(Yogyakarta, 18/07/2012) Kawasan timur Jabodetabek seperti Jababeka dan Karawang akan dikembangkan menjadi area logistik. Nantinya di daerah tersebut akan di bangun bandara dan pelabuhan yang saling terintegrasi guna menunjang pengembangan kawasan tersebut. Demikian disampaikan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di sela-sela acara "The3rd Vice Ministerial Level Meeting in the Transport Sector" antara Indonesia dan Jepang di Yogyakarta (18/07).
Bambang mengambil contoh pengembangan bandara baru di Kawarang. Ia melihat studi bandara baru ini tidak semata-mata pembangunan bandaranya saja, tapi justru melihat bagaimana bandara baru ini nantinya akan dikombinasikan dengan pelabuhan baru, yaitu Cilamaya yang berada di satu area yang sama. "Lebih jauh lagi hal ini akan diintegrasikan lagi dengan industri di Cikarang atau di Jababeka, karena salah satu industri terbesar di Asia Tenggara saat ini adalah di Jababeka," ujarnya.
Pelabuhan Cilamaya dengan Bandara Karawang masih satu area. Penentuan di mana pasnya posisi bandara tersebut akan dibangun masih belum ditemukan. "Hal ini tersebut masih di kaji, Karena dalam MP3EI, koridor pantura antara Jakarta dan Surabaya akan nyambung. Apalagi jika double track sudah jadi, sehingga nanti pusat-pusat ekonomi baru pasti bakalan tumbuh," terang Bambang.
Saat ini studi untuk pengembangan kawasan tersebut masih terus dilakukan antara Indonesia dan Jepang. "Jepang mempunyai kepentingan di kawasan itu karena salah satu industri terbesar mereka ada di Jababeka," tambah Bambang.
Bambang kembali menjelaskan, dari hasil studi itu, akan didapatkan langkah-langkah pengembangannya. "Nah ini yang akan di explore di situ, termasuk nanti pengembangan kereta api logistik. Ini semua berjalan dan inilah yang mau dilakukan penajaman oleh Jepang, sampai dimana studinya, apa pandangan Indonesia, dan kita juga ingin tahu advertise dari mereka," jelas Bambang.
Vice Ministerial Level Meeting in the Transport Sector antara Indonesia dan Jepang bersifat menjembatani antara pertemuan di level pembuat kebijakan dengan yang ada di level operasional. Tujuannya adalah memperbaharui dan meningkatkan upaya-upaya yang dilakukan secara bilateral khususnya untuk pengembangan transportasi di Indonesia, mencakup semua moda moda yaitu darat, laut, udara dan kereta api.
Dari tahun ke tahun,terdapat perubahan-perubahan di meeting ini yang terjadi karena dinamika dari perkembangan ekonomi dunia. Sebagai contoh, pada pertemuan pertama, unsur dari nonpemerintah tidak terlalu banyak, tapi semakin ke depan justru dilihat sebagai koordinasi dua stakeholders meeting, bahkan unsur swastanya lebih banyak dari unsur pemerintah. "Hal itu menunjukkan bahwa di level implementasi dari kebijakan menunjukkan bahwa sekarang sedang dieksplor area-area mana yang bisa dilakukan kerjasama," katanya. (HH)