Lampung Koridor Sukaraja-Rajabasa. Armada Bus yang didominasi warna
hijau dengan tempat duduknya yang saling berhadapan, sama seperti
kondisi Bus Rapid Transit (BRT) di kota lain. Bus Karoseri yang
masih baru dan terawat dilengkapi dengan pendingin udara (air
conditioning) bermerek Thermoking, adalah gambaran betapa nyamannya
kondisi Bus Trans Bandar Lampung yang telah hampir satu tahun ini
melayani kebutuhan jasa transportasi darat perkotaan masyarakat Kota
Bandar Lampung. Sebelum Trans Bandar Lampung ini hadir, jasa
transportasi perkotaan masyarakat kota Bandar Lampung jauh dari rasa
nyaman. Masyarakat hanya menggunakan Bus Damri dan angkutan perkotaan
(angkot) sebagai sarana transportasinya. Ketidaknyamanan semakin lengkap
dengan kondisi lalu lintas perkotaan kota Bandar Lampung, yang semakin
hari semakin macet. Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah Kota Bandar
Lampung merasa perlu untuk mencari terobosan baru dalam menata jasa
transportasi darat perkotaan dan mulai diwujudkan sejak akhir tahun 2011
dengan menghadirkan Trans Bandar Lampung sebagai salah satu sarana
transportasi pilihan yang menjanjikan kenyamanan dan keamanan bagi
masyarakat Kota Bandar Lampung.Konsep BRT Pertama Tanpa Subsidi PemerintahSejak
diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat Kota Bandar Lampung oleh
Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN, MM, pada 26 September 2011,
Trans Bandar Lampung merupakan angkutan perkotaan pertama dengan konsep
BRT di Kota Bandar Lampung. Di awal pengoperasiannya, Trans Bandar
Lampung diujicobakan selama 4 hari pada 14-17 November 2011 dan secara
resmi beroperasi pada 19 Desember 2011.Pengoperasian
Trans Bandar Lampung dilakukan oleh PT. Trans Bandar Lampung, yang
merupakan konsorsium, gabungan dari 37 perusahaan angkutan di kota
Bandar Lampung. Konsorsium PT. Trans Bandar Lampung (TBL) tersebut
dipimpin oleh Tony Eka Chandra sebagai Komisaris Utama dan I Gede
Jelantik sebagai Direktur Utama. Menurut Tony, sejarah pembentukan Trans
Bandar Lampung diawali oleh pertemuan antara Walikota Bandar Lampung,
Drs. H. Herman HN, MM, dengan para pengusaha angkutan umum di Kota
Bandar Lampung atas undangan dan inisiatif walikota. Pertemuan tersebut
digagas dengan tujuan menggugah pengusaha angkutan di Kota Bandar
Lampung untuk turut berperan aktif membantu pembangunan kota Bandar
Lampung dalam bidang angkutan umum. Selain pembentukan Trans
Bandar Lampung, hasil pertemuan tersebut berlanjut dengan dibuatnya
kesepakatan bersama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU)
antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan PT. Trans Bandar Lampung
untuk pengoperasian Trans Bandar Lampung pada Desember 2011. Dalam MoU
tersebut diatur kewajiban dan hak dari Pemerintah Kota Bandar Lampung
sebagai regulator maupun PT. Trans Bandar Lampung sebagai operator.
“BRT Trans Bandar Lampung ini dioperasikan oleh swasta mutlak,” ucap
Walikota Herman HN. “Ini merupakan yang pertama di Indonesia,”
tambahnya.Walaupun
sempat ada resistensi dari supir angkutan kota (angkot) di Kota Bandar
Lampung. Hal tersebut adalah sesuatu yang wajar, dan biasa dihadapi oleh
Bus Rapid Transit (BRT) di kota lain. Dalam perjalanannya kemudian
dapat diredam. Angkot masih diperkenankan beroperasi di trayeknya.
