JAKARTA - Etika berlalu lintas menjadi sangat penting karena di jalananlah kini aktivitas masyarakat lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat lainnya, dari pagi hingga malam hari. Keseruan bertransportasi itu terus terjadi. Begitu banyak aktivitas masyarakat pengguna jalan menyebabkan jalan menjadi sangat padat yang berakibat timbulnya permasalahan lalu lintas, mulai dari kemacetan, pelanggaran lalu lintas, hingga kecelakaan lalu lintas.
Berbagai permasalahan lalu lintas tersebut di atas terjadi disebabkan salah satunya karena adanya kelalaian, kurangnya pengetahuan dan pemahaman berlalu lintas yang benar. Juga bisa disebabkan oleh pengabaian, ketidakpatuhan terhadap rambu-rambu dan peraturan lalu lintas yang sudah ada, serta mengabaikan atau acuh tak acuh terhadap keselamatan orang atau pihak lain dalam menggunakan jalan raya untuk beraktivitas.
Data yang dilansir dari sumber laporan Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri (2022) menyebutkan kecelakaan lalu lintas tertinggi di Indonesia disebabkan oleh kecerobohan pengendara. Hal itu sejalan dengan data yang dilansir oleh PT Asuransi Jasa Raharja (2023) yang menyebutkan dari data kecelakaan lalu lintas yang ada secara nasional, ±83 % disebabkan oleh faktor manusia.
Edukasi Berlalu Lintas Penting
Edukasi berlalu lintas penting dan harus dilakukan sejak dini, mulai dari kelompok manusia kanak-kanak sampai yang dewasa, kelompok pejalan kaki sampai pengemudi, para regulator sampai operator transportasi dan lain sebagainya.
Bentuk kegiatan yang paling utama adalah pendidikan etika berlalu lintas atau traffic education. Peserta didik yang ada di satuan pendidikan, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga pendidikan tinggi seyogyanya diperkenalkan dan dibiasakan untuk mengenal dan memahami etika berlalu lintas sejak dini.
Khusus bagi anak-anak yang duduk di TK atau tingkat Sekolah Dasar mereka perlu diberi latihan seperti mengenal rambu-rambu dan tanda-tanda lalu lintas lainnya dengan metoda pembelajaran yang ringan dan menyenangkan sehingga menjadi pengetahuan bawah sadarnya. Bagi sekolah-sekolah lanjutan pengetahuan etika berlalu lintas dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran tertentu seperti pada saat masa pengenalan lingkungan siswa, atau event-event tertentu yang diselenggarakan oleh sekolah. Peran sekolah dalam mengedukasi etika berlalu lintas sangat penting dan sangat besar.
Berikut adalah beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam etika berlalu lintas; pengendara bermotor wajib mempunyai surat izin mengemudi (SIM) dan wajib mengetahui dan mematuhi semua aturan lalu lintas yang berlaku, pengendara wajib tertib dan sopan dalam berkendara, menghormati sesama pengguna jalan sehingga tidak menimbulkan kecelakaan; pengendara harus mengenakan alat pelindung diri seperti helm, jaket dan sepatu; kendaraan yang digunakan harus layak jalan, lengkap dengan lampu dan semua bagian kendaraan berfungsi dengan baik; pengendara wajib mengutamakan keselamatan diri dan pengguna jalan lain, mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda. Selain itu pengendara juga diwajibkan untuk memakai helm, mengenakan mengenakan sabuk pengaman, tidak melawan arus, tidak ngebut, dan melakukan tindakan yang berbahaya bagi orang lain, tidak mengendari kendaraan bermotor sambal menelpon, atau mabuk dan tindakan lainnya yang membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.
Edukasi Bertransportasi Seru Pada Anak-Anak
Kementerian Perhubungan (Kemehub) dan semua jajarannya baik yang berada di Pusat maupun yang di daerah-daerah sebagai stakeholder regulator dan yang diamanahi Pemerintah dalam membangun budaya bertransportasi yang aman, nyaman dan selamat, bersama stakeholder yang lain memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi masyarakat yang patuh dan memahami etika berlalulintas yang baik dan benar.
