(Batam, 12/04/2012) Tidak ada usulan projects proposal baru di bawah kerjasama IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle). Hal ini disepakati para delegasi ketiga negara pada pertemuan hari ke-2 The 5th IMT-GT Working Group on Infrastructure and Transportation yang berlangsung hari ini, Kamis (12/04) di I-Hotel, Batam, Kepulauan Riau. Kesepakatan tersebut bertujuan agar IMT-GT dapat lebih fokus pada IMT-GT Rolling Plan 2012-2013. Proyek-proyek di bawah Rolling Plan ini harus dapat diselesaikan dan merupakan prioritas dalam 2 tahun kedepan.
Dalam presentasi Asian Development Bank (ADB) disampaikan bahwa di bawah kerangka IMT-GT, terdapat 43 proyek dalam Implementation Blueprint (IB) 2012-2016, dimana 21 proyek di antaranya ada di bawah Working Group on Infrastructure and Transportation. Sedangkan pada IMT-GT Rolling Plan 2012-2013 terdapat 25 proyek dimana 9 di antaranya merupakan wilayah Working Group on Infrastructure and Transportation.
Pada pertemuan hari ke-2 ini sidang juga kembali menegaskan pentingnya untuk segera mengimplementasikan Implementation Blueprint (IB) 2012-2016, dan meminta seluruh kementerian dan pihak yang terkait untuk lebih memberikan kontribusinya dalam memastikan koordinasi lintas sektor yang efektif dalam rangka percepatan implementasi.
Sementara itu, update status dari Implementation Blueprint (IB) 2012-2016 dan Flagship Programmes di bawah IMT-GT Rolling Plan 2012-2016, di antaranya adalah kesiapan Indonesia dalam Project Roll On Roll Off Ship of the Dumai - Melaka, dengan telah dikeluarkannya SK Menteri Perhubungan Nomor 44 tahun 2009 yang telah memperbolehkan operator-operator untuk melayani rute tersebut.
Sebagai jawaban atas pertanyaan Indonesia mengenai kesiapan pihak Malaysia dalam mempersiapkan pelabuhannya, Pemerintah Bagian Melaka menginformasikan tentang kesiapan Tanjung Beruas sebagai pelabuhan pengganti Kuala Linggi. Malaysia memperkirakan proyek ini akan dapat dimulai setelah November 2013. Hal ini disebabkan masih adanya proses alih kepemilikan antara operator saat ini dengan pemerintah negara bagian.
Konektivitas Udara
Sementara itu didapatkan informasi bahwa konektivitas rute udara antara Ipoh-Medan saat ini diberhentikan karena kekurangan armada pesawat oleh Maskapai Firefly. Penerbangan Ipoh-Medan ini awalnya diluncurkan untuk meningkatkan konektivitas udara antara Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera melalui penerbangan Low Cost Carriers (LCCs). Penerbangan Ipoh (Perak) - Medan (Sumatera) ini dilaksanakan oleh operator penerbangan Firefly sejak 22 November 2011 dengan frekuensi penerbangan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Pelayanan jasa udara ini dihentikan karena kebijakan strategis dari Firefly. Firefly akan merevisi rute ini dan telah melakukan reroute menjadi Penang-Medan dan Subang-Medan.
Di lain pihak, dalam rangka mendukung konektivitas udara di wilayah sub regional IMT-GT, beberapa maskapai penerbangan telah melayani jasa transportasi udara di wilayah sub regional IMT-GT, antara lain rute Pekanbaru-Melaka dilayani oleh operator Wings Air dengan frekuensi 3 kali seminggu dan Sky Aviation 4 kali seminggu; Medan-Penang oleh Sriwijaya Air (7 kali seminggu), Air Asia (14 kali seminggu), dan Wings Air (35 kali seminggu); Tanjung Pinang-Melaka oleh Sky Aviation (2 kali seminggu); sertaJambi-Melaka oleh Sky Aviation dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Pada Pertemuan The 5th IMT-GT Working Group on Infrastructure and Transportation kali ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan, Hanggoro Budi Wiryawan; delegasi Malaysia dipimpin oleh Misrun Timin, Under-Secretary Ministry of Transport, Malaysia, yang juga berperan sebagai Chair-person; sementara delegasi Thailand dipimpin oleh Dr. Siriphan Jitprasithisiri, Director of International Highways Development Division of Department of Highways, Thailand. (RS)