(Jakarta, 12/3/2012) Realiasi pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), bisa dipastikan akan membantu meningkatkan perekonomian Tanah Air dan pemerataannya bisa terjadi antara perkembangan di Jawa dan Sumatera. Saat ini di Jawa perkembangan perekonomian paling tinggi yakni mencapai 60% sementara Sumatera masih 20%, disusul Kalimantan 10%, dan sisanya untuk Indonesia Timur 10%.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengemukakan, dengan pembangunan JSS maka akan menyatukan Selat Malaka dan Selat Sunda dan memudahkan transportasi sehingga menjadi pendorong yang sangat cepat dari yang lain.

"Pembangunan JSS, akan memberikan efek positif untuk perkembangan perekonomian di Jawa dan Sumatera. Pemerataannya bisa mulai dilakukan dengan koridor ekonomi yang baru dan 80% akan kuat di wilayah Barat," ujar Wamen disela-sela peluncuran buku terbarunya Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah di Jakarta, Senin (13/3).

Untuk pemerataan pembangunan infrastruktur ditambahkan Bambang, sulit untuk menentukan prioritasnya karena semua daerah memang membutuhkan pembangunan untuk kemudahan transportasi dan meninkatkan perekonomian. Untuk itu, bisa dilakukan dengan membangun semunya sama-sama walaupun seolah-olah kecil dan menonjolkan daerah-daerah tertentu namun sebetulnya diperlukan untuk membuat dasarnya.

Dengan pembangunan JJS dan mempercepat MP3EI  basisnya adalah pembangunan dasar di Wilayah-wilaya baik di Jawa maupun di Sumatera. Selain itu, menurut Bambang bisa juga dengan memberdayakan angkutan feri yang sudah ada di pelabuhan penyeberangan dengan meningkatkan pengelolaan pelabuhan, pengelolaan kapal, dan manajemen kapal dan bisa melakukan pengalihan dari Merak-Bakauheuni dan sebaliknya dengan mengembangkan Shorting shiping.

"Dengan melayari kapal dari Tanjungpriok-Bojonegoro atau Padang, atau Palembang sehingga beban di penyebrangan dapat berkurang," imbuh Bambang.

Apabila dilakukan, maka truk-truk yang biasanya melakukan penyebrangan melalui Merak atau Bakauheuni maka akan lebih sedikit dan infrastruktur jalan bisa lebih mudah untuk dilakukan perbaikan. Namun demikian, lanjut Bambang, itu masih hipotesa dan perlu dari sekarang dilakukan antisipasi dan pencegahannya sehingga apabila sudah mendekati waktunya tidak terjadi hal-hal yang tidak terprediksi sebelumnya. (CHAN)