JAKARTA - Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan dana belasan triliun yang bersumber dari dana APBN untuk pembangunan infrastruktur sektor perhubungan di wilayah Indonesia bagian timur. Selain untuk membuka isolasi daerah yang selama ini tertinggal dibandingkan Indonesia bagian barat, pembangunan bandar udara dan pelabuhan di wilayah Indonesia timur ini juga untuk mempercepat distribusi dan menjamin tersedianya barang, yang pada akhirnya akan menekan harga barang di daerah tersebut.

Pembangunan pelabuhan, bandar udara diharapkan bisa menekan disparitas harga antara wilayah barat dengan timur Indonesia. ‘’Terjadinya disparitas atau perbedaan harga yang begitu jauh di wilayah Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur untuk produk yang sama, disebabkan tidak adanya kepastian barang,’’ kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam diskusi dengan Jawa Pos Group dengan tema “Mewujudkan Indonesia Sentris Melalui Pembangunan Tol Laut” di Gedung Graha Pena Jakarta, Rabu (20/4).

Hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Staf Kepresidenen Teten Masduki, Direktur Operasional PT Pelni (Persero) Harry Budiharto, perwakilan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat serta pejabat eselon II Kementerian Perhubungan.

Jonan menjelaskan, tingginya harga barang seperti harga 1 sak semen yang mencapai ratusan ribu rupiah di daerah puncak Jaya Wijaya, disebabkan tidak adanya barang dan tidak adanya kepastian kapan barang itu ada. Sekarang, dengan adanya kapal laut yang datang sesuai dengan jadwal menjadikan harga terkontrol.

‘’Di Manokwari harga 1 sak semen sekarang ini hanya Rp 80.000, di Jakarta harganya Rp 70.000. Saya rasa itu harga yang wajar,’’ jelasnya.

Untuk beberapa daerah yang tidak bisa dijangkau dengan kapal laut, Kemenhub sedang memikirkan untuk menggunakan angkutan udara. Untuk itu Kemenhub terus melakukan pembangunan infrastuktur bandara khususnya landasan pacu supaya bisa didarati oleh pesawat yang lebih besar seperti hercules yang memiliki daya angkut barang dalam jumlah banyak.

Terkait dengan pembangunan infrastruktur, Menhub menegaskan bahwa program-program yang telah dilakukan kementeriannya dengan program tol laut mulai banyak membawa hasil. “Konektvitas antara wilayah terus kita kembangkan sehingga jalur distribusi bisa lebih lancar,” ucap Jonan.

Diakui Menhub, pembangunan sarana infrastrukur seperti pelabuhan dan bandar udara membutuhkan dana besar dan waktu yang lama. “Setidaknya selama satu setengah tahun ini mulai kelihatan hasilnya,” katanya. Di Indonesia, saat ini terdapat 235 bandara, dimana PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II masing-masing mengelola13 bandara, beberapa dikelola oleh Pemda dan sisanya sebanyak 190 bandara dikelola oleh Kementerian Perhubungan.

Hingga tahun 2019, Kemenhub akan mengalokasikan dana untuk memperpanjang landas pacu menjadi 1600 x 30 meter dan 2400 x 45 meter sehingga bisa didarati pesawat yang lebih besar, sehingga bisa melayani seluruh rute penerbangan.

Dengan adanya landasan pacu yang lebih panjang, akan semakin banyak maskapai menerbangi rute tersebut, sehingga pada akhirnya harga tiket bisa ditekan lebih murah.Jika selama ini pesawat yang terbang ke daerah tersebut hanya pesawat yang memiliki daya angkut 12 orang tidak heran jika harga tiketnya diatas Rp 1 juta. Jika pesawat yang masuk nanti jenis ATR 72 harganya bisa ditekan hingga 50 persennya,’’ jelas Jonan.

Dengan semakin terjangkaunya harga tiket pesawat, maka nantinya tidak ada lagi masyarakat dari Jakarta ke Kupang, Ambon atau Sulawesi naik kapal laut yang lamanya tiga hari, tapi bisa naik pesawat yang lama terbangnya antara 2-3 jam saja.

Pertanyaannya, lanjut Menhub, bagaimana dengan nasib PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) apakah akan mati? Menurut Jonan, PT Pelni akan mendapat tugas lain, yaitu menggunakan armadanya untuk angkutan barang atau melayani rute-rute perintis yang pendek sesuai dengan penugasan pemerintah.

Sementara itu Teten Masduki menjelaskan, pemerintah akan terus membangun infrastruktur transportasi. Pembangunan infrastruktur dilakukan agar arus barang menjadi lebih lancar sehingga mampu menekan harga distribusi. “Intinya disparitas harga terus ditekan, agar kesenjangan ekonomi bisa semakin kecil” ucap Teten. (JO)