Railbus Bathara Kresna bergerak perlahan meninggalkan stasiun Purwosari Solo beberapa saat setelah Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo meniupkan peluit panjang.
Meski saat itu ada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, namun penghormatan untuk melepas sekaligus sebagai tanda dioperasikannya kembali railbus yang didominasi warna putih dengan lis merah dengan tulisan Solo The Spirit of Java, dilakukan oleh Walikota Surakarta.
Ada alasan khusus mengapa Menhub justru memberikan kehormatan kepada Walikota untuk melepas railbus Bathara Kresna. Itu ‘dibocorkan’ sendiri oleh Menhub. ‘’Bapaknya pak Walikota dulu juga orang kereta api, sebagai masinis. Oleh karena itu, hari ini saya beri kesempatan kepada pak Walikota untuk memberangkatkan kereta api Bathara Kresna,” ujar Menhub
Setelah Menhub beserta rombongan berada di dalam railbus, Walikota Surakarta kemudian meniup peluit panjang. Setelah Walikota Surakarta berada di dalam, railbus yang terdiri dari tiga gerbong dengan susunan TeC, T dan MC pun bergerak perlahan meninggalkan stasiun Purwosari.
Railbus memiliki panjang 14.120 mm dengan lebar 2.850 mm. Kapasitas tempat duduk 3 rangkaian ini adalah 84 tempat duduk namun mampu menampung maksimal 117 penumpang. Selain dilengkapi dengan pengharum ruangan dan pendingin udara yang membuat kondisi ruangan terasa sejuk, di dalam kabin juga dilengkapi dengan informasi yang menunjukan stasiun berikutnya, jam, dan kecepatan kereta pada saat itu.
Perjalanan dari stasiun Purwosari menuju stasiun Solo Kota hanya ditempuh dengan kecepatan antara 10-13 kilometer/jam. Ketika melintasi jalan protokol Slamet Riyadi, kecepatan maksimal yang diizinkan hanya 20 kilometer per jam. Karena di jalan tersebut, railbus akan bercampur dengan transportasi lain, seperti, sepeda, sepeda motor, mobil pribadi dan bus umum. Ketika melintasi rel lengkung kecepatan maksimalnya hanya 30 kilometer per jam dan kecepatan 40 kilometer per jam ketika melintasi jalan lurus dari stasiun Kota Hingga stasiun Wonogiri. Padahal dari data yang ada, railbus ini bisa berjalan dengan kecepatan maksimal 100 kilometer per jam.
Di sepanjang jalan, terlihat ansusias masyarakat yang melambaikan tangan dan mengabdikan momen penting itu dengan menggunakan kamera ponsel.
Railbus Bathara Kresna memiliki perjalanan sebanyak 2 kali Pulang Pergi (PP), dengan jadwal keberangkatan dari stasiun Purwosari pukul 06.00 wib, berhenti di stasiun Solo Kota, stasiun Sukoharjo, stasiun Pasar Nguter, dan tiba di stasiun Wonogori pukul 07.45 wib. Kemudian dari stasiun Wonogiri akan berangkat pukul 08.00 wib dan tiba di stasiun Purwosari pukul 09.45 wib. Railbus akan kembali berangkat dari stasiun Purwosari pukul 10.00 wib dan tiba di stasiun Wonogiri pukul 11.45 wib, dan kembali bergerak dari stasiun Wonogiri pukul 12.15 wib dan tiba di stasiun Purwosari pukul 14.00 wib. Jadwal perjalanan railbus Bathara Kresna ini pun di pasang di semua stasiun secara menyolok, sehingga mudah terlihat oleh para calon penumpang.
“Railbus ini menjadi semacam feeder bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalan ke arah Jakarta atau Surabaya, baik dengan kereta api atau dengan bus,” kata Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Hermanto Dwiatmoko.
