MAKASSAR - Salah satu permasalahan yang dihadapi di kota-kota besar di Indonesia adalah kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas. Pemerintah kota dituntut menyediakan transportasi angkutan umum yang aman dan nyaman bagi masyarakatnya.

Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, salah satu kota besar di Indonesia menghadapi masalah transportasi. Membaiknya tingkat ekonomi mempercepat bertambahnya kendaraan pribadi. Kondisi ini tidak diimbangi perkembangan infrastruktur jalan sehingga dikhawatirkan jalan-jalan di Makassar macet.

Di Provinsi Sulsel, jumlah kendaraan meningkat 18 persen per tahun. Sementara di Kota Metropolitan Makassar jumlah kendaraan roda 2 meningkat 13-14 persen per tahun dan roda 4 meningkat 8-10 persen per tahun. Sementara pertumbuhan jalan hanya 0,001 persen per tahun.

Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat mencapai 2,4 juta (1,1 juta roda 2 dan 1,3 juta mobil) lebih tinggi dari jumlah penduduknya sebanyak 1,7 juta jiwa.

"Jika tidak ada tindakan yang ekstrim, pada tahun 2017, Kota Makassar akan macet," ungkap Irwan, Konsultan Pengembangan Transportasi Kota Makassar dalam Forum Diskusi Publik Sektor Transportasi "Percepatan Pembangunan Transpotasi Angkutan Umum di Makassar" di Aula Pelindo IV Makassar, Selasa (10/3).

Jumlah kendaraan pribadi akan bertambah jika memasuki tahun ajaran baru. Para mahasiswa dari luar Makassar datang dengan menggunakan kendaraan pribadi baik roda 2 maupun roda 4.

Karena itu menurut dia, harus ada percepatan penanganan masalah transportasi di Makassar dengan menyediakan angkutan umum masal bagi masyarakat. "Angkutan umum yang terintegrasi menjadi solusinya," ujar Irwan.

Pakar transportasi dari Universitas Hasanuddin, Prof. Ir. Sakti Adji Adisasmita memperkirakan pada tahun 2021 seluruh jalan di Makassar berada dalam kondisi kritis.

Karena itu menurutnya, penangangan masalah transportasi di Makassar dalam jangka pendek adalah membangun angkutan umum berbasis bus (Bus Rapid Transit-BRT).

Trans Mamminasata (Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar) adalah layanan BRT untuk melayani kebutuhan angkutan umum bagi komuter di wilayah Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar yang terdiri atas 11 koridor. "BRT ini terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti dengan Bandara Hasanudin dan pelabuhan Soekarno-Hatta," ujar dia.

Dalam jangka menengah, pemecahan masalah transportasi di Makassar adalah pengembangan moda transportasi KA baik monorel untuk dalam kota Makassar maupun kereta yang menghubungkan dengan kota-kota sekitarnya. "Angkutan kereta ini merupakan rencana jangka panjang untuk mengantisipasi masalah transportasi 20 tahun ke depan," tambah Prof. Sakti.

Pengembangan kereta api Makassar-Pare Pare merupakan awal dari pengembangan kereta api Trans Sulawesi yang dilakukan secara bertahap melalui cluster-cluster yaitu Makassar-Pare Pare-Mamuju, Palu-Poso, Kolaka-Kendari dan Manado-Bitung-Gorontalo.

Antar Angkutan Tidak Saling Mematikan

Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Dinas Perhubungan Sulsel Muhammad Arafah memaparkan, pengembangan transportasi Kota Makassar diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan dalam 20 tahun ke depan. "Kita harus lakukan dari sekarang untuk mengantisipasi 20 tahun ke depan," ujar Arafah.

Angkutan masal berbasis bus (BRT) Mamminasata dengan 11 koridor akan terintegrasi secara utuh. Namun demikian, ia mengakui pengembangan BRT memiliki dampak terhadap angkutan umum yang sudah ada seperti pete-pete. "BRT beroperasi di jalur-jalur utama Kota Makassar, sementara pete-pete beroperasi di jalan-jalan lingkungan menjadi pengumpan BRT," papar Arafah.

Dengan adanya pembagian wilayah operasi tersebut, maka pengembangan BRT di Kota Makassar tidak mematikan angkutan umum yang sudah ada. (SNO)