Sebagai upaya memantik kesadaran beretika berlalu lintas bagi masyarakat, khususnya bagi para peserta didik sekolah, Kemenhub berkolaborasi dengan instansi lainnya menyelenggarakan kampanye ‘Bertransportasi Seru’ bagi anak-anak sebagai bagian dari memperingati Hari Anak Nasional, yang diselenggarakan di Taman Literasi Martha Cristinatiahahu, Jakarta Selatan pada tanggal 3 Agustus 2023 lalu. Acara ini diikuti sebanyak 50 siswa-siswi sekolah dasar dari siswa-siswa SDN Joglo 01, Jakarta Barat, SDN Cakung Barat 01, Jakarta Timur, SDN Pekayon Jaya VI, Bekasi, Jawa Barat; SDN Pangkalan Jati 01, Depok, Jawa Barat dan SDN Sudimara 1, Tangerang, Banten.
Anak-anak yang mengikuti kampanye “Bertransportasi Seru” dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok diajak berkeliling ke pos Selamat, Etika, Rapi, dan Ubah. Di setiap pos selama 15 menit, anak-anak diberikan bekal pengetahuan tentang keselamatan berlalu lintas, etika bertransportasi, dan budaya tertib berlalu lintas oleh petugas yang sudah menempati pos diantaranya ada dari Ditjen Perhubungan Darat, Kepolisian Republik Indonesia, dan BPTJ. Pos Ditjen Perhubungan Darat menyampaikan regulasi dan aspek-aspek keselamatan bertransportasi, seperti pengetahuan mengenai rambu-rambu lalu lintas. Sementara pos Kepolisian Republik Indonesia menyampaikan materi tentang sanksi dan akibat dari pelanggaran lalu lintas. Pos 3 adalah Ibu Johanna Ernawati yang menyampaikan materi tentang pengetahuan karakter siswa SD dalam bertransportasi, seperti etika menggunakana transportasi dan etika menghormati petugas transportasi.
Selesai dari ketiga pos tersebut, anak-anak kemudian diajak naik MRT dan Transjakarta hingga bundaran HI. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak bisa merasakan langsung pengalaman bertransportasi menggunakan kendaraan umum.Pada acara ini juga, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) juga mengajarkan anak-anak untuk mulai memanfaatkan angkutan umum massal dan non motorized transportation sebagai suatu kebiasaan bertransportasi yang lebih bermanfaat bagi lingkungan dan bagi diri sendiri.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Komunikasi dan Informasi Publik (BKIP) Kemenhub, Sri Rejeki Budi Rahayu, yang mewakili Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan dalam kesempatan tersebut mengungkapkan melalui kampanye "Bertransportasi S.E.R.U!", anak-anak diberikan edukasi tentang keselamatan dan etika bertransportasi. Karena pada usia ini, anak-anak sedang dalam tahap yang penting dalam pembentukan karakter dan perilaku. Anak-anak dikenalkan dengan 4 pilar, yaitu Selamat, Etika, Rapi, dan Ubah, sebagai alat bantu proses internalisasi dalam memahami pentingnya aturan dan peraturan dalam bertransportasi. Sehingga anak-anak dapat belajar tentang pentingnya menggunakan trotoar, menyeberang jalan dengan selamat dan aman, mengenakan helm saat bersepeda, dan mengutamakan keselamatan ketika menggunakan kendaraan umum.
Selain itu, menurut Sri Rejeki, pendidikan tentang keselamatan bertransportasi sejak usia sekolah dasar juga membantu dalam menciptakan budaya keselamatan yang kuat di kalangan anak-anak. Mereka akan menjadi contoh bagi teman-teman dan keluarganya. Mereka akan memahami bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Melalui pendidikan yang terarah dan menyenangkan tentang keselamatan bertransportasi, kita dapat membantu pembentukan generasi yang memiliki kesadaran yang tinggi dan bertanggung jawab.
Sri Rejeki berharap, melalui pemahaman yang utuh dan benar tentang "Bertransportasi S.E.R.U!”, anak-anak dapat mulai bertransportasi dengan selamat, aman, bertanggung jawab, dan peduli akan sekitarnya.
“Saya berharap nilai-nilai dari pengetahuan dan pengalaman yang diterima anak-anak ini akan terus dibagikan kepada teman-teman dan keluarga,” ujarnya. (IS/AS/RY/HG)