“Salah satu strategi jangka panjang Pemerintah Kota, melalui Dinas
Perhubungan untuk pengembangan BRT Trans Bandar Lampung kedepannya,
adalah masa izin operasi trayek angkot tersebut tidak akan diperpanjang
setelah habis masa berlakunya,” papar Herman HN. “Sehingga nantinya yang
beroperasi di dalam kota adalah Trans Bandar Lampung, dan angkot-angkot
tersebut akan difungsikan dengan sebagai pengumpan (feeder) Trans
Bandar Lampung,” tambah Iskandar Zulkaranaen, Kabid Lalu Lintas Dinas
Perhubungan Kota Bandar Lampung.Sepak Terjang Trans Bandar LampungBerawal
dari armada yang hanya sejumlah 40 unit bus (murni dibeli konsorsium)
dan melayani dua koridor, yaitu: trayek Rajabasa–Sukaraja dan trayek
KORPRI–Sukaraja, Trans Bandar Lampung hingga saat ini, telah memiliki
armada sebanyak 250 unit bus dan melayani tujuh koridor di seputar kota
Bandar Lampung, meliputi : Koridor 1 : Rajabasa – SukarajaKoridor 2 : Korpri – SukarajaKoridor 3 : Kemiling – SukarajaKoridor 4 : Ir. Sutami – Tanjung Karang Koridor 5 : Panjang – Citra Garden Koridor 6 : Rajabasa – Citra Garden Koridor 7 : Rajabasa – Panjang Saat
ini PT. Trans Bandar Lampung, operator Trans Bandar Lampung, berkantor
di salah satu bangunan rumah toko (ruko) terdiri dari bangunan tiga
lantai yang berlokasi di depan gerbang masuk Terminal Rajabasa. Walaupun
masih sederhana dan berstatus masih menyewa, suasana kantor tersebut
pada pagi hari cukup menggambarkan suasana kerja yang mencerminkan
semangat kerja tinggi dari para karyawannya. Padahal ketika tim redaksi
berkunjung, masih terhitung sangat pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Tentu
ini adalah modal bagus bagi PT. Trans Bandar Lampung untuk eksis ke
depan. Kondisi kondusif itu diamini Heru, salah seorang pegawai PT.
Trans Bandar Lampung pada bagian supervisi ticketing yang mengungkapkan
kenyamanannya selama bekerja di PT. Trans Bandar Lampung. “Fasilitas
yang didapat selama bekerja di Trans Bandar Lampung jelas lebih baik
dari tempat saya bekerja sebelumnya,” ujar Heru.Respon Masyarakat Gayung
bersambut, cerminan kata yang tepat untuk menggambarkan semangat
PT.Trans Bandar Lampung untuk menyediakan jasa transportasi perkotaan
yang nyaman bagi masyarakat kota Bandar Lampung dengan respon masyarakat
terhadap pengoperasian Trans Bandar Lampung saat ini. Setelah hampir 1
tahun berjalan, Trans Bandar Lampung ternyata mendapatkan respon dan
antusiasme masyarakat Kota Bandar Lampung cukup baik. Pengamatan tim
redaksi www.dephub.go.id di lapangan, cukup banyak masyarakat Kota
Bandar Lampung yang menggunakan Trans Bandar Lampung. Salah
seorang warga Kota Bandar Lampung, Ibu Ratna mengatakan sangat terbantu
dengan hadirnya Trans Bandar Lampung. Ratna adalah seorang ibu rumah
tangga sekaligus penjahit pakaian yang ditemui tim redaksi dalam Bus
Trans Bandar Lampung selama perjalanan dari Sukaraja menuju Rajabasa. Ia
mengungkapkan kenyamanannya selama menggunakan Bus Trans Bandar Lampung
sebagai moda transportasi pilihannya. “Bagi saya selama nyaman dan
harga tiketnya masih terjangkau, saya akan tetap naik bus ini”, ujarnya.
“Saya mau menuju ke Bambu Kuning untuk berbelanja kebutuhan menjahit
pakaian. Dengan naik bus Trans Bandar Lampung ini saya merasa nyaman
karena sudah dilengkapi dengan AC”, tambahnya. Senada dengan Ibu
Ratna, penumpang Trans Bandar Lampung lain yang dijumpai tim redaksi,
Pak Agus, seorang supir perusahaan rental di Mampang Jakarta, yang
sedang dalam perjalanan pulang kampung menuju ke Pringsewu di dalam Bus
Trans Bandar Lampung trayek Sukaraja-Kemiling mengungkapkan
kenyamanannya menggunakan Trans Bandar Lampung. “Bus ini cukup nyaman
karena ada AC-nya, “ ujarnya. “Yang harus ditambah mungkin bus
penghubung (feeder-red.) menuju Trans Bandar Lampung-nya yang harus
dikembangkan,” tambahnya. Selain itu ia pun memberikan masukan, agar
pada titik poin awal koridor dilengkapi dengan fasilitas parkir (park
and ride – red.) untuk kendaraan bermotor sehingga masyarakat tidak
memakai kendaraan pribadinya masuk ke Kota Bandar Lampung dan
menggunakan angkutan umum (Trans Bandar Lampung). Dan ketika usulan ini
disampaikan pada pihak Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Iskandar
Zulkarnaen menyambut positif, serta mengatakan akan mengkaji lebih jauh
titik-titik poin awal di koridor mana saja yang memungkinkan untuk
dibangun fasilitas parkir (park and ride).Operasionalisasi Trans Bandar Lampung saat iniAntusiasme
