Menhub menyatakan, tugas pemerintahan dan pembangunan pada dewasa ini amat berat karena semua pihak menyangsikan: apa mungkin aparatur negara dapat melakukan proses pembangunan di tengah tekanan berbagai perubahan, baik perubahan karena lingkungan strategis maupun perubahan-perubahan yang muncul akibat reformasi 10 tahun terakhir ini. Selain itu perubahan lingkungan strategis juga terjadi akibat globalisasi.
"Perubahan menciptakan suatu iklim yang dinamis namun kadangkala juga menimbulkan permasalahan yang sukar ditemukan solusinya," kata Menhub.
Oleh karena itu, Menhub menjelaskan, akan sangat berbahaya bila suatu organisasi mandeg atau hanya berdiam diri terhadap perubahan, karena sendi-sendi organisasi bisa tergerus oleh erosi perubahan.
"Hanya organisasi yang flexible dan responsive serta adaptive yang mampu mengelola perubahan dengan baik," tegas Menhub.
Mengutip pernyataan pemenang Nobel di bidang Kimia, Ilya Prigogine, Menhub menjelaskan, untuk mengelola perubahan dengan baik diperlukan trasformasi berdasarkan struktur tertentu yang disebut adaptive structure. Adaptive structure tersebut terdiri dari tiga ciri: pertama, responsiveness artinya kecepatan dari organisasi untuk memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi. Kedua, simplicity atau kesederhanaan, yang berarti mengurangi keruwetan masalah kemudian mencoba menyelesaikan persoalan itu secara lebih efisien, baik di dalam perencanaan maupun di dalam eksekusi. Kemudian yang ketiga: Flexibility, yang berarti kemampuan untuk beradaptasi baik struktur maupun prosedur terhadap situasi yang berubah.
Diklat Teknis Transportasi Tingkat II ini dilaksanakan selama 11 (sebelas) hari, dari tanggal 2 hingga 12 Juni 2008, bertempat di Pusdiklat Aparatur Perhubungan, Jl. Raya Parung Km. 26 Kemang, Kabupaten Bogor. Peserta diklat adalah 75 orang pejabat eselon III, dengan perincian: Setjen 12 orang, Itjen 1 orang, Ditjen Hubdat 3 orang, Ditjen Hubla 33 orang, Ditjen Hubud 14 orang, Ditjen Perkeretaapian 4 orang, Badan Diklat 5 orang, dan Badan Litbang 3 orang. Berbagai materi yang berkaitan dengan kajian transportasi dan aktualisasi disampaikan dalam diklat ini oleh para pejabat Eselon I, II, dan sejumlah Akademisi seperti Giri Suseno dan Wayan Made Suwandi.
"Saya percaya di dephub banyak personil yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas, baik sebagai pengajar maupun memberikan studi-studi kasus sehingga dephub bisa menjalankan misinya dengan baik dan benar," kata Menhub menutup sambutan. (YFA)
"Perubahan menciptakan suatu iklim yang dinamis namun kadangkala juga menimbulkan permasalahan yang sukar ditemukan solusinya," kata Menhub.
Oleh karena itu, Menhub menjelaskan, akan sangat berbahaya bila suatu organisasi mandeg atau hanya berdiam diri terhadap perubahan, karena sendi-sendi organisasi bisa tergerus oleh erosi perubahan.
"Hanya organisasi yang flexible dan responsive serta adaptive yang mampu mengelola perubahan dengan baik," tegas Menhub.
Mengutip pernyataan pemenang Nobel di bidang Kimia, Ilya Prigogine, Menhub menjelaskan, untuk mengelola perubahan dengan baik diperlukan trasformasi berdasarkan struktur tertentu yang disebut adaptive structure. Adaptive structure tersebut terdiri dari tiga ciri: pertama, responsiveness artinya kecepatan dari organisasi untuk memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi. Kedua, simplicity atau kesederhanaan, yang berarti mengurangi keruwetan masalah kemudian mencoba menyelesaikan persoalan itu secara lebih efisien, baik di dalam perencanaan maupun di dalam eksekusi. Kemudian yang ketiga: Flexibility, yang berarti kemampuan untuk beradaptasi baik struktur maupun prosedur terhadap situasi yang berubah.
Diklat Teknis Transportasi Tingkat II ini dilaksanakan selama 11 (sebelas) hari, dari tanggal 2 hingga 12 Juni 2008, bertempat di Pusdiklat Aparatur Perhubungan, Jl. Raya Parung Km. 26 Kemang, Kabupaten Bogor. Peserta diklat adalah 75 orang pejabat eselon III, dengan perincian: Setjen 12 orang, Itjen 1 orang, Ditjen Hubdat 3 orang, Ditjen Hubla 33 orang, Ditjen Hubud 14 orang, Ditjen Perkeretaapian 4 orang, Badan Diklat 5 orang, dan Badan Litbang 3 orang. Berbagai materi yang berkaitan dengan kajian transportasi dan aktualisasi disampaikan dalam diklat ini oleh para pejabat Eselon I, II, dan sejumlah Akademisi seperti Giri Suseno dan Wayan Made Suwandi.
"Saya percaya di dephub banyak personil yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas, baik sebagai pengajar maupun memberikan studi-studi kasus sehingga dephub bisa menjalankan misinya dengan baik dan benar," kata Menhub menutup sambutan. (YFA)