Selama tiga hari sejak railbus dioperasikan, memang di gratiskan. Tapi selanjutnya akan dikenakan harga tiket sebesar Rp 4.000 per penumpang untuk sekali jalan. Mengapa harga tiket bisa demikian murah ? itu karena pemerintah dalam hal ini Kemenhub memberikan subsidi bagi para penumpang kereta perintis ini. Sesuai kontrak yang ditandatangani antara Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tanggal 20 Februari 2015 lalu, pemerintah memberikan subsisi sebesar Rp 8.958.444.475.
Sampai kapan subsisi pemerintah tersebut diberikan? Menhub Jonan menjelaskan, jika dihitung tanpa subsidi, seharusnya harga normal rail bus Bathara Kresna dengan jarak tempuh 37 kilometer ini yaitu antara Rp 25.000 hingga Rp 30.000. Karena pemerintah memandang terlalu mahal, maka di tetapkan harganya Rp 4.000, dan kekurangannya pemerintah yang subsidi. ‘’Kalau ditanya sampai kapan subsidi diberlakukan, ya terserah pak Walikota, apa siap masyarakatnya membayar tiket Rp 30.000 atau pemkot Surakarta siap mengambil alih subsisi,’’ ujar Jonan.
Total dana yang dialokasikan oleh pemerintah untuk proyek ini sekitar Rp 223 miliar. Sebanyak Rp206,810 miliar dialokasikan untuk pengadan bantalan, peningkatan jalan rel, perbaikan dan pembangunan jembatan, pembuatan pintu perlintasan, perbaikan persinyalan, perbaikan dan pembangunan gorong-gorong, perbaikan turap dan drainase serta untuk konsultan supervisi dengan menggunakan mata anggaran tahun 2009 hingga 2014. Sedangkan untuk railbus nya sendiri yang dibeli dari PT INKA (Persero) pada tahun 2012 nilainya Rp16,389 miliar.
Menhub minta kepada Dirjen Perkeretaapian untuk mengalokasikan kembali dana untuk pembelian rangkaian railbus dalam APBN mendatang. Alasannya, kalau hanya satu rangkaian yang beroperasi, sangat bahaya bila railbus mogok atau mengalami kerusakan atau harus dilakukan perawatan. Apalagi railbus ini harus beroperasi rata-rata 148 kilometer setiap harinya.
‘’Idealnya ada dua atau tiga rangkaian yang beroperasi. Selain penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama, bila satu railbus mengalami kerusakan masih ada penggantinya,’’ jelas Menhub yang kemudian disanggupi oleh Dirjen Perkeretaapian.
Walikota Surakarta mengatakan, dengan adanya railbus ini akan menghubungkan Solo dengan kota-kota lainnya yang masuk dalam karesidenan Surakarta, seperti Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri.
Kehadiran railbus Bathara Kresna ini diharapkan dapat menunjang perkembangan ekonomi masyarakat Jawa tengah serta membantu memobilisasi pergerakan masyarakat khususnya di Jawa Tengah.
Ramadhan, salah seorang penumpang railbus Bathara Kresna yang naik dari stasiun Solo Kota dengan tujuan stasiun Wonogiri, menyatakan kegembiraannya dengan kehadiran railbus ini. Dengan jarak 37 kilometer memang terasa lambat jika ditempuh dengan waktu 1 jam 45 menit. Tapi dengan bus yang berhenti disetiap terminal atau tempat-tempat tertentu, waktu tempuhnya menjadi tidak jauh berbeda.
Tapi dari segi harga, menggunakan railbus yang tarifnya hanya Rp 4.000 lebih hemat dibandingkan dengan bus kota yang tarfifnya sekitar Rp12.000 sampai Rp 15.000 utnuk sekali jalan. ‘’Pada kondisi tertentu naik bus bisa berdesak-desakan. Naik railbus, meski harus berdesak-desakan masih nyaman karena dilengkapi dengan AC,’’ kata Ramadhan
Hanya saja, kalau mengandalkan railbus, jam keberangkatannya masih sangat terbatas, dan untuk tujuan Solo hanya sampai pukul 12.00 wib. Dengan bus bisa setiap saaat, karena jumlah bus Solo-Wonogiri maupun sebaliknya sangat banyak pilihan waktunya. (JO/Tim)