masyarakat Kota Lampung ini tentu merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi kelangsungan sistem BRT Trans Bandar Lampung. Tentu
merupakan hal yang sangat wajar ketika dalam awal perjalanan
pengoperasiannya, Trans Bandar Lampung masih terdapat kekurangan
disana-sini. Diantaranya seperti yang dijumpai tim redaksi di lapangan,
halte yang ada masih sangat banyak yang belum terbangun sempurna
sehingga masyarakat pengguna menjadi “korban” dalam hal ini. “Respon
masyarakat luar biasa, walaupun masih ada kendala dalam perjalanannya,
seperti halte yang belum terbangun sempurna, ketika hujan mereka
berhujan-hujanan dan ketika panas mereka berpanas-panasan menunggu bus
datang,” ujar Tony Eka Candra, Komisaris Utama Trans Bandar Lampung.“Pengorbanan”
dan kesabaran masyarakat ini tentu harus segera dibayar oleh pemerintah
dengan perbaikan segera disana-sini aspek sarana dan prasarana dari
Trans Bandar Lampung. Di sisi lain, Herman HN, Walikota Bandara Lampung,
yang mewakili Pemerintah Kota Bandar Lampung sangat mengharapkan peran
serta bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan untuk
membangun halte yang layak ini kedepannya. Hal tersebut langsung diamini
Tony, “Kasihan masyarakat bila halte tidak segera dibenahi,”
lengkapnya.Kekurangan lain yang masih dijumpai tim redaksi adalah
Bus Trans Bandar Lampung masih menaikkan dan menurunkan penumpang di
sembarang tempat selain di haltenya. Hal ini tentu berbeda dengan sistem
dan konsep pengoperasian BRT di kota lain, dimana BRT hanya berhenti
menaikkan dan menurunkan penumpang hanya di halte yang telah ditetapkan.
“Kondisi ini masih terjadi karena target kami untuk awal pengoperasian
Trans Bandar Lampung ini adalah untuk menarik minat dan simpati
masyarakat Bandar Lampung terlebih dahulu, agar mereka mau beralih
menggunakan Trans Bandar Lampung,” jelas Tony. “Setelah semua sarana
pendukung seperti halte telah terbangun sempurna, dan minat serta
antusiasme masyarakat telah diraih, kedepannya pola pengoperasian Trans
Bandar Lampung akan sama dengan BRT lain, yaitu hanya menaikkan dan
menurunkan penumpang di haltenya,” tambah Tony. Sistem
ticketing pun masih harus diperbaiki. Selama ini, sistem ticketing
masih manual, membayar karcis tiket secara langsung kepada petugas di
dalam bus. Hal ini tentu rawan kebocoran dan beresiko tinggi pada aspek
akuntabilitasnya. Selain itu, monitoring (pengawasan) bus di lapangan
pun dikendalikan dan diawasi masih secara konvensional, yaitu melalui
komunikasi Handy Talky (HT) antar petugas lapangan dan kendali pusat di
kantor PT. Trans Bandar Lampung. Berbagai kekurangan tersebut
tentu adalah hal yang wajar dalam masa 1 tahun beroperasi, apalagi Trans
Bandar Lampung berkonsep pada awalnya BRT tanpa bantuan pemerintah
(swasta murni).Eksistensi Trans Bandar Lampung di masa yang akan datangDalam
perjalanannya, Trans Bandar Lampung dengan konsep non subsidi
pemerintah ini, tentu memerlukan kerja keras dari PT. Trans Bandar
Lampung selaku operator dan Pemerintah Kota Bandar Lampung, melalui
Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai regulator. Tony Eka
Chandra mengatakan bahwa demi menjaga kontinuitas PT. Trans Bandar
Lampung (TBL) ke depannya, PT. TBL memerlukan bantuan subsidi dana
operasional. “Kondisi ini telah disampaikan kepada DPRD Kota Bandar
Lampung, telah terbit pula surat rekomendasi dari DPRD Kota kepada
Pemerintah Kota Bandar Lampung, untuk mengalokasikan anggaran dalam APBD
Kota Bandar Lampung mendatang,” tambah Tony. Ketua DPRD Kota
Bandar Lampung, Budiman, yang ditemui tim redaksi menyatakan bahwa
tingginya respon dan harapan masyarakat Kota Bandar Lampung ini tentu
harus dijaga kesinambungannya. “Apa artinya mempertahankan tagline “non
subsidi pemerintah” bagi Trans Bandar Lampung apabila harus terhenti di
tengah jalan karena tidak adanya dana pendukung keberlangsungan Trans
Bandar Lampung ke depan”, tegas Budiman. Sangat disayangkan semangat
para pengusaha angkutan umum di Kota Bandar Lampung untuk perbaikan
transportasi perkotaan di kota Bandar Lampung ini apabila terhenti di
tengah jalan. Menurut Budiman, DPRD Kota Bandar Lampung, setelah
menyerap aspirasi yang berkembang, telah mengeluarkan surat rekomendasi
kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk ke depannya, demi menjaga
keberlangsungan Trans Bandar Lampung dalam melayani masyarakat, meminta
