JAKARTA - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga, Jumat (30/12), kembali pengawasan lancarnya angkutan masa liburan panjang dengan meninjau langsung pelaksanaan pemberangkatan penumpang di beberapa pool bus di Jabodetabek.
Berangkat dari kantornya di Jl. MT Haryono Kav
45-46, Elly beserta rombongan melihat kesiapan awak bus dan sarananya,
serta fasilitas penumpang dan awak di pool Bus Primajasa Cawang dan Pool Bus
Damri di Kemayoran Jakarta.
"Kami sengaja keliling untuk mengawasi dan
memastikan lancarnya angkutan jelang tahun baru ini. Kami juga membawa dokter
untuk memastikan kesehatan para awak bus. Banyak kecelakaan akibat kesalahan
manusia, yang salah satunya akibat awak busnya tidak fit, jadi sulit
konsentasi. Karna itu kita bawa dokter, untuk pastikan pelayanan kepada
masyarakat semaksimal mungkin," kata Elly.
Saat mengecek kesehatan awak bus, dokter yang
ikut dalam rombongan menemukan satu sopir yang tidak boleh berangkat karena
hypertensi.
"Ada sopir jurusan Jakarta - Bandung yang
terpaksa harus kami larang berangkat. Tensinya 160/100.
Tinggi sekali, sangat berbahaya," kata Elly.
Sopir bus Primajasa yang bernama Sofyan tersebut
terpaksa digantikan karena kondisinya tidak stabil akibat kelelahan.
"Pak Sofyan ini kelelahan, kurang
istirahat. Penutupan jalan tol akibat jembatan Cisomang membuat perjalanan
Jakarta - Bandung menjadi panjang.p Terlebih lagi arusnya padat," jelas
Elly.
Pihak pool Primajasa segera menempatkan sopir
pengganti agar para penumpang bisa tetap berangkat.
Selain meninjau pelaksanaan pemberangkatan
penumpang di pool Primajasa Cawang, Elly dan rombongan juga melihat langsung
pemberangkatan dari pool bus Damri di Kemayoran.
"Seluruh bus Damri dan juga Primajasa yang
dicek hari ini Lulus, semua mendapat surat perintah jalan," ujan Elly.
Selain itu, Elly juga mendatangi gudang suku
cadang pool Damri dan Primajasa. Menurut Elly, suku cadang bekas seperti ban
harus diurus dengan baik dan diolah kembali untuk mendapatkan keuntungan lain.
"Di luar negeri, ban bekas bisa diolah
kembali menjadi gas. Di sini (Primajasa), ban bekas diolah menjadi kursi, tong
sampah, dan benda lain oleh pengrajin dari Tasik. Jadi tidak dibuang,"
papar Elly. (HUMASBPTJ)