(Jakarta, 08/07/10) Masih minimnya ketersediaan sarana transportasi yang ditunjang dengan kualitas pelayanan yang belum maksimal, membuat gundah gulana ratusan pelajar yang tergabung dalam Forum Pelajar Indonesia. Sejauh mana peran Pemerintah terhadap kondisi tersebut, serta program apa yang tengah disiapkan, juga tak luput dari sorotan mereka. Bertempat di Ruang Mataram, Kantor Kemenhub, Jalan Medan Merdeka Barat 8, Jakarta Pusat, para pelajar itu menuangkan seluruh curahan isi hatinya kepada Menteri Perhubungan, Kamis (8/7).
Mewakili Menteri Perhubungan, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Perhubungan Dedi Darmawan memuji kekritisan yang dimiliki para pelajar. ”Bagus-bagus dan tajam-tajam pertanyaaannya. Sempat agak kewalahan juga mencari jawaban yang tepat dan bisa memuaskan mereka. Saya senang dan berharap bisa memfasilitasi lagi diskusi interaktif seperti ini dengan mereka,” ujar Dedi usai acara.
Misalnya, ketika salah seorang peserta mempertanyakan tentang upaya pemerintah dalam menciptakan sarana transportasi terpadu antarmoda, dan membandingkan kondisi transportasi di Indonesia dengan yang ada di Jerman. ”Pemerintah Jerman telah berhasil menciptakan sarana intermoda dengan sistem tiket terpadu, dan menggratiskan biaya transportasi buat masyarakat. Sementara di Indonesia, kondisi sarana transportasinya masih seperti yang kita ketahui sekarang ini. Bisakah Pemerintah Indonesia membuat sistem transportasi seperti di Jerman itu,” ujar Saragih, peserta dari Jakarta.
Menjawab itu, Dedi Darmawan mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia juga memiliki harapan yang sama dengan dirinya tentang sistem transportasi moderen yang baik dan nyaman, yang mengedepankan sistem keterpaduan antarmoda. ”Sistem transportasi kita memang mengarah ke sana. Seperti arahan Presiden, sejak beberapa tahun lalu, Kementerian Perhubungan diminta untuk fokus menciptakan sistem yang didukung dengan tiket terpadu itu. Secara perlahan kita benahi sarana dan prasarana yang ada. Untuk tiket terpadu sendiri, saat ini formulanya sedang disiapkan lebih matang,” katanya.
Dedi menambahkan, adalah hal yang tidak mudah bagi pemerintah untuk merealisasikan sistemketerpaduan tersebut, mengingat telah puluhan tahun masing-masing moda transportasi berjalan dengan caranya sendiri. ”Sehingga agak susah untuk menyatukannya. Kalau ini sudah terealisasi, bukan tidak mungkin untuk diberikannya layanan gratis, misalnya untuk lansia maupun pelajar, sehingga kita bisa menyamai Jerman,” lanjut dia.
Tak ubahnya diskusi yang melibatkan pengamat transportasi, para pelajar itu juga menyoroti dengan tajam perihal ketersediaan armada transportasi di daerah terpencil dan tertinggal yang hingga kini masih belum tersentuh, khususnya sarana bagi pelajar-pelajar di wilayah tersebut. ”Masih ada kawan-kawan kami yang harus menyeberangi sungai dan melintasi gunung untuk ke sekolah. Apakah pemerintah bisa memberikan sarana di daerah-daerah itu?” ujar Rizki, asal Sukabumi, Jawa Barat, dengan penuh semangat.
Dedi menjawab, pada dasarnya penyediaan sarana perintis untuk membuka keterisoliran wilayah-wilayah yang dicontohkan tersebut, merupakan program jangka panjang pemerintah yang telah dilakukan sejak era pemerintahan orde baru hingga saat ini dan di masa mendatang. ”Tetapi itu dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kondisi keuangan yang tersedia. Tetapi setiap tahun pasti ada anggaran yang disediakan dengan jumlah besar untuk keperintisan ini,” jelasnya.
Dedi berharap, forum semacam ini harus dapat dipertahankan dan didukung oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam rangka upaya sosialisasi. ”Karena ini wadah yang tepat untuk menyampaikan program yang kita jalankan. Mereka anak-anak pintar dan cerdas, generasi penerus berbakat yang harus kita pupuk dan berdayakan keberadaannya. Mereka yang kita harapkan bisa menggantikan kita untuk membangun sistem transportasi nasional yang jauh lebih maju ke depan,” imbuhnya.
Forum Pelajar Indonesia merupakan wadah organisasi ekstrakurikuler independen yang dikelola sendiri oleh para pelajar tersebut untuk menimba berbagai ilmu dari luar sekolah. Salah satu agendanya adalah mengunjungi instansi pemerintahan seperti Kementerian Perhubungan dan menggelar diskusi interaktif dengan petinggi lembaga maupun pejabat yang berkompeten memfasilitasi mereka. Para pelajar yang berada di forum ini adalah orang-orang terpilih yang memiliki beragam prestasi membanggakan, baik di tingkat wilayah hingga kabupaten/kota serta provinsi masing-masing.
”Proses penyeleksian kita cukup ketat, karena kita nggak mau peserta yang ikut dalam forum ini main-main. Tahun ini merupakan tahun kedua. Kepanitiaannya kami susun sendiri, terdiri dari alumni angkatan pertama, demikian seterusnya. Untuk agenda sendiri, kami melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai lokasi, terutama lembaga pemerintahan di Jakarta untuk berdiskusi,” jelas Arya, salah seorang panitia. Target dari dilaksanakannya program ini, menurutnya, para peserta diharapkan bisa melakukan aksi nyata berbekal pengetahuan yang diperolehnya sepanjang kegiatan yang digelar sejak 5-11 Juli itu. (DIP)