Pemerintah Kota untuk menganggarkan dana bagi pengembangan Trans Bandar
Lampung. Sementara itu, Ilham Malik, Ketua Masyarakat
Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Bandar Lampung, yang juga merupakan
tenaga ahli walikota Bandar Lampung di bidang transportasi, mengatakan
bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung memilih konsep swastanisasi
pengembangan BRT mengingat keterbatasan anggaran Pemkot yang tertuang
dalam APBD Kota Bandar Lampung. “Sejauh ini, dana Pemkot Bandar Lampung
dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara langsung,
misalnya untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
(terutama jalan),” papar Ilham. “Kondisi tersebut membuat Pemkot
menyadari bahwa sekecil apapun dana subsidi (untuk Trans Bandar
Lampung-red.), akan mempengaruhi keberlangsungan ketiga program
tersebut,” tambah Ilham.Konsep
BRT Trans Bandar Lampung sebagai BRT pertama di Indonesia yang
beroperasi tanpa subsidi pemerintah memang merupakan hal baru di
Indonesia. Hal ini tentu patut diacungi jempol. Keinginan dan semangat
yang kuat dari Pemerintah Kota Bandar Lampung dan stakeholder
transportasi di Kota Bandar Lampung untuk menciptakan sarana
transportasi perkotaan yang nyaman, aman dan berbudaya merupakan modal
awal yang penting dalam kemunculan Trans Bandar Lampung demi melayani
kebutuhan jasa transporasi masyarakat Bandar Lampung. Respon dan animo
yang tinggi dari masyarakat pun merupakan aset berharga yang harus
dijaga dan ditingkatkan kontinuitasnya. Jangan sampai animo masyarakat
atas kehadiran moda transportasi yang dinilai nyaman, aman dan
berbudaya, menguap begitu saja karena diskontinuitas operasional BRT
Trans Bandar Lampung. Dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, BRT
Trans Bandar Lampung telah melayani 7 koridor di Kota Bandar Lampung
dengan jumlah armada bus yang dimiliki sebanyak 250 bus, serta
dijalankan oleh sebuah konsorsium yang merupakan gabungan pengusaha
angkutan umum di kota Bandar Lampung, hal tersebut merupakan sebuah
prestasi yang tidak bisa dianggap remeh. Kondisi ini merupakan aset
berharga bagi kelangsungan BRT Trans Bandar Lampung. Dengan berbagai
modal yang telah ada tersebutlah, saat ini merupakan masa dan fase bagi
pelaku transportasi di kota Bandar Lampung untuk bekerja keras
mempertahankan keberlangsungan operasional Trans Bandar Lampung.Perlu
forum dan media bersama bagi para pelaku transportasi di Kota Bandar
Lampung untuk duduk bersama merumuskan konsep Trans Bandar Lampung demi
menjaga kelangsungan operasional BRT Trans Bandar Lampung ke depannya.
Perlu kepala dingin dan semangat kebersamaan dalam melayani masyarakat
dalam merumuskan solusinya. Bagaimana pun keberanian Pemerintah Kota
Bandar Lampung dan stakeholder terkait menginisiasi BRT Trans Bandar
Lampung telah merupakan langkah nyata yang dibutuhkan masyarakat. Sangat
disayangkan apabila kerjasama yang telah terjalin sangat baik tersebut
terputus begitu saja di tengah jalan. Asa dan harapan masyarakat yang
telah muncul dengan kehadiran Trans Bandar Lampung adalah aspek
terpenting yang harus dijaga. Kesadaran dan minat masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum harus terus dipelihara. Perbaikan sarana dan
prasarana serta konsep operasional BRT Trans Bandar Lampung menjadi
harga mati yang tidak bisa ditawar. Adalah kewajiban pemerintah pusat
pula untuk memperhatikan dan memperbaiki kekurangan yang ada serta
menjaga keberlangsungan BRT Trans Bandar Lampung yang merupakan inisitif
murni daerah. Pasal 138 ayat 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengamanatkan bahwa
Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum. Angkutan
Umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang
selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Bukan merupakan aib apabila dalam
perjalanannya, Trans Bandar Lampung mendapatkan bantuan operasional.
Pasal 139 ayat 3 telah mewajibkan Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk
menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau
barang dalam wilayah kabupaten/kota. Jangan sampai asa masyarakat Kota
Bandar Lampung atas kehadiran sarana dan prasarana angkutan umum yang
aman, nyaman dan berbudaya lenyap begitu saja hanya karena kepentingan
ego sepihak saja. Masyarakat Kota Bandar Lampung masih dan akan terus
berharap. Jangan padamkan asa tersebut. (TIM)
-
Biro Komunikasi dan Informasi Publik