(Jakarta, 15/2/2013) Untuk memenuhi kebutuhan jumlah Pilot nasional yang selama ini masih kekurangan, Federasi Pilot Indonesia (FPI) berharap 15 sekolah penerbangan yang tersebar di Indonesia saat ini dapat mengoptimalkan perannya dalam upaya mencetak pilot.

 
Presiden FPI, Hasfriansyah HS mengemukakan, saat ini jumlah SDM pilot baru sekitar 7.800 orang, sehingga kekurangannya masih sangat banyak bila dibandingkan dengan pertumbuhan penerbangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
 
"Apabila masing-masing sekolah dari 15 sekolah yang ada mampu mencetak 50 penerbang dalam satu tahun, maka akan ada suplai 750 pilot baru untuk memenuhi kebutuhan maskapai," jelas Hasfriansyah usai penandatangan kerja sama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan di Jakarta, Jumat (15/2).
 
Hasfriansyah menambahkan, pihaknya juga akan ikut mengawasi sekolah-sekolah penerbangan yang ada, untuk mengetahui kemungkinan adanya kendala-kendala dalam kurikulum atau kendala lainnya.
 
Begitu juga dengan kemungkinan adanya sekolah penerbangan ‘abal-abal’ dimana hanya memberikan teori namun mengabaikan praktek penerbangannya lantaran ketidaksiapan armada atau tidak adanya kerja sama dengan sekolah penerbangan lain yang memiliki armada untuk latihan. 
 
“Saat ini jumlah penerbang baru mencapai 7.800 orang dan setiap enam bulan sekali dilakukan pengecekan kualifikasi (reccurent) untuk itu masih banyak jumlah pilot yang dibutuhkan,” imbuh Hafriansyah.
 
Kepala BPSDM Bobby R Mamahit mengungkapkan, jumlah penerbang yang bisa dihasilkan saat ini rata-rata hanya 400 orang/tahun dari target 800 orang/tahun. Hal tersebut terjadi karena beberapa kendala terutama terkait fasilitas yang sebagian sekolah belum memadai.
 
"Fasilitas menjadi salah satu kendala, peralatan yang kurang lengkap dan lain sebagainya. Namun terus diupayakan untuk peningkatannya," kata Bobby.
 
Terobosan juga terus dilakukan, salah satunya dengan penambahan sekolah di Banyuwangi, Jawa Timur yang saat ini sudah beroperasi dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang untuk tahun pertama ini.
 
“Kami juga mendorong pihak swasta untuk turut membuka sekolah penerbangan sebanyak-banyaknya, yang terpenting kualitas dan standarnya harus sama baik,” ungkap Bobby. (CHAN)