”Sekitar 60-70 persen keterlambatan disebabkan oleh jemaah yang tidak disiplin dalam hal barang bawaan. Ini permasalahan klasik yang terus berulang setiap tahunnya,” jelas Vice President Hajj Garuda Indonesia Hadi Syahrean didampingi Juru Bicara Garuda di Jeddah, Hotma P. Siregar, di Posko Haji Garuda, di Hotel Gulf, Jeddah, Jumat (5/12) malam (Sabtu, WIB).
Jika mengacu pada ketentuan, papar Hadi, setiap jemaah hanya diperbolehkan membawa barang selain barang bagasi seberat maksimal 32 kg dan lima liter air zam zam, serta satu tas jinjing ke dalam kabin. Dalam penerbangan khusus haji ini, jemaah diharamkan untuk membawa barang tambahan (excess baggage) dan barang-barang kategori berbahaya (dangerous goods). Untuk membawa pulang barang tambahan di luar aturan di atas, jemaah bisa memanfaatkan jasa pengangkutan kargo seperti yang dilakukan jemaah asal negara lain.
Ketentuan ini sesuai dengan standar keselamatan internasional yang dikeluarkan asosiasi penerbangan internasional IATA (International Air Transport Association), yang diperkuat dengan kesepakatan antara Garuda dengan Departemen Agama dan otoritas Bandara Internasional King Abdul Aziz (KAIA). ”Tetapi tetap saja, dari tahun ke tahun selalu saja ada jemaah yang bandel, membawa barang yang dilarang ke dalam pesawat. Mau tidak mau, kami harus melakukan sweeping (penyisiran). Karena kalau tidak begitu, delay pasti akan terjadi,” sambung Hadi.
Upaya penyisiran yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi keterlambatan dilakukan pihak Garuda di city check in di areal penampungan jemaah di Madinatul Hujjaj, Madinah. Di lokasi ini, setiap barang bawaan jemaah yang akan masuk ke dalam bagasi pesawat wajib melewati pintu X-ray. Barang bawaan yang masuk juga akan ditimbang petugas untuk mengukur kelebihan beban. ”Kalau lebih dari 32 kg, sisanya harus dikeluarkan dan diserahkan ke perwakilan Depag di sana. Kalau sudah diperiksa di city check in, bagasi penumpang tidak akan diperiksa lagi di bandara King Abdul Aziz,” imbuh Hotma P. Siregar. Proses pengurangan beban ini disaksikan perwakilan petugas Depag di Madinatul Hujjaj.
Namun, Hadi menambahkan, hal itu masih belum menjamin bahwa proses boarding jemaah ke dalam pesawat akan lancar dan cepat jika masih ada jemaah yang ”nakal” membawa barang terlarang dalam tas jinjing atau menyembunyikannya di dalam pakaian. ”Tahun lalu, ada penumpang yang ketahuan menyembunyikan pisau kecil di dalam peci. Mau tidak mau, seluruh penumpang pun diminta sekuriti untuk membuka pecinya satu per satu,” kata Hadi.
Hadi kembali menegaskan, disiplin jemaah dalam membawa barang bawaan akan sangat menentukan kelancaran pemulangan haji ke Tanah Air. ”Jika proses pemeriksaan barang bawaan jemaah cepat, Insya Allah proses boarding ke pesawat lebih cepat. Dengan begitu, pesawat bisa take-off sesuai jadwal,” Hotma menambahkan.
Tambah Gate
Selain kedisplinan jemaah yang rendah, jumlah gate dan sarana transportasi di bandara juga turut berkontribusi terhadap kelancaran proses pemulangan. Menurut Hadi Syahrean, saat ini otoritas bandara KAIA telah menambah sedikitnya 19 gerbang masuk baru untuk melayani penerbangan yang diperkirakan akan mencapai 266 flights per hari. ”Dengan penambahan itu, berarti total gate yang tersedia saat ini ada 23 buah. Mudah-mudahan bisa menambah kelancaran. Tahun lalu, hanya ada 18 gates,” ujarnya.
Hadi berharap, pihak otoritas KAIA juga bisa memaksimalisasikan penyediaan transportasi bandara untuk mempercepat proses boarding jemaah. Hal itu mengingat tidak selamanya setiap pesawat bisa parkir di dekat terminal pemberangkatan penumpang.
”Kalau apron dekat terminal padat, pesawat harus parkir di tengah bandara. Untuk mencapai ke tempat itu, penumpang harus diangkut bus. Yang menjadi kendala, terkadang jumlah busnya kurang,” ungkapnya.
Kloter pertama pemulangan pada 13 Desember mendatang, pesawat Garuda akan melayani 12 penerbangan menuju delapan embarkasi. Antara lain tujuan Ujung Pandang sebanyak 2 kloter, Banda Aceh (1 kloter), Balikpapan (1 kloter), Surabaya (1 kloter), Solo (3 kloter), Jakarta (2 kloter), Palembang (1 kloter), serta Banjarmasin (1 kloter).
”Penerbangan menuju embarkasi Padang dilakukan hari kedua. Total embarkasi yang dilayani garuda hanya sembilan. Enam embarkasi sisanya (Medan, Batam, Jakarta, Surabaya) dilayani Saudi Airlines,” pungkas Hotma. (DIP)