(Solo, 27/09/09) Proses pelaksanaan angkutan Lebaran 2009 (1430 H) relatif jauh lebih baik dari pelaksanaan angkutan Lebaran tahun 2008. Salah satu tolok ukurnya adalah terciptanya koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam mengatasi kendala-kendala yang ada di lapangan.
Hal itu ditegaskan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal saat memantau arus balik di sejumlah kota di Jawa Tengah, Minggu (27/9). Sepanjang pengabdiannya menjadi Menteri Perhubungan pada kurun tiga tahun terakhir, akunya, pelaksanaan angkutan lebaran kali ini dinilai merupakan yang terbaik dari tahun-tahun sebelumnya.
"Saya sangat appreciated, bila dibandingkan dengan tahun lalu, saat ini koordinasi antara pemerintah daerah, polda-polda, dinas perhubungan, dan seluruh pihak terkait sangat baik dalam menangani persoalan di lapangan," ujar Menhub usai meninjau Terminal Bus Tirtonadi di Solo.
Termasuk juga pers, Menhub menambahkan, melalui pemberitaan-pemberitaan tentang situasi nyata di lapangan yang dapat dipantau langsung oleh para pemudik. Dengan informasi aktual tersebut masyarakat bisa mengatur waktu perjalanan mereka yang disesuaikan dengan jarak tempuh, serta jalur mana yang harus dilalui. "Pers sangat membantu dalam melancarkan arus mudik," katanya.
Menhub menambahkan, berdasarkan informasi aktual yang disajikan media baik cetak maupun elektronik tersebut, salah satu dampak yang terjadi adalah adanya penurunan signifikan jumlah pemudik berkendara roda dua di jalan raya secara nasional hingga 30 persen dari tahun lalu.
"Banyak masyarakat yang beralih memanfaatkan jasa kereta api untuk mudik dan membawa sepeda motor mereka ke kampung halaman. Jumlah sepeda motor yang diangkut KA selama mudik cukup tinggi," jelasnya.
Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso yang turut mendampingi Menhub menambahkan, penumpukkan arus kendaraan roda dua di jalur-jalur utama mudik juga mengalami penurunan drastis akibat banyaknya jalur alternatif yang dibuka.. "Penyebarannya jadi merata, pemudik sepeda motor tidak lagi saling rebutan meliintas di jalur utama," jelasnya.
Sementara di sisi lain, lanjut Menhub, kondisi menurunnya jumlah sepeda motor tersebut turut memberikan kontribusi pada proses kebangkitan angkutan KA, di mana pada sejumlah kota terjadi lonjakan penumpang yang sangat signifikan.
"Seperti di Kediri dan Madiun, misalnya, terjadi lonjakan penumpang yang cukup tinggi di luar perkiraan kita. Angkutan umum bus yang sebelumnya kita perkirakan melonjak karena berkurangnya mudik gratis, juga turut mempengaruhi angkutan kereta api," kata Menhub.
Menurut Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan, kereta api pada masa Lebaran ini memang mengalami peningkatan volume yang signifikan. Namun dengan persiapan armada yang mencukupi, tak sempat terjadi kasus penumpang yang terangkut.
Pada masa puncak arus balik Sabtu (26/9) kemarin misalnya, papar dia, perbandingan jumlah penumpang secara komulatif dengan tahun lalu mencapai 102 persen.
"Untuk kelas ekonomi saja, jumlah penumpang yang terangkut sebanyak 1.494.752 orang, sementara masa yang sama tahun lalu 1.405.430 orang. Perbandingannya sebesar 106 persen. Kelas bisnis dan eksekutif pada masa peak kemarin juga meningkat antara 92-97 persen," jelasnya.
Menhub menambahkan, antusiasme penumpang di sejumlah titik jalur pelayaran dan penerbangan juga di luar perkiraan. Untuk pelayaran, di jalur Sampit-Surabaya, sebutnya, naik 100 persen dari tahun lalu menjadi 103.000 orang penumpang. Sementara penumpang pesawat meningkat dari tahun lalu hingga 24 persen, atau lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar 15 persen.
Menhub mengatakan, pergeseran menyolok lonjakan penumpang antara prediksi dengan kenyataan tersebut memang menjadi persoalan tersendiri bagi pelaksanaan angkutan Lebaran kali ini. "Perbedaan antara prediksi dengan kondisi di lapangan ini disebabkan oleh majunya jadwal penetapan hari lebaran," ujar Menteri.
Kendati terjadi peningkatan jumlah penumpang di luar prediksi pada beberapa titik, Menhub menegaskan, hal itu tidak memicu kepanikan petugas maupun operator angkutan lebaran di lapangan. "Karena koordinasi yang sangat baik seluruh pihak terkait, semua bisa tertangani," katanya.
Masalah kemacetan di jalur darat, Menhub Jusman menjelaskan kepadatan yang terjadi bukanlah stagnasi total melainkan kemacetan yang sudah bisa diurai dalam waktu 3-4 jam. Kemudian di stasiun maupun pelabuhan yang terjadi penumpukkan penumpang, juga bisa tertangani dengan kesiapan armada cadangan yang ada. (DIP)