JAKARTA – Kerja panjang dan maraton terus dilakukan Kementerian Perhubungan dalam membangun dan memodernisasi sarana transportasi nasional. Usai melakukan penandatangan kerjasama antara Indonesia melalui Kemenhub dan Tim Pembangunan MRT Fase 4 dengan pihak investor dari Korea Selatan yang juga ikut membiayai pembangunan LRT Jabotabek, pembicaraan intensif lanjutan dilakukan untuk pengembangan moda transpotasi massal kereta listrik (LRT dan MRT) oleh Pemerintah Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan berminat membantu revitalisasi terminal bus yang terkoneksi dengan LRT maupun MRT.
Langkah awal telah dilakukan. Ministry of Land, Infrastructure and Transportation (MOLIT) dan International Contractors Associations of Korea telah menggelar kegiatan pelatihan berkaitan dengan modernisasi dan sistem transportasi, khususnya pengembangan terminal bus yang ada di Indonesia untuk Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Prasarana dan Transportasi Jalan dan Dishub DKI.
PT Networks Indonesia Aku (PT NIA) sebagai perusahaan yang telah memiliki pengalaman pada bidang pembangunan dan pengoperasian serta pelopor bidang ITS (Intelligent Transport Systems) di Indonesia telah melaksanakan pelatihan ini dari tanggal 14 November 2022 hingga 18 November 2022 lalu dan menjadi wakil Korea Selatan dalam penyelenggaraan proyek tersebut.
Sebagai langkah awal juga, ditetapkan 2 terminal yaitu Terminal Kampung Rambutan di Jakarta dan Terminal Leuwi Panjang di Bandung yang akan menjadi proyek percontohan modernisasi terminal di Indonesia yang akan dilakukan atas dukungan Korea Selatan.
Modernisasi Terminal
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam keterangannya yang dirilis berbagai media mengungkapkan, Pemerintah berencana melaksanakan pembangunan Infrastruktur di sektor perkeretaapian yakni proyek Double Double Track/DDT Kereta Api Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dengan mengoptimalkan interkonektivitas angkutan massal di Jakarta dan selitarnya dengan mengintegrasikan dengan teminal transportasi massal.
“Kami tengah mencari suatu bentuk yang terbaik untuk mengoptimalkan interkonektivitas angkutan massal di Jakarta dan sekitarnya. Kita harapkan dengan selesainya pembangunan statsiun LRT yang diintegrasikan dengan Terminal Kampung Rambutan yang akan menjadi standar buat terminal-terminal di Jakarta, nantinya modernisasi terminal yang terintegrasi dengan antar moda (LRT/MRT/KRL) di Jakarta akan semakin baik,” ujar Menhub Budi Karya saat mengunjungi pembangunan Stasiun LRT di Kampung Rambutan beberapa waktu lalu.
Modernisasi terminal Kampung Rambutan dan Leuwi Panjang memiliki nilai investasi senilai 5,000,000 USD. Terdapat 7 sistem untuk proyek modernisasi terminal tersebut, diantaranya adalah Sistem Penerbitan Tiket, Digital Kiosk, Sistem Online Booking, Sistem Manajemen Terminal, Sistem Pengumuman Suara, Sistem Pengumuman Display, dan Sistem Manajemen Integrasi.
Diharapkan dengan modernisasi yang terintegrasi pada 7 sistem ini, masyarakat akan lebih mudah dalam memesan tiket bus secara online dan realtime. Selain itu juga berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi para pemilik Oto Bus dan pihak terminal dalam pengelolaan data penumpang.
Studi Banding ke Terminal Gangnam dan Daejeon di Korsel
PT NIA dan Kementerian Perhubungan telah melakukan peninjauan dan studi banding ke terminal bus antar kota yang ada di Korea Selatan seperti Gangnam Express Bus Terminal di Gangnam, Kota Seoul dan Daejeon Terminal Complex di Kota Daejeon untuk melihat langsung sistem pengelolaan terminal bus di Korea Selatan.
Setidaknya modernisasi Terminal Kampung Rambutan dan Terminal Leuwi Panjang nantinya konsep pembangunan dan pengelolaannya mengacu pada dua terminal yang ada di Negeri Ginseng tersebut, yaitu terminal di Gangnam, Kota Seoul dan Daejeon Terminal Complex di Kota Daejeon.
Seiring dengan kemajuan pesat transportasi massal angkutan darat dan perkeretaapian di Indonesia dalam lima tahun mendatang, peningkatan kualitas pelayanan terminal yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem transportasi nasional tidak bisa ditawar-tawar lagi. Modernisasi harus segera dilakukan agar selaras dengan kemajuan pengembangan dan pembangunan moda lain.
Minat masyarakat untuk memanfaatkan angkutan umum akan terus meningkat jumlahnya, jika modernisasi sarana dan prasarana transportasi massal ditingkatkan kualitasnya dan memberikan kenyamanan pada masyarakat. Masyarakat juga mulai menggunakan transportasi massal dan mulai meninggalkan memakai kendaran pribadi untuk mobilitasnya.
Ihwal Riwayat Terminal Kampung Rambutan
Terminal Kampung Rambutan, salah satu yang akan direvitalisasi memiliki luas areal 10 hektar, berada di kawasan Jakarta Timur. Terminal ini dibangun menggantikan Terminal Cililitan yang dialihfungsikan menjadi Pusat Grosir Cililitan (PGC) pada 1986 dan selama ini Terminal Kampung Rambutan telah melayani angkutan kota dan luar kota (AKAP) secara konvensional.
Selama empat dekade beroperasi, setidaknya sudah dua kali dilakukan renovasi fisik bangunan, namun model masih pelayanannya masih dengan standar pelayanan konvesional sehingga tidak lagi memadai untuk pengembangan trasportasi massal di era teknologi digital saat ini.
Ketua DPP Organda Arsjad Rasjid menilai Terminal Rambutan sudah tidak berfungsi maksimal dalam melayani angkutan umum baik dalam kota maupun luar kota AKAP, demikian pula kurang diminati masyarakat karena kondisi terminal yang konvesional dan terkesan kumuh.
Dalam waktu dekat, Terminal Kampung Rambutan akan direvitalisasi sekaligus di-upgrade dan diintegrasikan dengan stasiun LRT Jabodetabek dan menyusul stasiun MRT fase 4 yang rencana pembangunannya juga bekerjasama dengan investor Korea Selatan. (IS/AS/HG/RY)