JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Dirjen Perhubungan Laut dan Dirjen Perhubungan Udara untuk memperbaiki sistem informasi pelayanan cuaca guna meningkatkan keandalan informasi cuaca. Demikian disampaikan Menhub dalam kunjungannya ke Kantor BMKG didampingi Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perhubungan pada Rabu (15/2).
“Saya mengajak beberapa eselon I di Kemenhub agar hubungan kerja ini lebih intens, jangan sampai ada delay waktu berkaitan dengan informasi yang kami peroleh dari BMKG. Oleh karenanya saya ajak untuk berkomunikasi bagaimana kita meningkatkan fasilitas yang ada,” terang Menhub.
Menhub menjelaskan bahwa Indonesia sudah memiliki satu alat yang mampu mengkomunikasikan peringatan dini bila akan terjadi tsunami dalam waktu 5 menit agar saudara-saudara kita yang ada di daerah tersebut mampu mengantisipasi sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
“Kita harus elaborasi lagi dengan BMKG dan pelaku-pelaku industri lain agar informasi peringatan terjadinya tsunami bisa dikomunikasikan dengan cepat, mungkin bisa dalam waktu 2 menit seperti di Jepang,” ujar Menhub.
Lebih lanjut Menhub meminta BMKG untuk intensif membicarakan dengan Dirjen Perhubungan Laut dan Dirjen Perhubungan Udara untuk menemukan cara yang paling cepat, sistematis, serta murah untuk meningkatkan keselamatan di bidang penerbangan dan pelayaran.
“Kami bersama BMKG akan mengusulkan apakah ada satu satelit tertentu yang independen untuk Indonesia yang bisa memantau kegiatan-kegiatan penerbangan dan pelayaran, serta akan kita pikirkan bersama apakah kita perlu kerjasama dengan suatu negara,” papar Menhub.
Terkait kondisi cuaca yang ekstrim saat ini, Menhub menjelaskan bahwa Kemenhub sudah melakukan rekomendasi agar penerbangan dan pelayaran untuk menggunakan prakiraan cuaca dari BMKG agar perjalanan menjadi aman.
“Itu berlaku baik di udara dan laut," jelas Menhub.
Sementara itu, Kepala BMKG, Andi Eka Sakya menjelaskan bahwa informasi cuaca untuk dunia pelayaran berasal dari pengamatan yang dikonversikan kedalam bentuk informasi tinggi gelombang, arah angin dan arah gelombang. Informasi tersebut sudah diinfokan kepada bandara dan masyarakat nelayan melalui radio pantai.
“Tapi tentu kita membutuhkan peningkatan kerapatan dalam pengamatan untuk meningkatkan ketelitian dari informasi yang kita sampaikan lebih detail. Melihat Indonesia mempunyai 3.5 juta km persegi dan tentunya ini menjadi tantangan kedepan bagi BMKG,” papar Andi.
Terkait dengan penggunaan satelit, saat ini BMKG telah bekerjasama dengan Amerika Serikat, Jepang dan Cina dalam hal pemanfaatan informasi untuk cuaca. "Bahkan satelit Jepang telah mampu memberikan informasi dalam waktu 10 menit sekali, sehingga prakiraan cuaca BMKG sudah cukup akurat. Namun, dengan adanya satelit sendiri tentu lebih baik lagi," demikian Andi menambahkan.
Dalam kunjungannya, Menhub Budi menyaksikan langsung simulasi alat yang dimiliki BMKG, yaitu pertama peringatan dini tsunami serta pusat cuaca. Melalui alat simulator Gempa Bumi (Earthquake Simulator), Menhub didampingi Kepala BMKG merasakan gempa yang terjadi di Simeuleu Aceh pada 11 april 2012 dengan kekuatan 8.5 skala richter pada kedalaman 10 km. (LFH/TH/BS/JAB)