(Puerto Princesa, 27/6/2011) Indonesia dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Perhubungan mengikuti pertemuan the 8th BIMP-EAGA (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines – East Asean Growth Area) transport, infrastructure, information communication technology (TIICTD) cluster meeting yang berlangsung selama 4 hari (20-23 Juni 2011) di Puerto Princesa, Palawan, Filipina.
Pertemuan ini membahas implementasi dari beberapa proyek prioritas untuk menunjang keterhubungan sub-regional BIMP-EAGA. Proyek-proyek tersebut meliputi pengembangan rute-rute penerbangan baru, keterhubungan transportasi laut, dan penekanan keterhubungan transportasi laut dengan menggunakan fasilitas Ro-Ro antar keempat Negara ASEAN tersebut.
Asisten Secretary Departemen Transportasi dan Komunikasi Filipina dalam welcome remarks-nya mengatakan, pertemuan ini bertujuan untuk memperdalam kerjasama dan solidaritas negara-negara dalam kawasan sub-region BIMP-EAGA dalam merealisasikan tujuan utama BIMP-EAGA. “Khususnya tujuan menjadikan sub-region BIMP-EAGA sebagai lumbung pangan ASEAN dan sebagian ASIA serta tujuan utama ekowisata regional melalui keterhubungan transportasi udara, laut dan darat,” katanya.
Sementara Chairman BIMP-EAGA yang juga Direktur Transportasi Kementerian Transportasi dan Komunikasi Brunei Darussalam Pengiran Haji Mohd. Zain mengatakan pertemuan ini membahas mengenai perkembangan terbaru dalam rute transportasi baik itu melalui darat, laut, maupun udara yang menghubungkan negara-negara sub-regional BIMP-EAGA. “Kami akan membahas dan mendiskusikan mengenai kemungkinan adanya rute baru yang menghubungkan antar negara sub-regional BIMP-EAGA, sehingga dapat terkoneksi dengan baik untuk memudahkan perpindahan orang maupun barang secara regional,” jelasnya.
Diantara rute penerbangan yang akan dibicarakan pada pertemuan ini adalah rute penerbangan untuk Kuching (Malaysia)-Brunei, Kota Kinabalu (Malaysia)-Brunei, Tawau (Malaysia)-Tarakan (Kalimantan Timur), dan Balikpapan (Kalimantan Timur)-Bandar Seri Begawan (Brunei). Pemerintah Filipina pada akhir tahun ini menargetkan dapat menyelesaikan Pelabuhan Davao, General Santos dan Pelabuhan Zamboanga. Sedangkan Indonesia, berencana untuk mengembangkan Pelabuhan Manado dan Palabuhan Bitung. Namun demikian, Brunei tidak merencanakan untuk mengembangkan pelabuhannya pada tahun ini.
F. Budi Prayitno, Ketua Delegasi Indonesia menambahkan, pertemuan ini juga membahas persiapan MoU di sektor transportasi yang akan ditandatangani pada pertemuan tingkat menteri. “Salahsatunya adalah MoU tentang perluasan co-terminal penerbangan, mereka minta Bandara Ngurah Rai Bali, tapi kita akan menawarkan Bandara Adi Sumarmo Solo,” jelasnya. Pertemuan ini dibagi menjadi 4 working group, yaitu air linkages working group, sea lingkages working group, land lingkages working group, dan construction and construction material working group. Selain itu dalam pertemuan ini juga diselenggarakan pertemuan sektor swasta untuk yang pertama kalinya, Indonesia diwakili oleh PT. Garuda Indonesia dan Perum DAMRI (BU)
Pertemuan BIMP-EAGA Tekankan Konektivitas
Konektivitas antar negara menjadi materi pembahasan yang mengemuka dalam pertemuan BIMP-EAGA tersebut dalamr angka mewujudkan visi BIMP-EAGA sebagai lumbung pangan ASEAN dan sebagian ASIA serta tujuan utama ekowisata regional. “Untuk mewujudkan visi BIMP-EAGA, maka konektivitas udara, laut dan darat antar negara harus terlaksana. Hal ini untuk memudahkan perpindahan orang dan barang antar negara, maka dibutuhkan konektivitas transportasi yang terintegrasi antarnegara,” kata Mohd. Zain.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, konektivitas tersebut sangat penting mengingat peran BIMP-EAGA sangat penting dalam mendukung integrasi ekonomi ASEAN. Peningkatan konektivitas BIMP-EAGA tersebut menurutnya sejalan dengan Master Plan on ASEAN Connectivity. Konektivitas yang baik akan mampu melancarkan arus barang, investasi, orang, jasa dan informasi sehingga memudahkan integrasi ekonomi ASEAN. Selain itu konektivitas regional juga dapat menunjang konektivitas ASEAN dengan kawasan di luar ASEAN. “Secara umum TIICTD cluster ini merupakan salah satu yang menonjol dan memegang peranan penting dalam mendukung implementasi Master Plan on ASEAN Connectivity,” jelasnya.
Indonesia menegaskan dukungannya terhadap konektivitas sub regional BIMP-EAGA, hal tersebut selain karena sejalan dengan konektivitas ASEAN juga karena dapat menjembatani kesenjangan pembangunan antar ASEAN, khususnya wilayah timur Indonesia. Namun demikian Indonesia menekankan agar konsep konektivitas juga mengedepankan konektivitas domestik. (BU)