JAKARTA – Di era pandemi Covid-19 saat ini, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan mendorong seluruh perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Perhubungan untuk mampu berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan dan kebutuhan zaman.
Kementerian Perhubungan merupakan salah satu kementerian yang dituntut adaptif dengan perubahan dan perkembangan zaman serta pergerakan teknologi dan perubahan komunikasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sumber daya manusia perhubungan juga dituntut memiliki kualifikasi standar yang tinggi terhadap tantangan dunia transportasi dunia yang kian pesat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, di berbagai kesempatan, mengingatkan kepada jajarannya, bahwa pembangunan SDM transportasi merupakan faktor penting dan harus dapat bertransformasi untuk menyediakan insan transportasi yang memiliki knowledge, skill, dan attitude dengan tujuan pelayanan transportasi yang selamat, aman, nyaman, dan berpedoman kepada peraturan nasional dan internasional yang berlaku.
Rumus Link and Match 8+ i
Untuk meningkatkan kinerja dalam menghadapi tantangan pengembangan SDM di bidang transportasi pada masa pandemi, BPSDMP Kementerian Perhubungan menggelar rapat kordinasi secara virtual yang dihadiri oleh unit kerja BPSDMP di seluruh Indonesia yang dibuka secara langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPSDMP, Dr. Capt Antoni Arif Priadi di Jakarta pada Kamis (8/5). Rapat kordinasi virtual tersebut membahas tantangan dan upaya SDM Perhubungan mewujudkan kinerja layanan yang optimal di masa pandemi melalui kolaborasi dan partisipasi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono, saat memberikan pengarahan melalui sambungan zoom mengatakan, masa pandemi ini mendorong SDM Kementerian Perhubungan khususnya BPSDMP untuk mampu membangun suatu bentuk atau model dalam menjalankan kegiatan, salah satunya pemanfaatan teknologi internet, sehingga memungkinkan kegiatan dapat dijalankan kegiatan secara virtual.
“Saat ini industri kerja tidak hanya melihat kemampuan berdasarkan ijazah saja, tetapi juga memerlukan SDM yang memiliki kualitas dan bisa membuat karya yang bermanfaat, terlebih saat ini juga teknologi telah berkembang pesat. Itulah tantangan BPSDMP, bagaimana upaya untuk mecapai apa yang menjadi fokus besar,” ungkap Djoko.
SDM Perhubungan, tambah Djoko, harus mampu beradaptasi agar menjadikan tantangan pandemi menjadi manfaat untuk menghasilkan karya. Di samping memiliki kemampuan beradaptasi, juga dibutuhkan skill baik individu maupun teamwork. Terutama sebagai SDM di bidang transportasi, harus ditanamkan motif dalam bekerja. “Motif bekerja itu penting kita tanamkan, pertama adalah harus bermanfaat baik itu untuk instansi maupun masyarakat, kedua adalah berkualitas sehingga melatih diri kita untuk dapat berprestasi, motif selanjutnya yaitu menjadi inspirasi.
Senada dengan hal tersebut, Pelaksana Tugas Kepala BPSDMP, Dr. Capt Antoni Arif Pribadi menyampaikan, bahwa dalam pembangunan SDM Transportasi perlu penanganan serius, terutama pada revolusi industri 4.0, karena pekerjaan manusia akan digantikan mesin-mesin canggih dan otomatisasi. “SDM Perhubungan yang dihasilkan harus terhubung dengan industri yang saling mendukung, bukan hanya hubungan bisnis. Dalam hal ini pendidikan vokasi perlu menjawab tantangan kebutuhan akan skill yang spesifik. Pendidikan Tinggi Vokasi dan dunia kerja perlu dilakukan integrasi, melalui Link and match 8+i.” ujarnya.
Link and match yang dimaksud adalah, pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan penguatan aspek softskills, hardskills dan karakter kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia kerja. Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis proyek riil dari dunia kerja (PBL) untuk memastikan hard skills, soft skills dan karakter yang kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran dosen/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja. Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, bagi lulusan dan bagi dosen/instruktur sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja. Keenam, bagi dosen/instruktur perlu ditekankan untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan secara rutin.
Ketujuh, diadakan riset terapan yang mendukung teaching factory berdasarkan kasus atau kebutuhan. Kedelapan, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja.
“Dalam kedelapan program tersebut, harus ada keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi, yang diikat dengan kerja sama meliputi beasiswa, ikatan dinas, serta donasi dalam bentuk peralatan laboratorium dan simulator. Kunci dari pembangunan SDM ini adalah kolaborasi” pungkas Antoni. (IS/AS/HG/HT/JD)